TEMPO.CO, Jakarta - Lima organisasi konservasi nirlaba internasional membentuk konsorsium untuk menyelematkan badak Sumatera. Kelima organisasi tersebut, yakni Global Wildlife Conservation, International Rhino Foundation (IRF), International Union for Conservation of Nature (IUCN-SSC), National Geographic Society, dan WWF. Hal tersebut merupakan upaya jangka panjang untuk mendukung program pemerintah.
Baca juga: Hari Badak Nasional, WWF: Badak Indonesia Kritis
"Tantangan besar ini tidak dapat dijalani oleh satu organisasi saja. Kami IUCN-SSC, merasa bangga berada dalam aliansi yang kuat dan luar biasa ini, dan kami yakin bahwa kita akan melihat badak Sumatera berkembang biak sekali lagi," ujar Ketua IUCN-SSC Jon Paul Rodriguez, dalam keterangan tertulis, Ahad, 23 September 2018.
Kelima organiasasi tersebut dipimpun IUCN-SSC dan bergabung dalam rangka World Rhino Day pada 22 September 2018. Kurang dari 80 ekor badak Sumatera tersisa di dunia, menurut Rodriguez spesies tersebut dikatakan menghadapi kepunahan, bila tidak ada intervensi manusia untuk menyelamatkannya.
Baca juga: Populasi Badak Sumatera Kritis, Perlu Konservasi Mirip Jawa
Baca Juga:
Menurut Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno, menyelamatkan badak Sumatera dari kepunahan merupakan prioritas utama pemerintah Indonesia.
"Hadirnya ahli-ahli konservasi spesies, dukungan pemerintah dan kesadaran masyarakat setempat, kami telah menyiapkan Rencana Aksi Darurat untuk badak yang menyerukan dibentuknya program pengembang biakan konservasi nasional," tambah Wiratno. "Proyek penyelamatan badak Sumatera akan menjadi sangat penting dalam upaya ini dan kami menyambut baik dan mendukung koalisi ini."
Setelah puluhan tahun diburu dan hutannya dirusak, ancaman terbesar yang dihadapi saat ini adalah jarak yang memisahkan populasi yang tinggal sedikit itu. Badak menghadapi risiko kemandulan bila tidak bisa bertemu pasangan untuk bereproduksi, akhirnya akan mati dengan sendirinya karena lama terisolasi.
Baca juga: Gading Gajah dan Cula Badak Masih Diperdagangkan di Australia
Dengan populasi yang terfragmentasi dan tersebar dalam kantong-kantong berukuran kecil di dua pulau terbesar di Indonesia, harapan kelestarian mereka bergantung pada kemampuan para pelestari. Untuk menemukan dan selanjutnya memindahkan mereka dengan aman ke fasilitas yang dirancang khusus.
"Tujuan kami bersama untuk membangun program pembiakan badak dengan menyatukan badak yang tidak dapat berkembang biak di alam liar, akan membantu mencapai mimpi kami, yaitu melihat generasi badak Sumatera berikutnya." Kata Barney Long, direktur senior konservasi spesies di Global Wildlife Conservation.
Sejak awal gerakan konservasi, organisasi dan peneliti individu telah bekerja untuk menyelamatkan dan melindungi spesies di seluruh dunia. Namun, terkadang saling bersaing untuk pendanaan, sumber daya, keahlian, dan akses.
Dengan adanya Aliansi Penyelamatan Badak Sumatera ini, kata Wiratno, akan membawa organisasi Internasional dan Indonesia, bersama-sama membuat dan menerapkan rencana kolaboratif untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah. Dan bekerja bersama-sama dengan mitra pelaksana di lapangan dan berkoordinasi erat dengan para pemimpin di pemerintahan untuk demi menuju kesuksesan.
Baca juga: Dalam Empat Tahun Populasi Badak Jawa di Ujung Kulon Bertambah
Simak artikel menarik lainnya tentang badak Sumatera hanya di kanal Tekno Tempo.co.