TEMPO.CO, Jakarta - Kali ini Tempo berkesempatan melakukan review Spider-Man (2018). Membuat game superhero bukan perkara gampang. Walau ada ribuan kisah di komik yang bisa diadaptasi, sulit untuk menerjemahkan kemampuan superhero secara apik ke dalam gameplay. Superheronya terlalu kuat, gamenya akan menjadi membosankan. Superheronya diperlemah, gamenya menjadi terlalu sulit. Kemampuan superhero harus seimbang dengan tantangan yang dihadapi gamer.
Spider-man (2018) dari developer Insomniac untuk PlayStation 4 berhasil mewujudkan keseimbangan itu. Semuanya terasa pas ketika Tempo memainkan Spider-Man hingga tamat. Gameplaynya asyik, ceritanya seru, tantangan yang dihadapi gamer pun tidak bisa dianggap remeh.
Tak Setia ke Komik
Game Spider-Man kali ini mengambil setting kurang lebih 8 tahun sejak Peter Parker menjadi Spider-Man. Selama delapan tahun itu, Spider-Man telah menjebloskan berbagai musuh ikoniknya ke dalam penjara bernama The Raft. Beberapa di antaranya adalah Rhino, Vulture, Scorpion, dan yang terbaru adalah Wilson Fisk atau dikenal sebagai King Pin.
Ketika menjebloskan King Pin ke The Raft, Peter Parker membayangkan dirinya tidak perlu lagi bercapai-capai mengentaskan masalah kriminalitas. Ia membayangkan kedamaian di Manhattan, Amerika Serikat di mana ia bisa fokus mencari nafkah untuk membayar tagihan-tagihannya yang menumpuk. Namun, ia ternyata salah.
Spider-Man (PS4). Kredit: Youtube/Marvel Entertainment
Masuknya King Pin ke sel penjara menimbulkan kekosongan kekuasaan di dunia kriminal. Berbagai organisasi mulai berperang untuk memperebutkan kekosongan itu. Salah satunya bernama The Demons yang belakangan diketahui memiliki kaitan erat dengan lingkaran pertemanan Peter.
Perlu diketahui, karakterisasi beberapa tokoh di game ini berbeda dengan yang ada di komik. Peter Parker, misalnya, tidak lagi digambarkan sebagai fotografer lepas Daily Bugle namun asisten professor di Octavius Corp. Contoh lain, Mary Jane, yang di komik digambarkan sebagai model dan kekasih Peter, di game ini malah digambarkan sebagai mantan kekasih Peter dan seorang jurnalis investigasi.
Perubahan itu tak berhenti di karakterisasi, tetapi juga di gameplay yang menjadi nilai utama game ini.
Memoles Formula Lama