TEMPO.CO, Banda Aceh - Setelah 12 hari dirawat oleh Tim dokter dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan VESSWIC, gajah liar yang terkena jerat di Gampong Blang Tualang, Kecamatan Bireun Bayeun, Kota Langsa, Aceh, akhirnya mati. Kabar itu disampaikan oleh Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo kepada wartawan dalam pesan tertulisnya.
“Setelah dicoba berdirikan dengan alat berat, tidak juga mau berdiri. Sore tadi akhirnya mati,” tulis Sapto, Sabtu malam, 29 September 2018.
Baca juga: Gajah Kecil Korban Penjeratan Mati setelah 4 Bulan Dirawat
Menurut dia, gajah betina berumur 40 tahun (sebelumnya disebutkan 25 tahun) berada dalam posisi rebah di kubangan setelah terkena jerat. Badannya terendam dan tim dokter terus memberinya pengobatan setelah menemukannya. Untuk menjaga tetap survive, gajah coba diberdirikan dengan alat berat beberapa kali, tetapi tetap tidak mau berdiri. “Matanya telah memutih sebelah kanan, karena lamanya terendam,” jelas Sapto.
Sapto mengatakan, jerat dan pagar listrik menjadi masalah di Aceh dan Sumatera untuk diatasi segera. Petugas pihaknya tidak mampu mengcover semua wilayah di Aceh karena luasannya, perlu dukungan dari Pengamanan Hutan (Pamhut) maupun masyarakat untuk membantu membersihkan jerat tersebut.
Baca juga: Melihat Gajah Terlatih Penjaga Gajah Liar Saat Dirawat
Gajah liat yang mati itu ditemukan dua pekan lalu setelah mendapatkan laporan warga. Tim BKSDA resort Langsa dipimpin Azharudin bersama tim dokter hewan dari VESSWIC yang dipimpin drh. Anhar kemudian melakukan pengobatan terhadap gajah liar yang terluka parah di kaki kiri depan, karena jerat.
Pengobatan yang telah dilakukan adalah memotong jerat yang melekat di kaki, membersihkan luka, memberikan antibiotik serta beberapa botol infus. Tetapi gajah tersebut tidak tertolong dan mati Sabtu kemarin.
Baca juga: Unik, Gajah Purba Sulawesi Ini Punya Empat Gading
Simak artikel menarik lainnya tentang satwa gajah Sumatera hanya di kanal Tekno Tempo.co.