TEMPO.CO, Sleman - Moi, startup asal Medan menjadi startup terbaik pertama dalam gelaran Samsung Global Startup Acceleration Program (GSAP). CEO Moi, Kristina Sembiring, menjelaskan bahwa ide awal didirikannya Moi ada melihat profesi bidan dan perawat dengan gaji yang tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan.
Baca juga: 2018, Pemerintah Targetkan 20 IKM Jadi Startup
"Untuk lulus saja mereka sudah mengeluarkan biaya mahal, tapi mereka susah mencari kerja. Kalaupun mereka dapat kerjaan, mereka hanya memiliki upah Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per bulan. Mereka melek-melekan nolongin orang lahiran, tapi honornya kecil, jadi kita bantu mereka," ujar Kristina setelah selesai mengikuti GSAP di Auditorium Fisipol UGM, Kabupaten Sleman, Jum'at, 27 Juli 2018.
Moi merupakan sebuah aplikasi untuk membantu warga Indonesia yang membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah dan pendampingan di rumah sakit. Tenaga kerja Moi adalah bidan dan perawat yang sudah terlisensi dan sudah masuk dalam training center artinya mempunyai kemampuan dan kualitas baik.
Baca juga: Bangun Bisnis Startup, Perhatikan Empat Hal Ini
Startup menjadi startup terbaik dalam gelaran Samsung GSAP di Indonesia dan berhasil membawa pulang hadiah senilai US$ 3.000. Selain itu, Moi dan Majapahittech serta Ailish Power Co yang menjadi startup terbaik dua dan tiga akan mewakili Indonesia dalam kompetisi startup tingkat Asia Pasifik. Majapahittech meraih US$ 2.000 sedangkan Ailish Power Co mendapatkan US$ 1.000.
"Proses kerjanya itu, kita punya bidan dan perawat nanti kalau ada kebutuhan dari masyarakat, mereka order via aplikasi. Untuk saat ini kami masih terima melakui WhatsApp, Facebook dan telepon. Setelah mereka order, customer service kami langsung telepon pasien dan tanya kebutuhannya apa," tambah Kristina. "Habis itu kita profiling, mana yang sesuai untuk melayani beliau, kita komunikasi dengan perawat atau bidannya, dan mereka langsung ke klien. Setelah selesai dari klien customer service langsung menghubungi lagi menanyakan bagaimana pelayanannya."
Saat ini Moi sudah memiliki mitra, bidan dan perawat, yang sudah melakui proses rekrutmen dan masuk dalam training center yang diadakan Moi secara cuma-cuma. Bidan dan perawat yang sudah dilatih akan masuk dalam data based. "Mana yang bisa yoga, mana yang bisa mendampingi ibu bersalin, mana yang bisa merawat dan segala macam. Jadi kita punya skil yang sudah ready," lanjut Kristina yang juga seorang bidan.
Baca juga: 500 Startup di Dalam Negeri Kekurangan Tenaga TI
Kristin menjelaskan bahwa Moi sebenarnya memiliki kepanjangan yakni Medis Online Indonesia. Namun, kata dia, hal itu terlalu panjang jika dijadikan nama sebuah aplikasi di Android, akhirnya dia pakai nama Moi. Moi sudah memiliki mitra 102 orang, terdiri dari bidan dan perawat.
Penguatan fondasi Moi sudah berjalan selama setahun. Sebanyak 102 orang mitra merupakan perawat dan bidan yang bekerja di Medan. Dia mengatkaan, sudah ada waiting list sekitar 600 orang yang minta untuk dilatih.
"Ini baru medan saja, tapi bulan depan kita sudah scale up ke Jakarta, kemudian Palembang mudah-mudahan bisa mengejar, sedangkan di Yogyakarta akan ada seminarnya nanti bulan oktober. Jakarta kami sedang rekrutmen tim, bulan depan kita masuk pada training center," tambah Kristina.
Kristina berharap para tenaga kesehatan, bidan dan perawat, mempunyai income yang sesuai agar mereka hidup sejahtera. Selama mengikuti GSAP, Kristina menjelaskan bahwa Moi banyak mendapatkan pengetahun baru.
Baca juga: Startup Animasi VR/AR Penrose Studios Gaet Dana Rp 143 Miliar
"Teknik mereka beda dengan inkubasi yang pernah kita ikuti di Indonesia. Salah satunya adalah mereka disiplin, mentor datang tepat waktu sebelum kita masuk mereka sudah ready semua. Kalau di Indoneaia biasanya kami yang mejunggu mentornya," tambah dia. "Ini kami dibukakan pintu, diberi salam, dipeluk, ditanya semalam tidurnya gimana, jadi kita ngerasa kayak teman dan keluarga."
Baca juga: BEI Diminta Tak Asal Dorong Startup Listing
Simak artikel menarik tentang startup lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.