TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dengan kabar gempa Sumba, likuifaksi di Palu, dan Gunung Anak Krakatau. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG melaporkan dua gempa bumi berurutan telah terjadi di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa pagi, 2 Oktober 2018.
Baca juga: Ini Penyebab Rentetan Gempa Sumba
Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkap sejumlah laporan kerusakan akibat gempa bumi Palu bermanitudo 7,4 yang beragam mulai dari tsunami, longsor, likuifaksi, hingga semburan lumpur. Tsunami dilaporkan terjadi, karena dipicu gempa yang diduga berkaitan dengan zona sesar Palu-Koro dengan mekanisme pergerakannya bergeser.
Juga ada kabar soal Gunung Anak Krakatau yang sudah mulai memasuki tahapan akhir dalam tahapan erupsi lengkapnya tahun ini. Hal itu dilihat berdasarkan letusan per 30 September 2018, erupsi yang terjadi hanya berupa kolom abu vulkanik beberapa puluh meter.
Baca juga: Gempa Sumba: Warga Dua Kampung Mengungsi karena Isu Tsunami
Topik gempa Sumba, tsunami Palu, letusan Anak Krakatau paling banyak menyedot perhatian pembaca di kanal Tekno. Berikut selengkapnya tiga berita hari ini yang terpopuler di kanal Tekno:
1. Gempa 6,3 M dan 5,3 M Guncang Sumba Timur
Rentetan gempa melanda Sumba Timur, 2 Oktober 2018. Kredit:, BMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan dua gempa bumi berurutan telah terjadi di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa pagi, 2 Oktober 2018.
Gempa terbaru terjadi di lokasi 66 kilometer barat daya Sumba Timur. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Pusat gempa berada dalam kedalaman 10 kilometer atau termasuk gempa dangkal. "Gempa Mag:6.3, 02-Oct-18 07:16:44 WIB, Lok:10.57 LS,120.22 BT (66 km BaratDaya SUMBATIMUR-NTT), Kedlmn:10 Km, tdk berpotensi tsunami," tulis BMKG dalam akun twitter-nya.
Baca selengkapnya: Gempa 6,3 M dan 5,3 M Guncang Sumba Timur
2. Dampak Kerusakan Gempa di Palu: Tsunami hingga Likuifaksi
Fenomena likuifaksi yang terjadi saat gempa di Palu. twitter.com/sutopo_pn
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkap sejumlah laporan kerusakan akibat gempa bumi Palu bermanitudo 7,4 yang beragam mulai dari tsunami, longsor, likuifaksi, hingga semburan lumpur. "Utamanya terjadi di Palu dan Donggala. Tim kami akan mendata itu karena sepertinya cukup luas wilayahnya," kata Kepala PPVMBG Kasbani saat dihubungi Tempo, Senin, 1 Oktober 2018.
Kasbani mengatakan, tsunami misalnya dilaporkan terjadi, kendati pemicu gempa tersebut diduga terjadi berkaitan dengan zona sesar Palu-Koro dengan mekanisme pergerakannya bergeser. "Karena ini daerah teluk (dengan kontur kedalaman) terjal, kemungkinan bisa saja terjadi longsoran bawah laut. Bisa saja dari tebing laut yang runtuh," kata dia.
Laporan kerusakan selanjutnya berupa gerakan tanah diantaranya longsor. "Kalau longsor terjadi di mana-mana. Seperti di jalan di antara Palu dan Poso, banyak terjadi longsor di situ," kata Kasbani.
Baca selengkapnya: Dampak Kerusakan Gempa di Palu: Tsunami hingga Likuifaksi
3. Letusan Gunung Anak Krakatau Masuki Tahap Akhir
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis, 19 Juli 2018. Untuk gempa vulkanik dangkal tercatat 38 kali dengan amplitudo 3-30 mm dan durasi 5-15 detik. Lalu gempa vulkanik dua kali dengan amplitudo 29-30 mm, S-P 1-1,5 detik, dan durasi 10-20 detik. ANTARA FOTO/Elshinta
Vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman, mengatakan Gunung Anak Krakatau sepertinya sudah mulai memasuki tahapan akhir dalam tahapan erupsi lengkapnya tahun ini. Berdasarkan letusan per 30 September 2018, erupsi yang terjadi hanya berupa kolom abu vulkanik beberapa puluh meter.
"Meskipun sesekali masih terlihat warna merah dari material lava yang muncul ke permukaan," ujarnya, Senin, 1 Oktober 2018. Menurut pengamat dan peneliti dari Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu, pola letusan gunung api Anak Krakatau makin teratur sejak 2008.
Letusan eksplosif dan efusif, yang mengalirkan lelehan lava, datang silih berganti setiap dua tahun sekali. Pola yang konstan ini terus berlangsung hingga 2018. "Meskipun sempat mengeluarkan lava pada Februari 2017. Sebelumnya tidak," kata Mirzam.
Baca selengkapnya: Letusan Gunung Anak Krakatau Masuki Tahap Akhir
Selain kabar tentang gempa Sumba, likuifaksi saat tsunami Palu, dan letusan Gunung Anak Krakatau, Anda bisa membaca berita hari ini lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.