TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) menduga Sesar Palu-Koro menyebabkan gempa Mamasa Sulawesi Barat yang terjadi beruntun sampai sekarang. Pertama, struktur Sesar Saddang yang diketahui aktif dan konon sudah lama tidak memicu gempa signifikan.
Baca juga: Gempa Mamasa Tercatat 217 Kali dalam Sepekan, 39 Dirasakan
"Wajar jika sesar ini berada dalam fase akumulasi stress dan saatnya melepaskan energi yang dimanifestasikan sebagai aktivitas gempa yang beruntun kejadiannya," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan DIni Tsunami BMKG, pada Jumat, 9 November 2018.
Kedua, ada dugaan meningkatnya aktivitas kegempaan Mamasa terpicu oleh gempa kuat M=7,4 yang baru saja terjadi di Palu dan Donggala. Sangat mungkin kata Daryono, transfer stress statis yang positif dan besar mereaktivasi Sesar Saddang yang letaknya di sebelah selatan Sesar Palu Koro.
Baca juga: Gempa M 5,2 Kembali Guncang Mamasa, Tercatat 78 Gempa Susulan
Hasil analisis Static Coulomb Stress Changes gempa Palu-Donggala dapat menjelaskan fenomena picuan gempa ini. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan BMKG. Pertama, efek arah aktivitas gempa Palu dan Donggala ke arah selatan sesuai arah propagasi rekahan (rupture) Sesar Palu-Koro.
Kedua, pergeseran sesar sangat cepat (super shear) diyakini dapat menimbulkan efek pemicuan di zona sesar lain di luar Sesar Palu-Koro. Ketiga, sistem sesar dengan mekanisme mendatar (strike slip fault) akan menghasilkan stress statis di ujung-ujung sesarnya.
"Kebetulan Sesar Saddang lokasinya tepat di selatan Sesar Palu-Koro," ujarnya lewat keterangan tertulis.
Baca juga: Pergerakan Subduksi Sangihe Picu Gempa M 5,2
BMKG mencatat 217 kali gempa di wilayah Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat dan sekitarnya sejak 3 November 2018. Sebanyak 39 lindu diantaranya bisa dirasakan orang. Peningkatan gempa secara signifikan terjadi sejak 6 November lalu.
Meskipun belum ada laporan terjadinya kerusakan bangunan rumah sebagai akibat dampak gempa, tetapi dengan seringnya terjadi gempa dirasakan telah menjadikan masyarakat Mamasa menjadi resah.
Sementara itu, wilayah Mamasa selama ini termasuk kawasan aktivitas kegempaan rendah (low seismicity) dan catatan gempa merusak di daerah ini sangat jarang. "Sehingga wajar jika masyarakat setempat menjadi resah akibat adanya aktivitas gempa yang dinilai tidak lazim ini," kata Daryono.
Untuk menciptakan ketenangan masyarakat di Mamasa, BMKG sudah memberangkatkan tim survei untuk memberikan penjelasan dan sosialisasi mitigasi gempa di Mamasa. Misi ini penting agar masyarakat setempat menjadi lebih waspada dan memahami cara-cara selamat dalam menghadapi gempa.
Baca juga: Pergerakan Subduksi Sangihe Picu Gempa M 5,2
Kepada masyarakat Mamasa dan sekitarnya diminta agar tetap tenang dan waspada, tidak mudah terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. BMKG berharap aktivitas gempa yang terus terjadi ini segera berakhir.
Baca juga: Pergerakan Subduksi Sangihe Picu Gempa M 5,2
Simak kabar terbaru seputar gempa Mamasa dan Sesar Palu-Koro hanya di kanal Tekno Tempo.co.