TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Indonesia eSport Association (IeSPA) Eddy Lim menjelaskan bahwa persiapan atlet eSport untuk Asian Games 2018 dengan cabang olah raga lain berbeda, seperti waktu dan tempat.
Baca juga: Klasemen dan Hasil Asian Games 2018: Indonesia 1 Palestina 2
"Untuk persiapan atlet sudah standar kalau menurut saya. Karena atlet eSport berbeda dengan cabang olah raga lain," ujar Eddy saat dihubungi melalui telepon, Kamis, 16 Agustus 2018. "Biarpun kami melarang dan mengatur latihan, mereka akan latihan sendiri".
Beberapa cabang olah raga lain, untuk melakukan persiapan bertanding harus memiliki waktu dan tempat untuk berlatih. Seperti sepak bola, basket, voli dan olah raga lainnya harus membutuhkan lapangan sesuai dengan aturan yang berlaku. Juga waktu berlatih harus ditentukan.
Baca juga: Obor Asian Games 2018 Diarak di Ibu Kota
Seperti kita ketahui, dalam gelaran olah raga empat tahunan itu, akan digelar pertandingan eksebisi eSport. Terdapat enam game yang akan dilombakan, game tersebut yakni Arena of Valor, Clash Royal, Heartstone, League of Legends, PES 2018 dan Starcraft. "Karena, atlet eSport Indonesia khususnya masih menggunakan alat pribadi untuk berlatih, karena misalkan kita berikan smartphone juga belum tentu dipakai. Mereka biasanya sudah terbiasa pakai perangkat sendiri," kata Eddy.
Game yang masuk dalam gelaran Asian Games 2018, kata dia, merupakan game yang sudah dimainkan di banyak negara. Hal itu, Eddy melanjutkan, merupakan syarat masuknya game dalam pertandingan Asian Games 2018 bahkan di tingkat olimpiade.
Saat ini eSport di Indonesia masih tergolong sebagai olah raga dalam proses pengenalan. "Dukungan pemerintah saat ini, paling lebih ke endorsment, karena masih dalam proses pengenalan," lanjut Eddy.
Baca juga: Ojek Online Tetap Demo Saat Pembukaan Asian Games 2018
Simak artikel menarik lainnya tentang persiapan atlet eSport Indonesia untuk Asian Games 2018 hanya di kanal Tekno Tempo.co.
