Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gunung Anak Krakatau Kian Tinggi, Ini Penjelasan Ilmiahnya

image-gnews
Lava pijar Gunung Anak Krakatau terlihat dari perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis, 19 Juli 2018. Sejak pukul Rabu sore hingga Kamis pagi (18-19 Juli), jumlah letusan tercatat mencapai 117 kali, yang disertai asap kawah dan lontaran batu. ANTARA FOTO/Elshinta
Lava pijar Gunung Anak Krakatau terlihat dari perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis, 19 Juli 2018. Sejak pukul Rabu sore hingga Kamis pagi (18-19 Juli), jumlah letusan tercatat mencapai 117 kali, yang disertai asap kawah dan lontaran batu. ANTARA FOTO/Elshinta
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kristianto, mengatakan intensitas pertumbuhan Gunung Anak Krakatau terjadi pada tahun-tahun pertama kelahirannya.

Baca: Gunung Anak Krakatau Makin Tinggi dan Luas, Radius Aman Diperluas

“Sejak tahun 90-an sampai sekarang tidak terlalu signifikan pertumbuhannya,” kata dia di ruang kerjanay di Bandung, Selasa, 21 Agustus 2018.

Kris mengatakan, laju pertumbuhan rata-rata gunung tersebut jika dihitung menembus 4 meter per tahunnya. Tapi lajur pertumbuhan gunung itu pesat di awal-awal pembentukan gunung yang tumbuh dari kaldera Gunung Krakatau yang meletus dahsyat pada tahun 1883. Letusan hebat kala itu melenyapkan Pulau Perbuwatan, Pulau Danan, dan separuh pulau Rakata yang menyisakan kaldera di bawah laut.

Kompleks Gunung Krakatau sebelum meletus hebat terdiri dari sejumlah pulau, yakni Pulau Perbuwatan, Pulau Danan, dan Pulau Rakata. Ketiganya diapit oleh Pulau Sertung dan Pulau Panjang.

Pada 20 Mei 1883, fase letusan gunung itu ditandai dengan letusan abu dan semburan uap dari Gunung Perbuwatan di Pulau Perbuwatan yang disebut mencapai ketinggian 11 kilometer dengan suara dentuman terdengar hingga 200 kilometer.

Sebulan kemudian, pada Juni 1883, aktivitas vulkanik juga terpantau di Gunung Danan di Pulau Danan. Letusan dahsyat terjadi beberapa bulan kemudian.

Tanggal 26 Agustus 1883, proses letusan dimulai. Puncaknya terjadi pada tanggal 27 Agustus 1883. Suara dentumannya terdengar hingga Singapura dan Australia. Letusan tersebut menyemburkan batuapung, dengan tinggi kolom letusan abu menembus 70-80 kilometer.

Endapannya tersebar hingga luasan 827 ribu kilometer persegi. Letusan tersebut menghasilkan tsunami dengan ketinggian rata-rata hingga 20 meter, menyapu pantai di selat Sunda dan barat laut Jawa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tercatat 36.417 korban jiwa meninggal akibat letusan tersebut. Tsunami disebut-sebut menyapu 297 kota kecil di sepanjang pantai, 2 ribu orang tewas di Sumatera bagian selatan akibat sebaran abu panas letusan gunung tersebut.

Fase letusan berhenti setahun kemudian. Letusan hebat tersebut saat itu menyisakan separuh pulau Rakata. Diyakini kaldera sisa letusan gunung tersebut berada di dasar lautan di tengah-tengah Pulau Sirtung, Pulau Panjang, serta sisa-sisa Pulau Rakata. Sejak tahun 1884 hingga tahun 1927 tidak terlihat aktivitas magmatik menyusul letusan gunung tersebut.

Sejumlah literatur mencatatkan kelahiran Gunung Anak Krakatau ditandai dengan aktivitas magma yang muncul dari dasar laut di lokasi kaldera letusan tahun 1883, pada tanggal 11 Juni 1927.

Baru pada tanggal 11 Juni 1930 Gunung Anak Krakata muncul di permukaan laut, dan terus tumbuh hingga saat ini. Pada tahun 2000, gunung tersebut mencapai ketinggian 300 meter di atas permukaan laut, dan kini tingginya tercatat sudah mencapai 305 meter.

Kris mengatakan, mayoritas tubuh Gunung Anak Krakatau berasal dari lontaran material yang keluar dari kawah gunung tersebut. PVMBG mencatat sejak tahun 1927 hingga tahun 2000 tercatat lebih dari 11 kali letusan gunung tersebut. Material yang terlontar akibat letusan Gunung Anak Krakatau membentuk tubuh gunung dan kini berwujud Pulau Anak Krakatau dengan diameter hampir 2 kilometer dan tinggi 305 meter.

Menurut Kris, sebagian gunung api tumbuh dengan terlebih dulu membentuk kubah lava dari dalam kawahnya. Kubah lava, membentuk bukit, muncul mirip bisul akibat aktivitas magma di bawahnya yang naik ke permukaan. Erupsi yang terjadi, menambah volume tubuh gunung. Tapi Anak Krakatau tumbuh mayoritas bermodal penumpukan material letusan gunung api. “Anak Krakatau saat ini sedang dalam fase konstruksi melalui letusannya itu sebenarnya dia tumbuh,” kata dia.

Kris mengatakan, sejak tahun 90-an morfologi puncak Gunung Anak Krakatu relatif tidak berubah. Pertumbuhan gunung itu juga sudah tidak terlalu signifikan dibandingkan fase awal pembentukannya. “Di tahun-tahun awal pertumbuhannya cepat. Tapi dari tahun 93-an sampai sekarang tidak terlalu signifikan,” kata dia.

Kendati demikian, Gunung Anak Krakatau bukan berarti berhenti pertumbuhannya. “Gunung Anak Krakatau masih tumbuh karena masih ada suplai magma,” kata dia.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


4 Destinasi Wisata di Kepulauan Canary Spanyol Diserbu Turis, Warga Malah Aksi Mogok Makan

10 hari lalu

Kepulauan Canary, Spanyol (Pixabay)
4 Destinasi Wisata di Kepulauan Canary Spanyol Diserbu Turis, Warga Malah Aksi Mogok Makan

Destinasi Wisata di Kepulauan Canary terus diserbu turis, membuat warga lakukan aksi mogok makan. Berikut 4 tujuan wisata unggulan di sana.


Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

37 hari lalu

Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) mengamuk dan mengalami gigi taring patah karena mengigit kandang besi saat masuk perangkap di Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Minggu, 4 Februari 2024. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mengevakuasi seekor Harimau Sumatera berjenis kelamin betina, setelah masuk ke kandang jebak yang dipasang karena sebulan terakhir mendapatkan laporan hewan dilindungi itu memakan ternak warga. ANTARA/Iggoy el Fitra
Jangan Kabur, Ini 6 Tips Menyelamatkan Diri saat Bertemu Harimau

Saat sedang pergi ke hutan atau gunung dan bertemu harimau, sebaiknya jangan panik. Berikut beberapa tips menyelamatkan diri saat bertemu harimau.


Satu Keluarga Pemain Ski Hilang di Zermatt Swiss

44 hari lalu

Peserta mendaki puncak Rosablanche selama perlombaan Glacier Patrol ke-21 di pegunungan antara Zermatt dan Verbier, Swis, 18 April 2018. Perlombaan ini pertama kali diselenggarakan pada April 1943 dan hanya diikuti peserta militer. AP/Jean- Christophe Bott
Satu Keluarga Pemain Ski Hilang di Zermatt Swiss

Lima dari total orang hilang di gunung Tte Blanche Swiss tersebut adalah satu keluarga.


6 Fakta Menarik Gunung Andong, Tiket Murah dan Pemandangannya Indah

53 hari lalu

Bagi pendaki pemula, bisa memilih Gunung Andong untuk melakukan pendakian. Tingginya sekitar 1.726 mdpl. Ini fakta menarik Gunung Andong. Foto: Canva
6 Fakta Menarik Gunung Andong, Tiket Murah dan Pemandangannya Indah

Bagi pendaki pemula, bisa memilih Gunung Andong untuk melakukan pendakian. Tingginya sekitar 1.726 mdpl. Ini fakta menarik Gunung Andong.


PVMBG Modernisasi Alat Pemantauan Gunung Api Anak Ranakah

58 hari lalu

Pegawai Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengambil sampel tanah di lokasi bencana tanah bergerak di Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Ahad, 28 April 2019. Lubang serupa pernah terjadi di Kecamatan Nyalindung, September 2018.  ANTARA/Budiyanto
PVMBG Modernisasi Alat Pemantauan Gunung Api Anak Ranakah

PVMBG memodernisasi sistem pemantauan gunung api pada 2023.


5 Gunung di Jepang Selain Fuji yang Menarik Dikunjungi, Ada Lanskap Studio Ghibli di Miyanoura

27 Januari 2024

Gunung Kitadake, Jepang (Pixabay)
5 Gunung di Jepang Selain Fuji yang Menarik Dikunjungi, Ada Lanskap Studio Ghibli di Miyanoura

Jika ingin menikmati Negeri Sakura dari ketinggian, berikut 5 puncak gunung di Jepang selain Gunung Fuji.


Bali Overtourism, 5 Wisata Alam Terbaik di Lombok Ini Tidak Terlalu Padat

18 Januari 2024

Foto udara kawasan wisata Tiga Gili atau Tiga Pulau (Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air) di Tanjung, Lombok Utara, NTB. ANTARA/Ahmad Subaidi
Bali Overtourism, 5 Wisata Alam Terbaik di Lombok Ini Tidak Terlalu Padat

Bali sudah overtourism, berikut alternatif wisata Lombok yang tak kalah indah


Wisata Spa Blue Lagoon Buka setelah Erupsi Gunung Berapi di Islandia

13 Januari 2024

Blue Lagoon, Islandia. Unsplash.com/Benjamin R.
Wisata Spa Blue Lagoon Buka setelah Erupsi Gunung Berapi di Islandia

Blue Lagoon pertama kali ditutup pada November karena ancaman aktivitas gunung berapi di daerah tersebut.


Status Siaga Gunung Marapi, Apa Artinya?

12 Januari 2024

Warga berbincang saat Gunung Marapi mengeluarkan abu vulkanik yang terlihat dari kaki Gunung Singgalang, Nagari Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat, Ahad, 7 Januari 2024. Gunung Marapi kembali erupsi pada awal tahun 2024 dan mengeluarkan suara gemuruh serta dentuman pada Sabtu malam, 6 Januari 2024. ANTARA/Iggoy el Fitra
Status Siaga Gunung Marapi, Apa Artinya?

Gunung Marapi berstatus siaga lagi, apa artinya? Bagaimana urutan status bencana lainnya?


10 Gunung Paling Mematikan di Dunia, Tidak Disarankan untuk Didaki

10 Januari 2024

Terdapat beberapa gunung paling mematikan di dunia yang tidak disarankan untuk didaki. Gunung ini memiliki jalur ekstrem dan cuaca dingin. Foto: Canva
10 Gunung Paling Mematikan di Dunia, Tidak Disarankan untuk Didaki

Terdapat beberapa gunung paling mematikan di dunia yang tidak disarankan untuk didaki. Gunung ini memiliki jalur ekstrem dan cuaca dingin.