Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penelitian: Sinyal WiFi Dapat Mendeteksi Senjata atau Bom

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Petugas melakukan pemeriksaan badan dan barang calon penumpang pesawat, di Terminal Baru Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 6 Juni 2018. ANTARA FOTO/R. Rekotomo
Petugas melakukan pemeriksaan badan dan barang calon penumpang pesawat, di Terminal Baru Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 6 Juni 2018. ANTARA FOTO/R. Rekotomo
Iklan

TEMPO.CO, New Jersey - Sebuah penelitian baru dari Rutgers University, New Brunswick menunjukkan bahwa sinyal WiFi standar dapat menjadi alat keamanan dengan harga murah untuk mendeteksi bahan kimia, bom dan senjata, sebagaimana dilaporkan Daily Mail, 15 Agustus 2018.

Baca: Penelitian Ungkap Penyebab Mengantuk Saat Mengemudi Mobil
Baca: Penelitian Baru Ungkap Lubang Hitam Supermasif Melahap Bintang

Penelitian tersebut menunjukkan bagaimana sinyal nirkabel mampu menembus tas untuk mendeteksi dimensi yang tepat dari benda-benda berbahaya dan juga mampu memperkirakan volume cairan.

Dengan beberapa uji coba, para peneliti menemukan bahwa sistem tersebut setidaknya 95 persen akurat. Dengan adanya sistem ini, para peneliti berharap bahwa sistem deteksi dapat membantu membuat museum, stadion, taman hiburan, sekolah dan tempat umum lainnya lebih aman.

"Ini bisa memiliki dampak besar dalam melindungi masyarakat dari benda-benda berbahaya," Yingying Chen, salah satu penulis studi tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan. "Ada kebutuhan yang berkembang untuk itu sekarang."

Dibandingkan dengan sistem keamanan tradisional, para peneliti mengatakan metode deteksi WiFi mereka memangkas biaya pemeriksaan keamanan pada umumnya, mudah untuk dipasang, dan menghindari penyerangan privasi dengan harus membuka dan memeriksa barang-barang pribadi orang-orang.

Sistem pemeriksaan keamanan yang terdahulu juga membutuhkan lebih banyak staf dan mungkin memerlukan peralatan khusus yang mahal, kata para peneliti.

"Di area publik yang besar, sulit untuk memasang infrastruktur penyaringan mahal seperti apa yang ada di bandara. Tenaga kerja selalu diperlukan untuk memeriksa tas dan kami ingin mengembangkan metode pelengkap untuk mencoba mengurangi tenaga kerja,” ujar Yingying.

Sistem deteksi tersebut menggunakan perangkat WiFi dengan dua atau tiga antena, satu yang mengirim sinyal dan satu yang menerima sinyal. Perangkat itu bekerja dengan menganalisis apa yang terjadi ketika sinyal menembus dan memantulkan objek dan material.

Sistem ini dapat mendeteksi dan menganalisis sinyal dari benda padat seperti senjata, kaleng aluminium, laptop, dan baterai. Pendeteksian ini juga dapat memperkirakan volume cairan seperti air, asam, alkohol dan bahan kimia lainnya untuk melihat apakah zat tersebut mengandung bahan peledak.

Penelitian ini menguji sistem tersebut dengan 15 jenis benda dan enam jenis tas. Mereka mencatat tingkat akurasi 99 persen untuk benda-benda berbahaya, 98 persen untuk logam dan 95 persen untuk cairan. Sedangkan penggunaan ransel standar menunjukkan tingkat akurasi 95 persen, tetapi menjadi turun sedikit menjadi 90 persen ketika benda-benda berbahaya dibungkus dengan lapisan lain.

DAILY MAIL | NEWSWEEK | FARAH DIBAJ

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

6 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?


Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

14 hari lalu

Associate Professor Henry Surendra sebelumnya membahas kesenjangan pandemi dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia/Monash University
Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah


Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

20 hari lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.


Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

27 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.


Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

28 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Pencabutan artikel Gunung Padang pada 18 Maret 2024 didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

28 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

31 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

Topik tentang kronologi pencabutan artikel arkeologi situs Gunung Padang dari Jurnal Wiley menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

33 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

Penerbit menyebut laporan penelitian situs Gunung Padang yang dibuat Danny Hilman dkk mengandung kekeliruan besar, terkait penanggalan karbon.


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

38 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Indonesia Dilaporkan Ekspor 1.400 Monyet Hasil Tangkapan Liar ke Amerika pada 2023

44 hari lalu

Monyet ekor panjang (macaca Fascicularis) berinteraksi di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Minggu, 18 Februari 2024. Berdasarkan Internasional Union for Conservation Nature (IUCN) Monyet ekor panjang mengalami perubahan status dari rentan (vunerable) menjadi terancam punah (endangered) yang diprediksi populasinya akan menurun hingga 40 persen dalam tiga generasi terakhir atau sekitar 42 tahun akibat habitat yang mulai hilang serta perdagangan ilegal. ANTARA/Budi Candra Setya
Indonesia Dilaporkan Ekspor 1.400 Monyet Hasil Tangkapan Liar ke Amerika pada 2023

1.402 monyet ekor panjang yang ditangkap dari alam liar di Indonesia diimpor oleh industri penelitian dan pengujian AS selama tahun 2023.