TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy akan mengajukan lukisan gua Kalimantan berumur 40 ribu tahun sebagai situs warisan budaya dunia (world heritage_ ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat (UNESCO).
Baca juga: Menarik, Lukisan Gua Kalimantan 40.000 Tahun Tidak Berubah Banyak
"Jadi ini tertua di dunia karena itu akan kita usulkan menjadi warisan budaya dunia ke UNESCO," ujar Muhajir, dalam pemaparan hasil riset tentang lukisan gua di Sangkulirang-Mangkalihat, di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Selatan, Kamis, 8 November 2018.
Lukisan gua tersebut ditemukan di dalam Gua Jeriji Saleh di pegunungan terpencil di Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur. Umur gambar tersebut terungkap berdasarkan studi terbaru dari tim gabungan dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Griffith University Australia.
Baca juga: Lukisan Gua Berumur 40 Ribu Tahun di Kalimantan Terungkap
Lukisan gua atau juga kerap dikenal sebagai gambar cadas tertua yang diketahui penanggalannya adalah gambar seekor hewan yang tidak teridentifikasi (kemungkinan spesies banteng liar yang hingga kini masih ditemukan di hutan Kalimantan). Gambar cadas tersebut memiliki penanggalan minimum sekitar 40 ribu tahun yang lalu.
"Kita usulkan seperti prosedur biasa, tapi saya kira ini akan mendapatkan apresiasi masyarakat dunia, terutama UNESCO. Ini skalanya penelitian internasional, kita bisa ajak kerja sama lagi dengan perguruan tinggi yang sudah punya reputasi tentang riset-riset arkeologi," kata Muhajir.
Riset yang berjudul "Borneo Palaeolithic Rock Art" itu sudah diterbitkan dalam jurnal Nature edisi, Rabu, 7 November 2018. Penemuan tersebut menegaskan bahwa gambar cadas tidak hanya berkembang di Eropa saja, seperti diyakini selama ini, melainkan merupakan salah satu inovasi penting dalam sejarah kebudayaan manusia yang berakar pada Zaman Es di Indonesia.
Baca juga: Lukisan Gua Pra-Sejarah Terinspirasi Suar
Muhajir menjelaskan bahwa penemuan tersebut menandakan bahwa bangsa Indonesia merupakan negara yang beradab. Karena, kata dia, 40 ribu tahun yang lalu ternyata Indonesia sudah memiliki nenek moyang yang sangat beradab dan menggambarkan peradaban yang tinggi.
"Dan grafiti itu hanya menggambarkan apa dibalik peradaban waktu itu, kompleksitas peradabannya seperti apa, tadi Pak Kepala Arkenas sudah berjanji akan terus menindaklanjuti untuk diteliti ke aspek yang lebih luas termasuk dari sisi antropologi," lanjut Muhahir.
Baca juga: Lukisan Gua Kalimantan, Bukti Seniman Zaman Es di Nusantara
Simak artikel menarik lainnya seputar lukisan gua Kalimantan hanya di kanal Tekno Tempo.co.