TEMPO.CO, Jakarta - Selain gempa dan tsunami yang menghancurkan Kota Palu, ternyata pada saat bersamaan terjadi pula fenomena likuifaksi. Likuifaksi merupakan pencairan tanah yang disebabkan oleh gempa bumi, sebagaimana dilansir laman lembaga Survei Geologi Amerika (USGS).
Baca juga: BNPB Sebut Ada Empat Lokasi di Sulawesi Tengah Alami Likuifaksi
Fenomena tersebut terlihat dalam sebuah video yang diunggah oleh Kepala Pusat Data dan Humas Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPPB) Sutopo Purwo Nugroho pada Ahad, 30 September 2018, di akun Twitternya, @Sutopo_PN. Video berdurasi 38 detik itu menggambarkan proses terjadinya gempa yang disertai runtuhnya tanah.
Detik-detik saat rumah-rumah bergerak dan roboh disebabkan proses likuifaksi dan amblesan akibat gempa 7,4 SR di Kota Palu. Permukaan tanah bergerak dan ambles sehingga semua bangunan hancur. Proses geologi yang sangat mengerikan. Diperkirakan korban terjebak di daerah ini. pic.twitter.com/Vf5McUaaSG
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) September 30, 2018
Fenomena serupa juga pernah terjadi di Amerika, pencairan tanah terjadi di wilayah Teluk San Francisco yang disebebkan oleh gempa bumi. Hal itu telah dipetakan oleh T. Leslie Youd dan Seena N. Hoose dari USGS.
Baca juga: Dampak Kerusakan Gempa di Palu: Tsunami hingga Likuifaksi
Lokasi kejadian yang dipetakan tersebut dirakit dalam USGS Open-File Report 00-444, yang mencakup peta skala kecil (peta kerentanan likuifaksi 1: 275.000) yang menunjukkan lokasi, bersama dengan basis data spasial digital di mana lokasi dan lainnya informasi yang relevan tentang kejadian dicatat.
Dalam mekanika tanah, istilah "mencair" pertama kali digunakan oleh Allen Hazen mengacu pada kegagalan Bendungan Calaveras di California tahun 1918. Hazen menjelaskan mekanisme aliran pencairan tanggul tersebut.
"Jika tekanan air dalam pori-pori cukup besar untuk membawa semua beban, tekanan itu akan berefek membawa partikel menjauh dan menghasilkan suatu kondisi yang secara praktis seperti pasir hisap," ujar Hazen dalam jurnal Transactions of the American Society of Civil Engineers edisi tahun 1920. "Pergerakan awal beberapa bagian material dapat menghasilkan tekanan yang terus bertambah, mulanya pada satu titik, kemudian pada titik lainnya, secara berurutan, menjadi titik-titik konsentrasi awal yang mencair."
Baca juga: Buta Soal Tsunami Palu, Ini Kata BMKG
Fenomena ini paling sering diamati pada tanah berpasir yang jenuh dan longgar (kepadatan rendah atau tidak padat). Ini karena pasir yang longgar memiliki kecenderungan untuk memampat ketika diberikan beban. Sebaliknya pasir padat cenderung meluas dalam volume atau melebar. Jika tanah jenuh dengan air, suatu kondisi yang sering terjadi ketika tanah berada di bawah permukaan air tanah atau permukaan laut, maka air mengisi kesenjangan di antara butir-butir tanah (ruang pori).
Baca juga: Ada Potensi Bahaya yang Timbul Pasca Gempa Lombok, Apa Itu?
Simak artikel menarik lainnya tentang fenomena Likuifaksi hanya di kanal Tekno Tempo.co.
Tonton video fenomena langka rumah berjalan akibat Likuifaksi pascagempa Palu disini.
USGS | TRANSACTIONS OF THE AMERICAN SOCIETY OF CIVIL ENGINEERS