TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah dosen, peneliti dan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia atau FKM UI membentuk sekolah siaga bencana di Kota Cilegon, Banten. Sekolah tersebut menjadi wadah pembelajaran, pelatihan dan simulasi bencana.
Baca: Universitas Indonesia Masuk Jajaran Perguruan Tinggi Riset Dunia
Baca: UI Buka Program Magister Teknik Sistem Energi
Baca: Tawarkan Energi Alternatif, Tim RISE UI Lolos Grand Final GGITC
"Cilegon masuk ke dalam urutan 136 sebagai wilayah dengan risiko potensi bencana besar, khususnya terkait gempa Megathrust. Gempa ini sangat berbahaya, karena kekuatan gempa bisa mencapai 9 SR dan bahkan lebih. Gempa ini sering terjadi di zona penunjang atau wilayah geologis, seperti zona subduksi Selat Sunda," ujar Ketua Pengabdi Masyarakat Sekolah Siaga Bencana Fatma Lestari, Jumat, 28 September 2018.
Sekolah siaga bencana Kota Cilegon terbentuk atas kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Cilegon. Pelatihan pertama sekolah siaga bencana melibatkan 40 peserta yang merupakan para Kepala Sekolah dan Guru TK, SD, SMP dan SMA se-Kota Cilegon.
Mereka diharapkan mampu menjadi instruktur tanggap bencana di institusinya masing-masing. Sekolah siaga bencana berlangsung selama dua hari, 22 dan 23 September 2018 di Ruang Parkit Hotel Sari Kuring Indah, Kota Cilegon.
"Selain itu, Kota Cilegon juga berpotensi bencana lainnya yaitu bencana industri. Berangkat dari hal tersebut, kami berinisiatif untuk memberikan edukasi serta simulasi singkat bencana, sehingga masyarakat Kota Cilegon siap siaga ketika berhadapan dengan situasi gawat darurat," kata Fatma.
Lebih lanjut, Fatma menambahkan bahwa timnya tidak membatasi diri pada satu kota binaan saja, melainkan ada peluang penambahan kota binaan bencana lainnya, dengan menerapkan model sekolah siaga bencana yang sama pada wilayah dengan karakteristik yang sama di Indonesia.
Sekolah Siaga Bencana melibatkan para fasilitator dari UI dan mahasiswa Magister Keselamatan, Kesehatan Kerja FKM UI. Adapun pelatihan yang diberikan dalam sekolah siaga bencana tersebut di antaranya pertolongan pertama pada korban bencana.
"Dalam pengembangan penelitian dan pengabdian masyarakat, kami bekerja sama dengan Tokyo University, Jepang, sehingga ke depannya tiap wilayah yang berpotensi bencana besar dapat kami bina sehingga memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana," tambah Fatma yang juga profesor UI dalam bidang keselamatan kerja itu.
Para siswa nanti akan mempelajari teknik evakuasi korban bencana, simulasi teknik memilih korban prioritas evakuasi, evakuasi korban dengan tandu, pemberian bantuan medis untuk korban, penanganan korban luka dengan fraktur di kaki dan tangan, bantuan pernapasan dan crisis center.
Simak artikel lainnya tentang dosen Universitas Indonesia atau UI di kanal Tekno Tempo.co.