Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Riset: Aspen, Koloni Pohon Tertua di Dunia, Mulai Menyusut

image-gnews
Koloni pohon Aspen (Populus tremuloides) yang berada di Hutan Nasional Fishlake di Richfield, Utah, Amerika Serikat. (qz.com)
Koloni pohon Aspen (Populus tremuloides) yang berada di Hutan Nasional Fishlake di Richfield, Utah, Amerika Serikat. (qz.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah riset mengungkapkan bahwa organisme terbesar di bumi, pohon Aspen (Populus tremuloides) yang berada di Hutan Nasional Fishlake di Richfield, Utah, Amerika Serikat, telah menyusut akibat dari pengelolaan hutan yang tidak baik.

Baca juga: Riset: Pengguna Smartphone Indonesia Senang Buka Konten Hiburan

"Ini telah berkembang selama ribuan tahun, dan sekarang sudah mulai terpisah. Kekayaan alam dan spesies kunci tersebut tidak diperhatikan dengan maksimal, sehingga membuatnya menyusut," ujar ahli ekologi dari Utah State University yang memimpin penelitian Paul Rogers, seperti dilansir laman The New York Times, pekan lalu.

Penelitian tersebut terdiri dari survei tanah yang dilakukan baru-baru ini dan analisis 72 tahun gambar melalui udara. Terlihat sekitar 47 ribu pohon Aspen mulai berkurang akibat rusa keledai yang mencari makan dan kesalahan manusia. Penelitian tersebut diterbitkan pada Rabu, 17 Oktober 2018 di PLOS ONE.

Baca juga: Bakteri Inilah yang Bikin Rasa Ubi Cilembu Manis

Pohon Aspen secara genetis merupakan organisme paling masif dan koloni pohon tertua di bumi. Penelitian mengungkapkan bahwa kumpulan pohon yang tumbuh di atas lahan seluas 106 hektare itu dihubungkan oleh satu sistem akar dan semuanya berasal dari DNA yang sama.

"Demografi pohon Aspen mengalami kritis dan tidak seimbang, kami menemukan pohon tua itu sedang sekarat," kata Rogers dan rekannya dari staf kehutanan Utah, Darren

McAvoy. Rogers menganalogikan bahwa jika pohon-pohon tersebut adalah komunitas manusia, hal itu seolah-olah penduduk 47 ribu orang di sebuah kota yang hanya berusia 85 tahun dan tidak ada generasi penerusnya.

Baca juga: Merokok Bisa Bikin Manusia Jadi Mutan, Simak Riset Berikut

Foto udara juga mengungkapkan bahwa mahkota Pando terus menipis ketika aktivitas manusia, terutama dalam setengah abad terakhir. Akibat dari aktivitas berkemah dan pembuatan saluran telepon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Semua ini adalah kerugian bagi kelangsungan hidup klon ini," tambah Rogers. "Tapi ada harapan bagi Pando karena para manajer belajar dari kesalahan masa lalu dan memanfaatkan pemahaman yang lebih baik tentang ekologi hutan."

Masyarakat mulai memahami di mana satu bagian hutan telah dipagari dan dikelola dengan baik, pohon-pohon telah tumbuh puluhan kaki hanya dalam beberapa tahun. Genetika Pando dapat mendorong pertumbuhan cepat di area baru.

Menurut Rogers, lebih banyak pemagaran, pemusnahan rusa, dan percobaan dengan ekologi alam hutan pada akhirnya dapat menyelamatkan Pando. Dan mendidik publik tentang penjagaan pohon ini dapat memacu metode konservasi baru. Misalnya, menyimpan spesies umum seperti aspen, yang mendukung keanekaragaman hayati.

Baca juga: Riset: 63 Persen Guru Muslim Intoleran

"Jika kita bisa menyelamatkan ini, ada pelajaran yang dapat membantu kita menyelamatkan ratusan hingga ribuan spesies di seluruh dunia," kata Rogers. "Jika kita tidak bisa mengelola 106 hektar itu dan memulihkannya, apa yang dikatakannya dunia?"

Baca juga: Riset: Gempa Megathrust dan Tsunami Ancam Mentawai

Simak riset lainnya tentang pohon Aspen atau Pando hanya di kanal Tekno Tempo.co.

THE NEW YORK TIMES | PLOS ONE

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

39 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

39 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

39 hari lalu

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut


Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Model skala Kawasan Inti Pemerintahan Pusat Ibu Kota Nusantara atau IKN. ANTARA/Aji Cakti
Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.


Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Proses quality control PCBA motherboard Laptop Merah Putih di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No.KM.35, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.


Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.


Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Masyarakat Melayu Pulau Rempang berkumpul di Lapangan Sepakbola Dataran Muhammad Musa, Kampung Sembulang, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang pada Rabu (11/10/2023). FOTO: YLBHI
Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.


BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

Kepala BRIN Laksono Tri Handoko berbicara soal prioritas riset di lembaganya sepanjang tahun 2023, salah satunya bidang pangan dengan total 218 judul riset. (Tempo/Annisa Febiola)
BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.


Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

18 Desember 2023

Penulis buku Gadis Kretek, Ratih Kumala memegang buku saat hadir dalam diskusi  Biennale Jatim di Rumah Budaya, Sidoarjo, pada Sabtu 16 Desember 2023. TEMPO/ Yolanda Agne
Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

Penulis novel Gadis Kretek Ratih Kumala menceritakan proses kreatif. Mengapa ia akhirnya menjadi seorang kolektor bungkus kretek.


BRIN Akan Tetapkan Regulasi Penggunaan AI di Industri Riset

11 Desember 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko saat menyampaikan kata sambutan di kegiatan Kick Off Peran Valuator Kekayaan Intelektual dalam Pemanfaatan Hasil Riset dan Inovasi di Jakarta, Senin, 11 Desember 2023. (Tempo/Alif Ilham Fajriadi)
BRIN Akan Tetapkan Regulasi Penggunaan AI di Industri Riset

Hingga kini belum ada regulasi yang jelas mengatur terkait penggunaan AI tersebut.