Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

WWF: Begini Kondisi Terbaru Keanekaragaman Hayati Dunia

image-gnews
WWF Logo. wwf.org
WWF Logo. wwf.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - World Wide Fund for Nature (WWF) merilis Living Planet Report 2018 yang berisi seputar pentingnya menjaga biodiversitas atau keanekaragaman hayati di dunia.

Baca juga: Konvensi Keanekaragaman Hayati Bahas Mikroplastik Laut Indonesia

"Laporan ini terbit setiap dua tahun sekali, yang mengulas bagaimana gambaran dan kondisi hasil pemantauan yang cukup panjang dari status biodiversitas. Buku dibuat oleh 83 orang yang terlibat termasuk saintis dari 26 institusi di setiap benua dengan 11 negara yang bekerja di masing-masing benua," ujar Head of Coservation Science Unit WWF Indonesia Thomas Barano, dalam presentasinya, Jumat, 16 November 2018, di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gedung A, Senayan, Jakarta Pusat.

Laporan yang terbit awal November 2018 menjelaskan bagaimana planet bumi mendukung semua sendi kegiatan manusia. Mulai dari dari situasi lanskap yang indah dan alami, sampai daerah urban, seperti Jakarta sebagai bagian dari ekosistem atau yang disebut sebagai aktivisial atau hasil kreasi manusia.

Baca juga: Tiga Poin Penting Konvensi Keanekaragaman Hayati Mesir

Contohnya, kata Thomas, seperti taman kota, jalan yang udaranya bersih, juga MRT merupakan bagian dari kreasi. Jadi menurut dia, semakin sehat lingkungan sekitar maka daya kreasi masyarakat semakin tinggi.

"Sampai saat ini, kita menikmati berbagai macam sumber daya di bumi. Misalnya, menyediakan makanan, obat, mengatur secara teratur penguapan di laut, hujan turun dan supporting ketika menghadapi bencana. Serta culture secara turun temurun berinteraksi dengan alam," kata Thomas.

Selain itu, laporan tersebut berisi tentang bagaimana manusia tanpa sadar terus menikmati pelayanan, tapi dibeberapa hal tidak bertanggung jawab, seperti adanya persenjataan yang canggih dan buldoser yang berkembang cepat dan faktor yang mengakibatkan berbagai sektor yang memenuhi permintaan konsumsi dan produksi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Pemda Papua dan WWF Indonesia Bangun Pusat Belajar Konservasi

Beberapa sektor, Thomas melanjutkan, ada yang melakukan dengan tanggung jawab, tapi banyak juga yang tidak. Itu menjadi ancaman yang akan berakibat pada biodiversitas. Laporan menggambarkan mulai pada 1700 hingga 1950 terdapat lonjakan besar dalam permintaan skala global.

"Ada dua pola yaitu sosial ekonomik tren dan sistem planet. Contoh di daratnya, ada opsi pilihan seperti apa kita menggunakan sumber daya kita, misal kita menggunakan minyak itu punya konsekuensi, semua seperti gangguan fungsi, polusi udara dan lain-lain," tambah Thomas. "Pada 1950 hingga 2000 intensitas pemanfaatannya semakin luas, ini menggambarkan secara masif bagaimana kita memanfaatkan alam kita".

Bagaimana tren pemanfaatan alam juta masuk dalam laporan itu. Dari banyak indikator yang dipakai, sejak 1970 hingga 2014, menggambarkan secara global tanpa manusia sadari bahwa ada sekitar 60 persen populasi yang hilang. Sama halnya ekosostem air tawar, keanekaragaman air tawar dengan sampel 3000 spesies di planet bumi manusia harus tahu bagaimana pola melakukan konservasi.

"Laporan ini selama 20 tahun dibuat dan diperbarui, sebelumnya hanya ada kemelimpahan yang ada di bumi. Dan laporan yang baru dilengkapi dengan distribuasi dan laporan kepunahan. Harapannya adalah ada pada tiga kelompok besar, yaitu kesadaran individu, menggeser bisnis menjadi ramah lingkungan dan kebijakan pemerintah yang memperkuat aspek biodiversitas," lanjut Thomas.

Baca juga: Heboh Video Viral Penyelam Tunggangi Hiu Paus, Ini Kata WWF

Simak artikel menarik lainnya seputar keanekaragaman hayati hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

22 hari lalu

Anggota Komunitas Save Pesut Mahakam Hanson saat melakukan evakuasi bangkai pesut yang ditemukan di Sungai Mahakam, Desa Rantau Hempang, Kecamatan Muara Kaman, Kukar, 26 Maret 2017. FIRMAN HIDAYAT/SAPRI MAULANA
Greenpeace Khawatirkan Kelestarian Pesut, Bekantan, dan Orang Utan Akibat Pembangunan IKN

Greenpeace menyatakan pembangunan IKN Nusantara mengancam kelestarian 3 satwa yang sudah kritis, yaitu orang utan, bekantan, dan pesut mahakam.


Pengamat: IKN Bukan Smart Forest City, tapi Kota dalam Kebun Kayu

24 hari lalu

Massa buruh membawa poster saat menggelar aksi di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2023. Para buruh juga menuntut pemerintah untuk menghentikan obral tanah dan hutan untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). TEMPO/M Taufan Rengganis
Pengamat: IKN Bukan Smart Forest City, tapi Kota dalam Kebun Kayu

Pemerintah menyatakan 177 ribu Ha area IKN berupa kawasan lindung, namun menurit peneliti Auriga hanya 42 ribu Ha yang berupa hutan permanen.


Saat Tugu Yogya hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta Gelap Gulita Kampanyekan Earth Hour

25 hari lalu

Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta gelap gulita saat menggelar kampanye Earth Hour Sabtu (23/3). (Dok. Istimewa)
Saat Tugu Yogya hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta Gelap Gulita Kampanyekan Earth Hour

Selama 60 menit, gedung-gedung di area itu serentak mematikan lampu penerangannya sebagai bentuk dukungan gerakan Earth Hour.


Siapkan Platform Kolaborasi Biologi Struktur, BRIN Kenalkan Mikroskop Aquilos 2 Cryo-EM

32 hari lalu

Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diluncurkan pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-26 pada Selasa 10 Agustus 2021. ANTARA/HO-Humas BRIN/am. (ANTARA/HO-Humas BRIN)
Siapkan Platform Kolaborasi Biologi Struktur, BRIN Kenalkan Mikroskop Aquilos 2 Cryo-EM

Platform BRIN ini meliputi keanekaragaman hayati tumbuhan, mikroba dan hewan.


Bagaimana Detail Deforestasi dan Perubahan Lahan Proyek IKN Nusantara yang Direkam NASA

47 hari lalu

Presiden Jokowi melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking pembangunan Gedung Kantor PT Bank Mandiri (Persero) di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, hari ini, Kamis, 29 Februari 2024. Foto: dokumentasi Biro Pers Sekretariat Presiden.
Bagaimana Detail Deforestasi dan Perubahan Lahan Proyek IKN Nusantara yang Direkam NASA

Dua foto satelit NASA menggambarkan perubahan lahan dan hutan di lokasi proyek IKN Nusantara. Memantik kekhawatiran dampak deforestasi.


Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

17 Januari 2024

KAA, Bendera nasional Liberia. Wikipedia.org
Memiliki Kenakeragam Hayati, Liberia Menjadi Rumah Hutan Hujan Lebat Dunia

Berbagai ragam hayati yang dimiliki oleh negara Liberia, negara ini memiliki kekayaan flora dan fauna yang melimpah


Kepunahan Ikan Pari Jawa Masih Menyisakan Misteri

28 Desember 2023

Ikan pari totol biru (Taeniura lymma) yang terdapat di dasar laut  Iboih, Sabang, Aceh, Senin, 1 Mei 2023. Dinas Pariwisata Aceh bersama Pemerintah Kota Sabang terus mempromosikan wisata bawah laut atau bahari di daerahnya yang menjadi sektor andalan untuk menggaet wisatawan domestik maupun mancanegara. ANTARA FOTO/Khalis Surry
Kepunahan Ikan Pari Jawa Masih Menyisakan Misteri

Sejak diumumkan punah awal Desember lalu, identitas biologis ikan Pari Jawa masih menyisakan misteri. Ilmuwan menyatakan ihwal itu belum jelas.


Metode Rock Pile, Cara Pulihkan Ekosistem Terumbu Karang Kepulauan Derawan

7 Desember 2023

Seorang pengunjung bermain bersama ubur-ubur totol (mastigias cf papua) di Danau Kakaban, Pulau Kakaban, Kepualauan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, 30 September 2016. TEMPO/Nita Dian
Metode Rock Pile, Cara Pulihkan Ekosistem Terumbu Karang Kepulauan Derawan

Kaltim dan WWF mengupayakan pemulihan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Kepulauan Derawan dengan metode rock pile.


Otorita IKN Ajak Investor Ikut Skema KPBU

11 November 2023

Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita IKN, Agung Wicaksono, saat ditemui pada Jumat, 18 Agustus 2023 di kantor Kemenko Marves, Jakarta Pusat. TEMPO/Amelia Rahima Sari.
Otorita IKN Ajak Investor Ikut Skema KPBU

Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) mengajak para calon investor untuk berpartisipasi dalam skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).


Sejarah WWF Indonesia: Dari Ujung Kulon Bergiat Lindungi Hewan Langka

5 Oktober 2023

Tangkapan layar kelahiran dua anak Badak Jawa. Dok: KLHK
Sejarah WWF Indonesia: Dari Ujung Kulon Bergiat Lindungi Hewan Langka

WWF mulai beroperasi di Ujung Kulon pada 1962, bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dengan proyek perdana konservasi Badak Jawa.