TEMPO.CO, Washington - Pemerintah AS telah berusaha menekan sekutu-sekutunya untuk berhenti menggunakan peralatan yang dikembangkan oleh Huawei, perusahaan telekomunikasi Cina yang berhubungan dengan militer negara itu, di tengah kekhawatiran tindakan spionase, sebagaimana dilaporkan Telegraph, 23 November 2018.
Baca: Lewati Apple, Huawei Target Kalahkan Smartphone Samsung pada 2020
Baca: Huawei Mate 20 Series akan Rilis di Indonesia, Catat Tanggalnya
Baca: Update Huawei Nova 3i Dapat Fitur Kamera Handheld Night Mode
Para pejabat AS telah menghubungi pemerintah negara-negara sahabat, termasuk Jepang, Italia dan Jerman untuk memperingatkan mereka tentang dugaan risiko menggunakan perangkat Huawei. AS juga diduga telah menghubungi rekan-rekan di Inggris.
Huawei adalah salah satu produsen peralatan telekomunikasi terbesar di dunia, termasuk kit jaringan yang diperlukan untuk jaringan seluler 5G generasi berikutnya, yang sekarang diluncurkan secara global.
Berbasis di Shenzen, Huawei didirikan pada tahun 1987 oleh Ren Zhengfei, mantan insinyur di Tentara Pembebasan Rakyat Cina. Perangkat perusahaan ini jarang digunakan pemerintah AS di tengah kekhawatiran terhadap hubungan Huawei dengan pemerintah Cina dan potensi perangkat kerasnya dapat digunakan untuk spionase.
AS telah mempertimbangkan untuk meningkatkan bantuan keuangan untuk pengembangan teknologi di negara-negara yang menghindari penggunaan perangkat keras komputer buatan Cina. Ancaman spionase menggunakan perangkat jaringan Huawei menjadi perhatian khusus di negara-negara yang menjadi tuan rumah pangkalan militer AS, menurut laporan pertama yang dipublikasikan di Wall Street Journal.
Enam pangkalan militer AS beroperasi di Inggris, termasuk RAF Menwith Hill di Yorkshire, sebuah pangkalan intersepsi komunikasi yang dijalankan oleh staf AS.
Pada Jumat malam, Kantor Kabinet tidak menyangkal telah dihubungi oleh pemerintah AS tentang penggunaan peralatan Huawei. "Kami memiliki kebijakan yang jelas tentang penggunaan peralatan Huawei di jaringan Inggris yang kritis dan ini tidak berubah," kata juru bicara pemerintah.
"Pemerintah dan operator telekomunikasi Inggris ini bekerja sama dengan Huawei di dalam dan di luar negeri untuk memastikan Inggris dapat terus memanfaatkan teknologi baru sambil mengelola risiko keamanan cyber," tambahnya.
Pada bulan Mei, Pentagon melarang gerai ritel di pangkalan militer AS menjual smartphone yang diproduksi oleh Huawei dan ZTE, pabrikan Cina lainnya.
Mata-mata Inggris memperingatkan awal tahun ini bahwa jaringan telepon dan internet Inggris berisiko karena kebergantungannya pada produk yang dibuat oleh Huawei.
Sebuah laporan yang ditulis oleh Pusat Evaluasi Keamanan Maya Huawei (HCSEC) menemukan bahwa "identifikasi kelemahan dalam proses rekayasa Huawei telah membuka risiko baru di jaringan telekomunikasi Inggris dan tantangan jangka panjang dalam mitigasi dan manajemen".
Laporan sebelumnya dalam teknologi Huawei oleh pemerintah Inggris menemukan bahwa risiko keamanan nasional "telah dikurangi".
Awal tahun ini, perusahaan Inggris menandatangani kontrak senilai £ 3 miliar (Rp 55,9 triliun)dengan Huawei setelah perjalanan perdagangan Theresa May ke Cina.
Pengintai Inggris bekerja dengan Huawei di situs yang dikenal sebagai "The Cell" untuk memantau potensi ancaman terhadap produk bisnis. Staf Huawei di fasilitas diawasi oleh karyawan Pusat Keamanan Cyber Nasional, sayap agensi mata-mata GCHQ.
Huawei secara konsisten membantah bahwa produknya telah disusupi atau digunakan untuk spionase, tetapi Huawei telah menjadi isu sentral dalam perang dagang yang berkembang antara AS dan Cina.
TELEGRAPH | WSJ