Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Game Ini Bisa Meningkatkan Kesadaran tentang Perubahan Iklim

image-gnews
Ilustrasi perubahan iklim. NASA
Ilustrasi perubahan iklim. NASA
Iklan

1. Cara bermain
Simulasi Iklim Dunia (World Climate Simulation) merupakan gagasan Climate Interactive, lembaga nirlaba yang dibentuk oleh akademisi manajemen MIT. Dan alumninya yang ingin mendidik pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, dan lain-lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sesi pelatihan kelompok selama dekade terakhir berubah menjadi permainan, di mana para peserta mengambil peran delegasi PBB. Para pemain memberikan pidato, melobi dan membentuk aliansi untuk mencoba mencapai kesepakatan iklim terbaik untuk negara mereka. Beberapa mewakili negara-negara maju yang mengeluarkan sebagian besar gas rumah kaca.

Yang lain menggambarkan orang-orang dari negara yang belum berkembang, yang sering menanggung dampak paling buruk dari pemanasan. Ketika kelompok yang lebih besar memainkan permainan, peserta juga mengisi peran sebagai pengusaha, aktivis lingkungan, dan masyarakat adat.

Sama seperti pembicaraan iklim di dunia nyata, para pemain terkadang meneriakkan tuntutan dan protes. "Ini seperti model di PBB, dikombinasikan dengan improvisasi," lanjut Sterman. Permainan akan dimainkan di San Francisco pada Jumat, 14 September 2018 sebagai salah satu dari ratusan acara di Global Climate Action Summit, yang diselenggarakan oleh Gubernur California Jerry Brown.

Baca juga: Stephen Hawking: Perubahan Iklim Nyata, Lihat Venus

2. Dampak permainan
Dari 2.000 partisipan yang disurvei tentang pengalaman mereka bermain game, 81 persen menunjukkan motivasi yang meningkat untuk melakukan sesuatu dalam memerangi perubahan iklim. "Motivasi itu datang tidak begitu banyak dari pengetahuan tambahan, tapi karena dari rasa urgensi untuk bertindak," tambah pemimpin penelitian Juliette Rooney-Varga dari University of Massachusetts Lowell.

Meskipun hanya beberapa peserta saja yang menjadi aktivis, yang paham dengan isu pemanasan global. Namun, sekitar setengah dari peserta harus ikut berpartisipasi. Menurut Sterman, dampaknya sangat besar dan membantu para peserta melihat bahwa perubahan iklim merupakan masalah bisnis.

"Ini menimbulkan ancaman serius terhadap profitabilitas dan bahkan kelangsungan bisnis mereka, dan itu menciptakan banyak peluang untuk kesuksesan yang lebih besar jika mereka bisa mendapatkan solusi ke depannya," kata Sterman. Permainan biasanya memakan waktu empat jam, dan telah dilakukan hampir 1.000 kali di 78 negara. Sementara tiga negara seperti Prancis, Jerman dan Korea Selatan, mengadopsi permainan sebagai sumber materi untuk guru sekolah.

Baca juga: Hutan Adat Salah Satu Cara Cegah Perubahan Iklim

3. Melihat keuntungan
Penelitian lain yang dirilis minggu ini oleh University of Pennsylvania, juga mengulurkan harapan tentang perubahan iklim Studi itu menemukan bahwa dalam interaksi media sosial yang terkendali, bebas dari identifikasi partisan, baik liberal dan konservatif lebih mampu meramalkan tren perubahan iklim setelah mendiskusikan penelitian tentang es laut Arktik pada sebuah kelompok.

Mereplikasi kondisi-kondisi di dunia nyata akan menjadi tantangan. "Tapi kunci untuk komunikasi yang lebih sukses tentang pemanasan global adalah melihat kesamaan satu sama lain terlebih dahulu, sebelum perbedaan," ujar sosiolog University of Pennsylvania yang turut menulis penelitian ini Damon Centola.

Menurut Centola, dunia tidak terfragmentasi dan terpisah saat pertama kali muncul. "Ini bisa dipisahkan pada topik besar. Namun, pada topik yang lebih kecil, kita dapat terhubung. Dan penelitian ini menunjukkan ada keuntungan besar untuk belajar ketika kita membuat koneksi itu," lanjut Centola, yang juga direktur Penn's Network Dynamics Group dan penulis buku "How Behavior Spreads".

Baca juga: Susi Pudjiastuti: Dampak Laut pada Perubahan Iklim Lebih Besar

Simak artikel menarik lainnya tentang perubahan iklim hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

3 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.


Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

9 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengecek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (18/3/2024), yang direncanakan menjadi lokasi upacara HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.


13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

9 hari lalu

Australia dalam sepekan harus menyiapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona di resor ski. Foto: @thredboresort
13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

Studi hujan salju di masa depan mengungkap ladang ski dipaksa naik ke dataran lebih tinggi dan terpencil. Ekosistem pegunungan semakin terancam.


Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

10 hari lalu

Pekerja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis 15 Februari 2024. Pembangunan PLTS tersebut untuk fase pertama sebesar 10 megawatt (MW) dari total kapasitas 50 MW yang akan menyuplai energi terbarukan untuk IKN dan akan beroperasi pada 29 Pebruari 2024. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Kajian peneliti BRIN menunjukkan potensi kekeringan esktrem di IKN Nusantara dan wilayah lainnya di Kalimantan pada 2033-2050. Dipicu perubahan iklim.


BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

14 hari lalu

Sejumlah warga Muara Angke membawa jerigen saat melakukan aksi di depan Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa, 22 Februari 2022. Para warga yang datang dari blok Limbah, blok Eceng dan blok Empang RW 022 Muara Angke ini menggelar aksi terkait krisis air bersih yang melanda di pemukiman mereka. Selain meminta layanan air bersih, mereka juga meminta agar PAM Jaya melakukan pelayanan suplai air minum menggunakan kios air sementara untuk warga sebanyak 293.208 liter per hari, dan pemberlakuan tarif air sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 57 tahun 2021 yaitu seharga Rp. 1.575,-/ meter kubik. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

BRIN mendorong penguatan riset dan inovasi terkait solusi krisis air. Berbagai teknologi pengelolaan air dikembangkan.


Komisi Fatwa MUI Pergi ke Kalteng dan Riau Sebelum Haramkan Deforestasi

27 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Komisi Fatwa MUI Pergi ke Kalteng dan Riau Sebelum Haramkan Deforestasi

MUI mengeluarkan fatwa yang mengharamkan penggundulan hutan (deforestasi) serta pembakaran hutan dan lahan yang berdampak pada krisis iklim.


Ashoka dan Kok Bisa Seleksi 29 Finalis Penemu Solusi Krisis Iklim

27 hari lalu

Pengrajin membuat kerajinan daur ulang sampah di Bank Sampah Persatuan, Pondok Kelpa, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat, 26 Januari 2024. Bank Sampah yang di dirikan pada 2019 ini memperkerjakan sejumlah ibu-ibu rumah tangga untuk membuat kerajinan dari olahan sampah plastik yang dijadikan menjadi tas, lampu hias hingga berbagai ornamen dan memiliki nilai jual mulai dari 30 ribu hingga 130 ribu per produknya. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Ashoka dan Kok Bisa Seleksi 29 Finalis Penemu Solusi Krisis Iklim

Ashoka dan Kok Bisa menyaring para pemilik inisiatif baru untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.


Peneliti yang Sebut Puting Beliung Rancaekek Tornado Menilai Banyak Ilmuwan Tak Paham Perubahan Iklim

29 hari lalu

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin saat ditemui seusai acara Media Lounge Discussion perihal cuaca ekstrem, Rabu 31 Januari 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Peneliti yang Sebut Puting Beliung Rancaekek Tornado Menilai Banyak Ilmuwan Tak Paham Perubahan Iklim

Peneliti di BRIN ini paparkan tiga fenomena cuaca ekstrem yang dulu tak dibayangkan bakal bisa terjadi di Indonesia


WALHI Apresiasi dan Beri Catatan Fatwa MUI soal Perubahan Iklim

29 hari lalu

Aktivis lingkungan WALHI Jakarta saat melakukan aksi di depan Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, Rabu 3 Agustus 2022. Dalam aksinya, aktivis mengkritisi Japan Energy Summit 2022  yang sedang berlangsung di Tokyo. Dalam pertemuan tersebut transisi energi masih memberi ruang terhadap solusi palsu untuk mengatasi perubahan iklim. TEMPO/Subekti.
WALHI Apresiasi dan Beri Catatan Fatwa MUI soal Perubahan Iklim

WALHI menyambut baik fatwa MUI nomor 86 tahun 2023 tentang Hukum Pengendalian Perubahan Iklim Global. Ada juga catatan atas fatwa itu.


Dirjen di KLHK Beberkan Cara Mitigasi Puting Beliung Rancaekek

29 hari lalu

Citra satelit yang menunjukkan pusaran awan penyebab puting beliung Rancaekek, Rabu sore, 21 Februari 2024. Foto : BRIN
Dirjen di KLHK Beberkan Cara Mitigasi Puting Beliung Rancaekek

Bencana puting beliung bisa terjadi di Rancaekek disebutkan karena faktor perubahan iklim dan kenaikan suhu global.