Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Prediksi Banjir Bandang Bisa Lewat Google Earth, Begini Caranya

image-gnews
Foto udara Sungai Badeng, kawasan hutan pinus Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin, 25 Juni 2018. Masyarakat diimbau tetap waspada. Sebab, berdasarkan kajian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Pandil di kompleks Gunung Raung, Banyuwangi, masih berpotensi longsor dan kembali menyebabkan banjir bandang, khususnya yang dilewati jalur wilayah tangkapan air gunung tersebut di sekitar Sungai Badeng. ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Foto udara Sungai Badeng, kawasan hutan pinus Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin, 25 Juni 2018. Masyarakat diimbau tetap waspada. Sebab, berdasarkan kajian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Pandil di kompleks Gunung Raung, Banyuwangi, masih berpotensi longsor dan kembali menyebabkan banjir bandang, khususnya yang dilewati jalur wilayah tangkapan air gunung tersebut di sekitar Sungai Badeng. ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Iklan

TEMPO.CO, Surakarta - Bencana alam berupa banjir bandang sering kali melanda dan menyebabkan kerusakan yang cukup luas. Padahal, dengan penggunaan teknologi informasi, ancaman banjir bandang bisa diprediksi dan diantisipasi.

Baca juga: Usai Gempa, Banjir Bandang Diprediksi Intai Lombok

"Teknologi yang digunakan tersedia di internet," kata peneliti dari Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah Aliran Sungai (BPPDAS), Endang Savitri di Solo, Kamis 27 September 2018. Menurut dia, kajian untuk memprediksi kemungkinan terjadinya banjir bandang bisa dilakukan dengan Google Earth.

Dia menjelaskan bahwa banjir bandang biasanya terjadi akibat sebuah proses yang terjadi selama bertahun-tahun. "Jadi tidak terjadi secara tiba-tiba akibat hujan deras," katanya. Namun, selama ini hujan lebat yang mengguyur saat banjir bandang melanda selalui dituding sebagai biang keladi.

Baca juga: Kesaksian Warga saat Banjir Bandang Cicaheum Terjadi

"Banjir bandang biasanya terjadi akibat penyumbatan di daerah aliran sungai," kata Endang. Sumbatan yang membentuk bendung alami itu menghalangi aliran sehingga air menumpuk di satu area. "Dalam titik tertentu bandung ini akhirnya jebol menjadi banjir bandang," katanya. Biasanya jebolnya bendung alami itu terjadi saat hujan deras mengguyur.

Tumpukan penyumbat itu bisa terbentuk melalui proses yang berlangsung secara bertahun-tahun. "Sangat mudah teridentifikasi melalui membandingkan gambar Google Earth di daerah aliran sungai secara berkala," katanya. Cara ini juga bisa dilakukan oleh pemerintahan di daerah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia mencontohkan, banjir bandang di Banyuwangi pada Juni kemarin sangat mengagetkan masyarakat. "Banjir terjadi di Bulan Juni dimana curah hujan tidak tinggi," katanya. Ternyata, banjir itu terjadi akibat penyumbatan aliran sungai yang terjadi selama bertahun-tahun.

Baca juga: Pesawat MH370 Terlacak di Google Earth, Pencarian akan Dilakukan

"Kami telah melakukan pengecekan melalui Google Earth," katanya. Melalui aplikasi itu, sumbatan di sungai telah terekam sejak 2014. Sumbatan yang membendung sungai itu akhirnya jebol pada Juni lalu lantaran tidak mampu lagi menahan air yang mengumpul selama bertahun-tahun.

Baca juga: 11 Temuan Menakjubkan Google Earth: Bangunan Misterius Hingga UFO

Simak artikel menarik lainnya tentang melihat banjir bandang melalui Google Earth hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ahli ITB Jelaskan Penyebab Longsor Mematikan di Cipongkor Bandung Barat

2 hari lalu

Petugas membawa anjing pelacak mencari warga yang hilang saat tanah longsor dari puncak bukit mengubur 10 rumah dan lebih dari 30 rumah terdampak di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 25 Maret 2024. Sementara ini 9 orang dinyatakan masih hilang, lebih dari 30 rumah tertimbun longsor, serta lebih dari 300 jiwa mengungsi di kantor desa dan sekolah. TEMPO/Prima Mulia
Ahli ITB Jelaskan Penyebab Longsor Mematikan di Cipongkor Bandung Barat

Faktor utama pemicu longsor adalah curah hujan yang lebat.


Sembilan Orang Hilang Akibat Banjir Bandang dan Longsor di Bandung Barat

4 hari lalu

Petugas penyelamat mencari warga yang hilang saat tanah longsor dari puncak bukit mengubur 10 rumah dan lebih dari 30 rumah terdampak di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 25 Maret 2024. Sementara ini 9 orang dinyatakan masih hilang, lebih dari 30 rumah tertimbun longsor, serta lebih dari 300 jiwa mengungsi di kantor desa dan sekolah. TEMPO/Prima Mulia
Sembilan Orang Hilang Akibat Banjir Bandang dan Longsor di Bandung Barat

Banjir dan tanah longsor di Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat, membuat sejumlah warga hilang dan rumah rusak. Evakuasi masih berlangsung.


Banjir Bandang Sergap Cipongkor Bandung Barat Jelang Tengah Malam

4 hari lalu

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Banjir Bandang Sergap Cipongkor Bandung Barat Jelang Tengah Malam

Banjir bandang menyergap Kampung Joglo, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat. Akibat hujan dengan intensitas tinggi.


Jokowi Soroti Pembalakan Hutan Sebagai Penyebab Banjir Demak

7 hari lalu

Presiden Jokowi setelah meninjau Korban Banjir di SMK Ganesa, Kec. Gajah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah pada Jumat, 22 Maret 2024. Foto Tangkap layar YouTube Sekretariat Presiden
Jokowi Soroti Pembalakan Hutan Sebagai Penyebab Banjir Demak

Jokowi menyarankan pemda melakukan penanaman, penghutanan kembali, hingga pengalihan lahan untuk solusi jangka panjang atasi banjir demak.


Jokowi Tinjau Langsung Banjir Demak pada Pagi Ini

7 hari lalu

Presiden Joko Widodo tiba di Pangkalan Udara Utama TNI AD Ahmad Yani, Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat, 22 Maret 2024, untuk kemudian mengunjungi lokasi banjir Demak. Foto Sekretariat Presiden
Jokowi Tinjau Langsung Banjir Demak pada Pagi Ini

Presiden Jokowi meninjau langsung lokasi terdampak banjir di Kabupaten Demak.


Tanggul Jebol dan Banjir Bandang Demak, Jokowi Instruksikan Ini ke Menteri PUPR

7 hari lalu

Foto udara permukiman warga terendam banjir di samping Sungai Wulan yang tanggulnya jebol di permukiman yang terendam banjir di Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin 18 Maret 2024. Banjir yang kembali melanda Kabupaten Demak itu karena curah hujan tinggi yang menyebabkan sejumlah tanggul sungai jebol sehingga mengakibatkan ribuan rumah terendam banjir di 89 desa dari 11 kecamatan, 24.946 jiwa mengungsi, serta terputusnya jalur utama pantura Demak-Kudus. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Tanggul Jebol dan Banjir Bandang Demak, Jokowi Instruksikan Ini ke Menteri PUPR

Jokowi menargetkan penutupan tanggul Sungai Wulan di Dukuh Norowito, Desa Ngemplik Wetan, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, rampung hari ini.


Banjir dan Tanah Longsor Pesisir Selatan, Masa Tanggap Darurat Diperpanjang 14 Hari ke Depan

7 hari lalu

Tim SAR melakukan pencarian terhadap korban yang tertimbun longsor di Langgai, Gantiang Mudiak Utara Surantiah, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Selasa, 12 Maret 2024. Pencarian ini sudah memasuki hari ke-6 dengan jumlah korban yang sudah temukan sebanyak 7 dari 10 orang. TEMPO/Fachri Hamzah
Banjir dan Tanah Longsor Pesisir Selatan, Masa Tanggap Darurat Diperpanjang 14 Hari ke Depan

Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan mengaku sudah melakukan banyak hal. Kerugian yang dialami warganya masih didata.


Cerita Masyarakat yang Kehilangan Rumahnya Akibat Banjir Bandang di Pesisir Selatan

14 hari lalu

Isal, warga Nagari Ganting Mudiak Selatan, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, yang kehilangan rumahnya akibat banjir pada Kamis, 7 Maret 2024 lalu. Foto: TEMPO/Fachri Hamzah.
Cerita Masyarakat yang Kehilangan Rumahnya Akibat Banjir Bandang di Pesisir Selatan

Prediksi awal kalau banjir tidak akan besar membuat Isal tidak mempersiapkan apa-apa.


Kampung Langgai Sumatra Barat Masih Terisolir Seminggu Setelah Diterjang Banjir Bandang

14 hari lalu

Warga memanggul karung berisi bantuan untuk korban banjir bandang dan longsor di Langgai, Gantiang Mudiak Utara Surantiah, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Selasa, 12 Maret 2024. Akses menuju lokasi bencana tersebut yang terputus membuat warga kesulitan mendapatkan bantuan. TEMPO/Fachri Hamzah.
Kampung Langgai Sumatra Barat Masih Terisolir Seminggu Setelah Diterjang Banjir Bandang

Sepanjang jalan menuju Langgai, masih banyak lumpur yang dibawa banjir bertumpuk di depan rumah warga.


Banjir Bandang yang Melumat Kampung di Sumatera Barat, Ini Kesaksian Warga

15 hari lalu

Kondisi rumah masyarakat  di Batu Bala, Nagari Gantiang Mudiak Utara, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, setelah diterjang banjir pada Kamis 7 Maret 2024.  TEMPO/Fachri Hamzah
Banjir Bandang yang Melumat Kampung di Sumatera Barat, Ini Kesaksian Warga

Banjir bandang dan tanah longsor tak hanya terjadi di Ganting Mudiak Utara maupun di Kabupaten Pesisir Selatan, tapi lokasi ini menjadi yang terparah.