TEMPO.CO, London - Peretas menawarkan diskon Black Friday dengan menggunakan data kartu kredit curian yang dibeli dan dijual di dark web saat mereka mencari uang tunai memanfaatkan sebuah acara belanja online terbesar, sebagaimana dilaporkan Telegraph dan Vice, 23 November 2018.
Baca: Riset: Masyarakat Khawatir Aktivitas Online Dipantau Peretas
Baca: Peretas Korea Utara Coba Bobol Bank Senilai Rp 16,7 Triliun
Baca: Peretas Remaja Australia Sedot Data 90 GB dari Server Apple
Pakar keamanan dari FBI, Badan Pertahanan Cyber Inggris dan perusahaan keamanan online telah memperingatkan gelombang peretasan dan penipuan saat penjahat mengeksploitasi akhir pekan belanja online terbesar Inggris, Black Friday dan Cyber Monday.
Tahun lalu acara ini mencatat rekor untuk penjualan, dengan miliaran dibelanjakan di Inggris saja, atau lebih dari £ 10.000 (rp 186,4 juta) per detik. Tetapi dengan lonjakan pembeli digital, peretas juga memanfaatkan lonjakan dalam transaksi online.
Pesan-pesan pada aplikasi pesan terenkripsi Telegram yang dilihat oleh Telegraph menunjukkan para peretas sedang mempromosikan penawaran "musim perayaan" kepada sesama penjahat cyber.
Pada satu forum web gelap yang disebut "Gansta’s Paradise", peretas menawarkan diskon "diskon Black Friday" sebesar 25 pc pada kartu kredit curian, menurut perusahaan keamanan RepKnight.
Peretas terlihat mengiklankan layanan mereka pada grup pesan "carding" di aplikasi itu. Sebuah teknik untuk mencuri kartu kredit dengan menginfeksi toko online dan kemudian mencuci uang dengan menggunakannya untuk membeli barang mewah dan menjualnya.
Startup cyber security Inggris Digital Shadows mengatakan forum Telegram telah menggembar-gemborkan pengguna untuk bisnis pra-Black Friday. "Black Friday memiliki konsekuensi mendukung para penjahat cyber," kata Rafael Amado, seorang analis riset di Digital Shadows, sebagaimana dikutip Vice.
Sementara Telegraph mengidentifikasi rincian korban dari AS, Jerman, dan Denmark yang terpapar pada chat Telegram, beberapa di antaranya memiliki ribuan pengguna.
Setelah peretas mencuri atau membeli kartu kredit yang disusupi, mereka kemudian menggunakannya untuk membeli barang mewah seperti iPhone baru atau laptop game dan mengirimnya ke pembeli anonim sebelum korban memiliki waktu untuk membatalkan kartu mereka.
Keriuhan musim liburan bahkan dapat mempermudah para peretas, dengan begitu banyaknya pembeli yang membeli secara online.
"Ada banyak chat tentang serangan terhadap pengecer saat Black Friday dan Cyber Monday," kata kepala eksekutif RepKnight, Jeremy Hendy. "Pengecer berisiko. Kami melihat banyak data akun - miliaran - beredar di sekitar dark web dan termasuk rincian karyawan di perusahaan besar dan situs web ritel."
Simak artikel tentang peretas data kartu kredit di kanal Tekno Tempo.co.
DAILY MAIL | VICE