TEMPO.CO, Bandung - Gunung Agung di Bali genap setahun erupsi setelah erupsi pertama pada 21 November 2017. Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi sempat menaikkan statusnya menjadi Awas (Level IV), dan saat ini statusnya sudah diturunkan menjadi Siaga (Level III).
Baca juga: Kesamaan dan Perbedaan Letusan Gunung Agung 1963 dan 2018
"Sejak tanggal 27 Juli 2018, tidak ada erupsi (lagi). Hanya hembusan saja," kata Kepala PVMBG Kasbani saat dihubungi Tempo, Kamis, 22 November 2018.
Kasbani mengatakan, PVMBG masih terus mengevaluasi aktivitas Gunung Angung. Status aktivitas gunung tersebut hingga saat ini masih belum diturunkan. "Meski sudah tidak ada erupsi, tapi kadang-kadang masih terjadi gempa vulaknik yang potensi (memicu) terjadi kenaikan magma, memang tidak terlalu besar," kata dia.
Baca juga: PVMBG: Energi Thermal Erupsi Gunung Agung Kali Ini Paling Besar
Menurut Kasbani, sejumlah gempa besar yang terjadi di seputaran Gunung Agung, di antaranya masih serangkaian Gempa Lombok yang dimulai 29 Juli 2018 masih berpengaruh pada aktivitas gunung tersebut. "Gempa vulkanik yang menunjukkan adanya aktivitas magmatik dari bawah (gunung) relatif kecil. Yang ada gempa-gempa hembusan, kemudian ada gempa tektonik jauh," kata dia.
Sistem Gunung Agung yang sudah terbuka itu rentan memicu aktivitas gunung walaupun selama ini hanya muncul dalam bentuk hembusan asap yang membumbung dari kawah gunung. "Setelah gempa Lombok itu sepertinya jalurnya makin terbuka. Begitu ada sedikit aktivitas kenaikan, langsung dikeluarkan dalam bentuk hembusan. Ketinggian asapnya bisa sampai 200 meteran. Kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak," kata dia.
PVMBG sengaja mempertahankan status aktivitas Gunung Agung masih Siaga (Level III) karena aktivitasnya masih fluktuatif. "Dari sisi kegempaan sudah jauh berbeda dari sebelumnya, dari sisi deformasi juga belum ada peningkatan yang siginifikan. Namun karena ada pengaruh aktivitas vulkanik kami masih pertahankan untuk sementara di Level III, (dengan mengosongkan) di radius 4 kilometer. Toh dalam radius itu tidak ada permukiman,” kata dia.
Baca juga: Gunung Agung Belum Stabil, PVMBG Minta Masyarakat Tak Panik
Kasbani mengatakan, PVMBG masih menunggu perkembangan status Gunung Agung menjadi relatif stabil baru kemudian memutuskan menurunkan status gunung tersebut. Sejumlah indikasi akan menjadi patokan stabilitas aktivitas Gunung Agung. Di antaranya gempa vulkanik makin jarang, indikasi inflasi atau penggelembungan tubuh gunung sudah tidak terjadi, serta hembusan yang makin berkurang.
PVMBG juga terus mewaspadai perubahan aktivitas Gunung Agung karena posisi kawahnya sudah setengah penuh. "Di kawah itu volume yang ditempati lava sudah hampir separuh. Dari kapasitas 60 juta meter kubik, terisi 28 juta meter kubik. Kalau ada pendobrakan dari bawah, akan tumpah keluar. Tapi untuk sampai ke arah sana belum kelihatan tanda-tandanya," kata dia.
Saat ini, kata dia, PVMBG menempatkan sejumlah alat yang relatif lengkap untuk mengawasi Gunung Agung. "Relatif lengkap dibandingkan gunung lain. Tapi masih di bawah Merapi. Paling lengkap itu Merapi karena di sana ada risetnya. Tapi untuk pemantauan secara sistem, Gunung Agung sangat lengkap," ujarnya.
Baca juga: Dua Gempa Iringi Erupsi Gunung Agung Bali