TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti vaksin dari PT Biofarma, Neni Nurainy, menjelaskan bahwa vaksin memiliki manfaat bukan hanya untuk individu, melainkan juga bermanfaat secara kelompok.
Baca: MUI Haramkan Vaksin MR, Ini Kata Ilmuwan dari Berbagai Perspektif
"Manfaatnya tidak hanya untuk individu, tapi kelompok juga. Jika ada yang menyebarkan penyakit atau sakit, lalu ada yang tidak diimunisasi maka itu akan menyebar," ujar Neni dalam diskusi kontroversi vaksin di Kantor Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Jum'at, 21 September 2018.
Diskusi tersebut diadakan untuk menanggapi fatwa MUI terkait vaksin MR yang dikeluarkan pada 20 Agustus 2018 lalu. Fatwa MUI Nomor 33 Tahun 2018 tentang Penggunaan Vaksin MR Produk dari Serum Institute of India untuk Imunisasi yang isinya menyatakan haram karena mengandung babi.
Vaksin merupakan suatu produk biologi yang sifatnya antigenik, dibuat dari virus atau bakteri yang dilemahkan, yang selanjutnya digunakan untuk mengaktivasi sistem kekebalan dalam tubuh.
"Jika beberapa saja orang yang diimunisasi, maka akan tetap menyebar, tapi dengan 95 persen orang melakukan imunisasi vaksin dipastikan tidak menyebar," tambah Neni. "Dan yang 5 persen itu tidak terserang penyakit karena sudah mendapatkan manfaat kekebalan dari teman sekitarnya yang sudah divaksin, jadi kita menyelamatkan banyak orang."
Menurut Dosen dan Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Ahmad Faried, para anti vaksin akan menyebabkan beberapa masalah baru. Pertama, kata dia, membahayakan kesehatan masyarakat sekitar, termasuk dokter.
"Misalkan ada orang di Papua sana datang berobat dengan darah yang keluar, sementara di sana tidak ada peralatan yang lengkap, tidak ada sarung tangan dan masker, apa saya diam saja?" kata Faried. "Saya harus menolongnya, tapi apakah saya tahun korban ini sudah divaksin atau belum, kalau belum ya saya bisa jadi tertular."
Faried mengatakan ada tiga hal yang dianggap penting dalam kesehatan masyarakat, yaitu air bersih dan sanitasi, vaksin dan gizi.
"Saya menganalogikan vaksin dengan sabuk pengaman. Ketika kita berpikir sebagai pengemudi yang baik dan jago, mobil kita bagus jalanan sepi. Kita tetap harus berhati-hati, tapi kita tidak tahu orang di sekitar kita, bisa jadi kita terkena dampak karena orang di sekitar kita," lanjut Faried.
Sama seperti vaksin, menurut Faried, meskipun sudah melakukan imunisasi belum tentu kita yang sudah berjaga-jaga akan terus aman. Tapi, kata dia, orang di sekeliling kita yang tidak diimunisasi vaksin bisa menularkan penyakit atau mencelakai.