TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena likuifaksi atau pencairan tanah telah terjadi di Palu bersamaan dengan gempa dan tsunami, 28 September 2018 lalu. Fenomena tersebut terjadi akibat pencairan tanah yang disebabkan oleh gempa bumi.
Baca: LAPAN Upayakan Citra Satelit Resolusi Tinggi Likuifaksi Donggala
Baca: Selain Gempa dan Tsunami, Ada Likuifaksi di Palu, Apa Itu?
Baca: Dampak Kerusakan Gempa di Palu: Tsunami hingga Likuifaksi
Menurut laman lembaga Survei Geologi Amerika (USGS), fenomena serupa juga pernah terjadi di dua tempat di Amerika, San Francisco di California Utara dan Loma Prieta di Teluk San Francisco, dan sumber lain menyebutkan pernah terjadi di Jepang dan Selandia Baru. Berikut penjelasannya:
1. Gempa di San Francisco, California, AS, tahun 1906
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,9 pada 1906 di San Francisco merupakan yang terbesar yang pernah terjadi di California tengah utara sejak para pemukim Eropa tiba. Sebagian besar kerusakan yang terjadi selama dan segera setelah gempa 1906 terkait dengan pencairan atau likuifaksi.
Selama gempa, kerusakan yang disebabkan oleh likuifaksi di daerah seperti Distrik Mission dan area Market Street. Banyak kerusakan akibat likuifaksi pada gempa 1906 terjadi di daerah "reklamasi" yang dulunya teluk atau tanah rawa. Area-area tanah yang "dibuat" ini biasanya diisi dengan sedimen yang dipompa atau dikeruk. Meskipun luas tanah yang terisi tidak sebesar sekarang, masih ada banyak wilayah San Francisco yang mengalami likuifaksi yang tidak terencana.
2. Gempa Loma Prieta, California, AS, tahun 1989
28 tahun lalu gempa Loma Prieta menghantam California Utara, menewaskan 63 orang dan menyebabkan kerugian miliaran dolar. Episentrum gempa bumi 1989 itu berada di Pegunungan Santa Cruz, jauh dari pusat populasi. Ini menyebabkan kerusakan yang cukup besar pada Santa Cruz karena gempa berlokasi di dekatnya.
Bagian wilayah yang lebih padat penduduknya (seperti Oakland dan San Francisco) terpapar pada tingkat guncangan yang relatif rendah, dibandingkan dengan guncangan gempa tahun 1906.
3. Gempa Hanshin-Awaji, Jepang, tahun 1995
Laman Japan Today menjelaskan bahwa pernah terjadi gempa besar di Hanshin-Awaji, Jepang pada 17 Januari 1995 dengan episentrum di sebelah utara Pulau Awaji yang terletak di bagian selatan Prefektur Hyogo. Gempa bermagnitudo 7,2 itu disebabkan oleh tiga buah lempeng: lempeng Filipina, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia yang saling bertabrakan.
Berlangsung selama 20 detik, gempa mengakibatkan kerusakan besar kota Kobe yang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat gempa, karena terjadi likuifaksi. Bencana memakan korban jiwa sebanyak 6.433 orang yang sebagian besar merupakan penduduk kota Kobe.
Peristiwa Hanshin-Awaji merupakan gempa terburuk di Jepang sejak Gempa Bumi besar Kanto 1923 yang menelan korban jiwa 140.000 orang. Gempa Hanshin-Awaji menimbulkan korban jiwa dan kerusakan dalam skala besar di daerah Hanshin (Kobe, Ashiya, Nishinomiya, Takarazuka, Amagasaki, Itami), pulau Awaji, dan kota Toyonaka yang terletak di Prefektur Osaka.
4. Gempa Canterbury, Selandia Baru, pada 2010
Gempa Canterbury 2010 atau yang juga dikenal gempa bumi Christchurch merupakan gempa berkekuatan magnitudo 7,1 yang mengguncang Pulau Selatan, Selandia Baru, pada 4 September 2010. Gempa tersebut telah merusak fasilitas umum terutama yang berada di kota Christchurch akibat fenomena likuifaksi.
Episentrum gempa berada di 40 kilometer sebelah barat kota Christchurch, tepatnya di daerah Darfield, Canterbury, dengan kedalaman 10 kilometer. Gempa pertama berkekuatan magnitudo 5,8 yang terjadi selama lima detik sebelum gempa utama, kemudian disusul gempa susulan berkekuatan magnitudo 5,4.
Gempa utama terasa di seluruh Pulau Selatan hingga di New Plymouth, Pulau Utara dan berlangsung selama 40 detik. Gempa ini tidak berpotensi tsunami karena pusat gempa berada di daratan.
Simak artikel menarik lainnya tentang fenomena likuifaksi hanya di kanal Tekno Tempo.co
USGS | DAILY MAIL | ABC7NEWS | JAPANTODAY | IBTIMES.CO.UK | NEWSHUB