TEMPO.CO, Jakarta - Aliansi Penyelamatan badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) akan memfasilitasi beberapa kegiatan konservasi di Indonesia. Aliansi tersebut merupakan gabungan dari lima organisasi konservasi internasional yakno Global Wildlife Conservation, International Rhino Foundation (IRF), International Union for Conservation of Nature (IUCN-SSC), National Geographic Society dan WWF.
Baca juga: Hari Badak Nasional, WWF: Badak Indonesia Kritis
"Pengalaman puluhan tahun meneliti, melatih, dan mengkaji secara ilmiah, menjadikan aliansi ini bukan saja peluang terbaik bagi kelangsungan hidup badak Sumatera, melainkan satu-satunya peluang yang ada," ujar CEO WWF Indonesia Rizal Malik, dalam keterangan tertulis, Ahad, 23 September 2018.
Penyelamatan Badak Sumatera akan memfasilitasi kegiatan di tiga area utama konservasi spesies. Peningkatan kapasitas, dilakukam untuk membangun dua suaka badak Sumatera baru di Indonesia, satu di Kalimantan dan yang satu di Sumatra bagian utara, serta memperluas fasilitas yang ada di Taman Nasional Way Kambas.
Seekor badak Sumatera bercula dua (DicerorhinusSumatrensis) bernama `Harapan` berjalan di ruang karantina di hutan kawasan Suaka Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung, 3 Desember 2015. ANTARA FOTO
Baca Juga:
Baca juga: Populasi Badak Sumatera Kritis, Perlu Konservasi Mirip Jawa
Selain itu, aliansi akan melakukan penangkapan dan penyelamatan, seperti operasi penangkapan dan penyelamatan untuk memindahkan badak Sumatera yang terisolasi ke fasilitas penangkaran konservasi yang dikelola. Juga ada program perawatan dan perlindungan dengan memasukkan badak ke dalam program pembiakan menggunakan teknologi canggih yang dirancang untuk memaksimalkan pertumbuhan populasi.
Menurut Direktur Eksekutif International Rhino Foundation Susie Ellis, aliansi menggunakan pengalaman lebih dari 22 tahun untuk memelihara dan membiakkan badak Sumatera. Dan, Susie menjelaskan, akan menggunakan teknik terkini Cincinnati Zoo Taman Nasional Way Kambas.
"IRF yakin bahwa aliansiini dapat membantu membalikkan fakta yang dihadapi badak Sumatera," lanjut Susie. "Namun, upaya yang ambisius ini akan membutuhkan investasi yang signifikan."
Ilustrasi badak Sumatera. AP/Tatan Syuflana
Baca juga: Gading Gajah dan Cula Badak Masih Diperdagangkan di Australia
Untuk memulai upaya, kata dia, aliansi tersebut melakukan penggalangan dana selama tiga tahun. Masing-masing organisasi mitra, Susie lebih lanjut menjelaskan, telah berkomitmen dengan menyumbang sebesar US$ 1 juta untuk mendukung dana aksi darurat yang membutuhkan US$ 30 juta.
"Ini adalah kesempatan terakhir kami untuk meningkatkan profil spesies badak yang kurang dikenal dan mempertahankan sejarah evolusi lebih dari 20 juta tahun," kata Wakil Presiden Eksekutif dan Ilmuwan Kepala di National Geographic Society Jonathan Baillie. "Sekarang saatnya untuk bergerak bersama."
Anak badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) Andatu bersama induknya Ratu di SRS Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, Lampung, Senin (30/7). ANTARA/Andika Wahyu
Baca juga: Dalam Empat Tahun Populasi Badak Jawa di Ujung Kulon Bertambah
Simak artikel menarik lainnya tentang badak Sumatera hanya di kanal Tekno Tempo.co.