Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tur Duka Paus Orca Berakhir, Ini Kata Peneliti LIPI

image-gnews
Sejumlah paus Orca berenang dekat pantai saat berburu singa laut di Punta Norte, Valdes Peninsula, Argentina, 17 April 2018. Paus orcas setiap tahunnya berburu pada bulan Maret dan April berburu singa laut muda yang sedang belajar berenang. AP
Sejumlah paus Orca berenang dekat pantai saat berburu singa laut di Punta Norte, Valdes Peninsula, Argentina, 17 April 2018. Paus orcas setiap tahunnya berburu pada bulan Maret dan April berburu singa laut muda yang sedang belajar berenang. AP
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Induk paus orca, yang dijuluki J-35, telah kembali normal, setelah membawa bayinya yang sudah tewas setidaknya 17 hari dan mengarungi lautan sejauh 1.600 kilometer.

Baca: Setelah 17 Hari Bawa Jasad Anaknya, Paus Orca Akhiri Tur Duka
Baca: Perjalanan Pilu Induk Paus Orca

Pada Sabtu lalu, 11 Agustus 2018, induk paus itu terlihat mengejar salmon dan tidak lagi membawa bayinya di dekat Kepulauan Vancouver, Kanada. Induk yang dikenal juga sebagai Tahlequah itu terlihat sehat.

"Tur dukanya sudah berakhir dan perilakunya sangat lincah," menurut pernyataan di situs web Pusat Penelitian Paus (Center for Whale Research), sebagaimana dikutip NPR akhir pekan lalu.

Peneliti mamalia laut dari Loka Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Oseanografi (LPKSDMO) Pusat Penelitian Oseonografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sekar Mira menjelaskan bahwa peristiwa itu merupakan hal yang biasa.

"Itu bukan sesuatu yang aneh, tapi ya karena tidak selalu teramati jadi memang terdengar istimewa. Mamalia laut itu memiliki hubungan emosional satu sama lain," ujar Sekar saat dihubungi melalui pesan singkat, Senin, 13 Agustus 2018.

Paus berusia 20 tahun ini melahirkan anak perempuan di perairan terpencil dekat Puget Sound, Washington pada 24 Juli dan hanya bertahan hidup sekitar 30 menit.

Anak perempuan Tahlequah menderita malnutrisi karena diduga kuat sumber makanan utama, salmon Chinook tidak cukup tersedia. Selain itu, perairan tempat paus itu hidup telah tercemar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Sekar, peristiwa itu umum dijumpai, bahkan, tidak terkhusus oleh paus pembunuh atau orca saja, termasuk mamalia laut lainnya. "Mamalia laut memang dikenal dan diketahui sebagai makhluk yang berinteligensia tinggi dan memiliki struktur sosial," lanjut Sekar.

Di kelompok lumba-lumba, kata Sekar, jika ada anggota kelompoknya yang mati pun biasanya mereka mengusung jenazahnya hingga beberapa hari. Mereka secara bergantian dengan kawanannya mengusung satu jenazah temannya itu.

Kedekatan sosial mamalia laut penting untuk diketahui. Menurut Sekar, untuk menyelamatkan mamalia laut yang terdampar dalam kasus ibu-anak maupun massal, peneliti membutuhkan teknik tertentu.

Sekar juga menceritakan kasus lain yang menurutnya menarik, bahwa pernah ada nelayan di Kalimantan Timur mengakui didorong oleh lumba-lumba atau pesut saat kapalnya tenggelam.

"Dalam kondisi setengah sadar nelayan itu merasa ada yang terus mendorongnya ke tepian hingga esok hari tersadar dia sudah ada di pantai," tambah Sekar. "Sejak saat itu ia selalu merasa lumba-lumba atau pesut adalah saudaranya, sampai bapak ini mendukung penuh upaya perlindungan mamalia laut di sana."

Simak artikel lainnya tentang paus orca atau paus pembunuh di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

1 jam lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

4 hari lalu

Kondisi terkini pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang disandera Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Foto: TPNPB-OPM
Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.


Siklon Tropis Olga dan Paul Meluruh, Dua Gangguan Cuaca Menghadang Pemudik Saat Arus Balik

4 hari lalu

Penumpang Kapal Motor (KM) Dobonsolo menggunakan sepeda motor saat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu, 14 April 2024. Kementerian Perhubungan memberangkatkan peserta mudik gratis pada arus balik Lebaran 2024 dengan rincian sebanyak 1.705 orang penumpang dan 663 unit sepeda motor melalui jalur transportasi kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang tujuan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dengan menggunakan Kapal Pelni KM Dobonsolo. TEMPO/M Taufan Rengganis
Siklon Tropis Olga dan Paul Meluruh, Dua Gangguan Cuaca Menghadang Pemudik Saat Arus Balik

Cuaca di Indonesia selama periode arus balik mudik hingga sepekan mendatang masih dipengaruhi oleh dua gangguan cuaca skala sinoptik.


Peneliti BRIN Mendesain Kontainer 40 Kaki untuk Kapal Mini LNG

16 hari lalu

Desain Kontainer LNG BRIN (Dok. Humas BRIN)
Peneliti BRIN Mendesain Kontainer 40 Kaki untuk Kapal Mini LNG

Peneliti BRIN melakukan riset untuk mengembangkan kontainer ISO LNG untuk kapal pengangkut LNG mini.


Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

21 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Pengelolaan Hutan Didominasi Negara, Peneliti BRIN Usul Cegah Deforestasi melalui Kearifan Lokal

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan seringkali tidak mendapatkan hak akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya di dalamnya.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

22 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

30 hari lalu

National Aeronautics and Space Administrationcode (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat menyoroti perubahan kawasan hutan di Kalimantan setelah adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN. Foto : NASA
Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.


Muhammadiyah Usul Meniadakan Sidang Isbat Awal Ramadan, Ini Tanggapan Peneliti BRIN

40 hari lalu

Sejumlah guru dan santri menyiapkan teleskop untuk memantau hilal di Masjid Al-Musyari'in, Jakarta Barat, Jumat, 1 April 2022. Pemantauan hilal tersebut guna menentukan awal Ramadhan 1443 Hijriah. Sementara untuk hasil Sidang Isbat penentuan awal Ramadhan akan diumumkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Agama. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Muhammadiyah Usul Meniadakan Sidang Isbat Awal Ramadan, Ini Tanggapan Peneliti BRIN

Sidang isbat menjadi forum musyawarah para pihak, seperti pakar, ulama, dan ormas untuk membahas hisab dan rukyat.


Peneliti BRIN Temukan Kepiting Tiga Warna di Gunung Kelam Kalimantan Barat

40 hari lalu

Foto kepiting tiga warna Lepidothelphusa jenis baru dengan nama Lepidothelphusa menneri yang ditemukan di Gunung Kelam, Kalimantan Barat. Dok. Humas BRIN
Peneliti BRIN Temukan Kepiting Tiga Warna di Gunung Kelam Kalimantan Barat

Kepiting tiga warna ini hidup di tepi anak sungai yang dangkal dengan substrat kerikil dan batu.


Peneliti BRIN: Kriteria Baru MABIMS Berpengaruh pada Penentuan Awal Ramadan

41 hari lalu

Sejumlah astronom memindahkan peralatan saat hujan turun dalam pengamatan hilal di halaman observatorium Al Biruni di Kampus Unisba, Bandung, Jawa Barat, 22 Maret 2023. Kementerian Agama menyatakan secara astronomis posisi hilal di Indonesia sudah memenuhi kriteria hingga awal Ramadan 1444 diperkirakan jatuh pada 23 Maret 2023. TEMPO/Prima mulia
Peneliti BRIN: Kriteria Baru MABIMS Berpengaruh pada Penentuan Awal Ramadan

Perbedaan awal bulan hijriah seperti Ramadan karena perbedaan kriteria hilal.