Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Proyek Pendeteksi Tsunami Indonesia Disebut Mandek, Ini Faktanya

image-gnews
Warga yang selamat dari gempa dan tsunami mencari kerabatnya yang hilang di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, 4 Oktober 2018. Meski wilayah Balora tidak terdampak tsunami, Kelurahan Balaroa hampir sepenuhnya terkubur dengan tanah yang mengalami likuifaksi akibat gempa besar yang terjadi. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Warga yang selamat dari gempa dan tsunami mencari kerabatnya yang hilang di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, 4 Oktober 2018. Meski wilayah Balora tidak terdampak tsunami, Kelurahan Balaroa hampir sepenuhnya terkubur dengan tanah yang mengalami likuifaksi akibat gempa besar yang terjadi. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan Institut Teknologi Bandung (ITB) Harkunti Pertiwi Rahayu yang terlibat dalam proyek pendeteksi tsunami memberikan klarifikasi terkait penjelasan pakar manajemen bencana dari University of Pittsburgh, Amerika Serikat, Louise Comfort. Louise Comfort mengatakan adanya perselisihan antar-lembaga di Indonesia atas tanggung jawab pemasangan pendeteksi tsunami.

Baca juga: Indonesia Tak Punya Pendeteksi Tsunami Karena Proyek Mandek?

"Saya coba meluruskan sedikit tentang apa yang disampaikan Comfort jadi berkepanjangan seperti ini, terus terang bikin bingung banyak pihak," ujar Harkunti kepada Tempo melalui pesan singkat, Jumat, 5 Oktober 2018.

"Penelitian ini melibatkan beberapa individu, ilmuwan dari berbagai perguruan tinggi dan institusi Amerika dan Indonesia. Saya garis bawahi, proyek ini dijalankan individu, pakar di mana masing-masing insitutisi memberikan surat dukungan (letter of support) yang lebih menekankan kontribusi kepakaran dan manfaat dari penelitian. Jadi, bukan antar-negara."

Baca juga: Proyek Pendeteksi Tsunami Mandek, Ini Kata BMKG

Hal tersebut berawal dari komentar Comfort yang menjadi pemberitaan media Asing, yang menjelaskan bahwa proyek senilai US$ 69 ribu (setara Rp 1 miliar), hanya sampai pada pembuatan prototipe yang dikembangkan Amerika Serikat dengan dana dari US. National Science Foundation. Comfort menyebut proyek pendeteksi tsunami di Indonesia ini gagal karena perselisihan antar-lembaga di Indonesia.

"Bagi saya ini bukan sekadar tragedi kemanusiaan, tapi tragedi ilmu pengetahuan," ujar Comfort, ketua proyek dari tim Amerika Serikat, seperti dilansir laman TIME, 1 Oktober 2018. Proyek ini juga melibatkan para ilmuwan dari Woods Hole Oceanographic Institute dan pakar bencana di Indonesia.

Harkunti, yang juga pakar planologi, menjelaskan, bahwa perannya dalam tim tersebut lebih banyak dalam pengembangan jaringan sosial dan jaringan komunikasi di darat untuk evakuasi tsunami. "Saya tidak involved secara langsung untuk jaringan sensor bawah laut tetapi sebagai team pakar tentunya saya tahu manfaat dan duduk permasalahannya," kata Harkunti.

Baca juga: BPPT Kembangkan Pendeteksi Tsunami, Lebih Canggih dari Buoy

Perempuan yang juga Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia itu memberikan beberapa poin tentang apa yang disampaikan Comfort:

1. Proyek yang dikerjakan kami bersama Louise Comfort kalaupun lengkap dan dipasang (deploy) masih berupa prototipe dan masih jauh dari siap pakai karena masih skala uji coba.

2. Komponen yang disampaikan Comfort adalah manfaatnya untuk deteksi perubahan kolom air, yang hanya bagian kecil dari sistem peringatan dini tsunami Indonesia. Comfort kurang memahami sistem peringatan dini tsunami Indonesia. "Walau sudah berpuluh kali saya jelaskan," ujar Harkunti.

3. Sistem peringatan dini tsunami (PDT) di Indonesia ada empa tahapan yang sudah diakui oleh negara-negara yang berada di Samudera Hindia:
- Pertama (PDT1), memberikan informasi potensi tsunami yang akan menimpa kawasan dengan waktu tiba dan ketinggian gelombang tsunami.
- Kedua (PDT2), pemutakhiran (updating tsunami) yang disasarkan pada model dengan data yang lebih lengkap dari seismometer sensor. Hal ini perlu waktu minimal 5-8 menit setelah PDT1, artinya sekitar 10-13 menit dari gempa. Idealnya tahapan kedua ini bisa dilengkapi dengan informasi dari perubahan kolom air yang bisa dideteksi dengan sensor bawah laut yang kemudian datanya dikirim ke BMKG untuk diolah. Deteksi perubahan kolom air bisa menggunakan buoy, kabel, dan lain-lain.
- Ketiga (PDT3), berisi kepastian tsunami telah sampai atau menghantam suatu kawasan. Informasi ini dideteksi oleh tide gauge dan dikirmkan ke BMKG Pusat.
- Keempat (PDT4, berisi informasi pengakhiran tsunami yang artinya semua gelombang tsunami sudah terjadi. Data terakhir ini dibituhkan team SAR untuk mencari dan menyelamatkan korban.

4. Melihat tahapan pada poin 3, maka untuk sebagian besar wilayah Indonesia yang paling kritis untuk tanda evakuasi adalah PDT1. Itu karena waktu yang sangat pendek. Jadi, jelas tampak keberadaan bouy akan bermanfaat untukk kawasan yang memiliki travel time tsunami (waktu tiba tsunami) di atas 30 menit. Sedangkan untuk wilayah yang travel timenya di bawah 30 menit setelah gempa, seperti Palu. Fase PDT1 akan lebih penting guna menyelematkan warga.

5. Lokasi proyek yang disebut Comfort berada di laut antara Siberut dan Pulau Sumatera bagian barat. Jadi, kalau dikaitkan dengan Palu tentunya sangat tidak pas. Karena kita tahu sendiri lokasi Palu dan Sumatera Barat sangat jauh. Tentu, pernyataan Comfort soal "could have save more people" membingungkan pembaca karena Comfort tidak memberikan informasi yang utuh soal proyek ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: BNPB Sebut Buoy Pendeteksi Tsunami sudah Tak Berfungsi Sejak 2012

"Ini sebetulnya proyek individu dengan letter of support dari institusinya masing-masing. Peneliti asing pun pakemnya begitu. Kebetulan para peneliti yang dilibatkan mempunyai hati dalam pengurangan bencana tsunami. Sehingga mau berupaya agar penelitian ini jalan dan memberikan sumbangsih," kata Harkunti yang memimpin tim dari Indonesia.

Harkunti juga tidak membaca Letter of support-nya Badan Pengkajian dan Penerapan (BPPT). Tapi, kata dia, BPPT sudah berbaik hati dengan memberikan cable penelitiannya untuk melengkapi milik WHOI partner Comfort dari America yang menyediakan OBU (ocean bottom unit sensor).

"Karena peneliti BPPT sama dengan yang lain, menjalankan ini dengan hati agar riset selesai dan bisa diuji coba. Tapi ternyata, cable yang dibutuhkan untuk menyambung OBU ke darat kurang panjang. Saya tidak mengerti kenapa bisa team WHOI dan Louise Comfort tidak menghitung dengan cermat dan memasukkan semua komponen ke dalam proposal mereka ke pemerintah Amerika yang mendanai," kata Harkunti.

Baca juga: Beberapa Faktor Penyebab Tsunami Palu Makan Banyak Korban

Iyan Turyana, perekayasa dari Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BPPT, menyatakan bahwa BPPT memang pernah diajak proyek tersebut pada 2005. "Kami sangat mendukung itu, awalnya. Tapi BPPT tidak dilibatkan penuh, " ujar dia saat ditemui di Gedung BPPT, Kamis, 5 Oktober 2018. "Mulai saat itu kami fokus ke cable based tsunameter (CBT) kami sendiri."

Sampai akhirnya pada 2016, Iyan bercerita, BPPT diajak bergabung kembali untuk membangun CBT yang rencananya akan digabung dengan akustik milik Amerika. Namun, kata dia, sejak 2016, BPPT sudah tidak lagi memiliki dana anggaran untuk riset tsunami. "Jadi kami coba cari dana lain dari BMKG maupun BNPB yang sampai saat ini tidak berhasil didapatkan. Tentu sulit. Instansi mana yang bisa mengeluarkan dana sebanyak itu tanpa perencanaan yang matang?" kata Iyan.

Iyan dan tim BPPT lain pun heran saat Comfort dan timnya meminta dana sebesar itu pada 2016. Musababnya, di awal program tidak ada pembicaraan detail mengenai pembiayaan sistem kabel. "Saya kira semua instansi yang terlibat sudah berusaha maksimal, termasuk BNPB dan BMKG. Tapi kan tentu ada prosedur yang harus dilewati. Jangan malah niat baik ini berakhir dengan pemeriksaan KPK karena ada prosedur yang dilabrak," ujarnya.

Di tempat berbeda, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menolak jika dikatakan alasan mandek yang disebut Comfort karena kekurangan dana. Daryono berdalih saat ini pemerintah sedang fokus terhadap perbaikan infrastruktur pasca gempa bumi dan tsunami melanda Palu, Sulawesi Tengah pada 28 Oktober lalu.

"Butuh dana besar kan itu. Jadi ada prioritas, mana yang perlu didahulukan," kata dia di gedung BNPB, Jakarta Timur pada Kamis, 4 Oktober 2018. Sedangkan BNPB belum bisa dikonfirmasi terkait masalah ini.

Baca juga: Peneliti Tsunami: Peringatan Dini Seharusnya Tidak Segera Dihentikan

Simak kabar terbaru seputar sistem pendeteksi tsunami Indonesia hanya di kanal Tekno Tempo.co.

KHORY ALFARIZI | ANDITA RAHMA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi Resmikan Dua Pelabuhan di Palu Usai Direhabilitasi Akibat Gempa, Telan Anggaran Rp 233 Miliar

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan pada peresmian Pelabuhan Wani di Donggala, Sulawesi Tengah, Rabu 27 Maret 2024. Presiden Jokowi meresmikan dua pelabuhan di kawasan Teluk Palu yaitu Pelabuhan Pantoloan di Palu dan Pelabuhan Wani di Donggala, setelah direhabilitasi dan direkonstruksi diharapkan dapat mengembalikan fungsi pelabuhan yang terdampak bencana alam itu dengan meningkatkan kapasitas layanan pelabuhan, peningkatan ekonomi dan sebagai penyangga kawasan IKN. ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Jokowi Resmikan Dua Pelabuhan di Palu Usai Direhabilitasi Akibat Gempa, Telan Anggaran Rp 233 Miliar

Jokowi meresmikan proyek rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur pelabuhan pascabencana 2018 di Kawasan Teluk Palu, Sulteng.


BMKG Pastikan Aktivitas Melaut Aman dari Dampak Gempa Bawean Hari Ini

6 hari lalu

Gempa di Laut Jawa dengan kekuatan 6,5 SR kembali mengguncang Tuban, Jawa Timur, dan sekitarnya pada Jumat sore, 22 Maret 2024. (BMKG)
BMKG Pastikan Aktivitas Melaut Aman dari Dampak Gempa Bawean Hari Ini

Yang belum bisa dipastikan BMKG adalah kapan rangkaian gempa susulannya akan berakhir.


Rangkaian Gempa Sesar Aktif Laut Jawa Hari Ini Tak Berpotensi Tsunami, Begini Penjelasannya

6 hari lalu

Sebaran aktivitas gempa susulan pasca M5,9 di Laut Jawa sebelah barat Pulau Bawean.
Rangkaian Gempa Sesar Aktif Laut Jawa Hari Ini Tak Berpotensi Tsunami, Begini Penjelasannya

Info dari BMKG, gempa terus terjadi dari Laut Jawa sebelah timur laut Tuban hingga 64 kali per pukul 18.21 WIB.


Gempa Kembali Mengguncang Tuban dan Sekitarnya Lebih Kencang dengan 6,5 SR, Warga Berhamburan

7 hari lalu

Gempa di Laut Jawa dengan kekuatan 6,5 SR kembali mengguncang Tuban, Jawa Timur, dan sekitarnya pada Jumat sore, 22 Maret 2024. (BMKG)
Gempa Kembali Mengguncang Tuban dan Sekitarnya Lebih Kencang dengan 6,5 SR, Warga Berhamburan

Gempa membuat warga Tuban panik dan berhamburan keluar rumah.


Gempa Terkini Mengguncang dari Laut Jawa, Info Awal BMKG Magnitudo 6,0

7 hari lalu

Ilustrasi gempa. geo.tv
Gempa Terkini Mengguncang dari Laut Jawa, Info Awal BMKG Magnitudo 6,0

Gempa terkini mengguncang dari Laut Jawa pada Jumat pagi ini, 22 Maret 2024.


Info Terkini Gempa M4,9 Guncang Kepulauan Talaud Sulut, Tidak Berpotensi Tsunami

11 hari lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Info Terkini Gempa M4,9 Guncang Kepulauan Talaud Sulut, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi di dalam lempeng Laut Filipina.


Gempa Terkini Guncang Sebagian Wilayah Maluku hingga IV MMI, Ini Data BMKG

19 hari lalu

Peta pusat gempa di Maluku, Minggu sore, 10 Maret 2024.  BMKG
Gempa Terkini Guncang Sebagian Wilayah Maluku hingga IV MMI, Ini Data BMKG

Gempa terkini mengguncang wilayah Pantai Selatan Maluku Tengah, Maluku, pada Minggu sore ini, 10 Maret 2024.


Gempa dari Zona Megathrust Enggano Kembali Getarkan Liwa Pagi Ini

25 hari lalu

Gempa Mag:5.6, Senin pagi, 4 Maret 2024 09:48:23 WIB,  Pusat gempa berada di laut 43 km baratdaya Enggano. X.com/BMKG
Gempa dari Zona Megathrust Enggano Kembali Getarkan Liwa Pagi Ini

Gempa dari laut kembali mengguncang Liwa, Bengkulu Barat, pada Senin pagi ini, 4 Maret 2024.


Gempa Terkini Getarkan Sebagian Bengkulu, BMKG: Pusatnya di Laut

25 hari lalu

Gempa bumi Mag:5.1, Minggu malam 3 Maret 2024 22:07:42 WIB, 45 km BaratDaya KAUR-BENGKULU), tidak berpotensi tsunami. X.com/BMKG
Gempa Terkini Getarkan Sebagian Bengkulu, BMKG: Pusatnya di Laut

Gempa kembali terjadi hari ini, Minggu 3 Maret 2024. Berbeda dari dua yang pertama, gempa terkini berpusat di laut.


Getarkan Parigi Moutong dan Menggoyang Lemah Malang, Ini Info Gempa Terkini BMKG

28 hari lalu

Peta pusat gempa M4,9 di Samudera Hindia yang dirasakan di Karangkates, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat pagi 1 Maret 2024. Foto : BMKG
Getarkan Parigi Moutong dan Menggoyang Lemah Malang, Ini Info Gempa Terkini BMKG

Salah satu gempa terkini berpusat di laut, berjarak 250 kilometer.