TEMPO.CO, Jakarta - Dua peneliti syaraf dari Universitas California Riverside, Amerika Serikat, Jun Hyeong-cho dan Woong Bin-kim, lewat riset mereka, mencoba menjawab bagaimana cara menghilangkan rasa takut. Mereka juga ingin mendapatkan jawaban mendasar bagaimana sebenarnya otak bekerja dalam menciptakan atau menghilangkan trauma.
Baca juga: Benarkah Robot Seks Bikin Sehat? Simak Riset Ini
Tujuan penelitian ini adalah mendorong perkembangan terapi untuk mengurangi efek gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Maklum, masalah ini menjangkiti 7 persen populasi di Amerika Serikat.
Hasilnya, dengan tikus untuk uji coba, mereka menemukan bahwa kejadian yang tidak menyenangkan itu akibat dari proyeksi yang dilakukan suatu populasi neuron (sel saraf) hippocampus terhadap dua area otak, yakni amygdala dan medial prefrontal cortex (mPFC). Dua area otak ini kemudian mengodekan atau menerjemahkan dan mengingatnya sebagai kejadian yang tidak menyenangkan.
Baca juga: Riset: Aspen, Koloni Pohon Tertua di Dunia, Mulai Menyusut
Tiga serangkai di otak tersebut masing-masing punya tugas. Hippocampus adalah bagian dalam otak yang bertugas mengingat. Sedangkan medial prefrontal cortex (mPFC) adalah bagian otak yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan fleksibilitas perilaku. Adapun amygdala merupakan bagian otak yang berperan mengolah dan mengingat reaksi emosi.
Ternyata ada yang menarik dari yang ditemukan duet Cho dan Kim dalam riset mereka ini. "Kami terkejut menemukan 17 persen neuron hippocampal yang diproyeksikan ke amygdala atau mPFC sebenarnya neuron yang memproyeksikan ganda," kata Cho dalam Journal of Neuroscience.
Nah, proyeksi ganda neuron hippocampal inilah yang membawa informasi kontekstual lebih efisien untuk respons ketakutan dibanding dengan neuron hippocampal, yang hanya memproyeksikan antara mPFC atau amygdala. Akibatnya, rasa takut tak lantas gampang hilang.
Baca juga: Menurut Riset, Wanita di Negara Ini Punya Payudara Terbesar