Sekretaris Eksekutif International Whaling Commision atau badan global untuk konservasi ikan paus, Rebecca Lent, mengatakan sampah laut, polusi, kebisingan atau polusi suara akibat aktivitas manusia, dan perubahan iklim membawa dampak buruk untuk paus. Naiknya temperatur akibat perubahan iklim membuat paus berjuang keras untuk mendapatkan sumber makananan di laut dalam. Paus sperma merupakan jenis paus yang tak bisa memilah makanan.
Paus ini menelan sampah plastik karena mengira itu makanan. Sampah dalam jumlah banyak di lautan semakin tak terkendali dan terus mengancam populasi paus. International Whaling Commision membantu melakukan konservasi paus di pasifik utara. Paus-paus yang bermigrasi itu juga mendapat ancaman dari perburuan untuk industri. "Populasinya terus menurun dan kondisinya memprihatinkan," kata dia.
Rebecca mengajak semua orang untuk peduli pada kelangsungan hidup paus dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, menempatkan sampah untuk didaur ulang. Selain itu, orang-orang di dunia juga sepatutnya mendengarkan hasil temuan para ilmuwan tentang kerusakan kehidupan laut saat ini.
Baca juga: 8 Hal Unik tentang Perburuan Paus Sperma di Lembata NTT
Dia meminta negara-negara peserta Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB untuk menyelesaikan persoalan sampah laut di negaranya masing-masing. Misalnya membuat skema pelarangan plastik demi kelestarian ekosistem laut secara berkelanjutan. "Beraksi dan buat progres di negaramu masing-masing," kata dia.
Data NOAA menunjukkan paus sperma merupakan mamalia laut yang banyak ditemukan di lautan dalam, dari Katulistiwa hingga ke tepi Arktik dan Antartika. Paus sperma menjadi target utama industri penangkapan ikan komersial sejak 1.800 hingga 1987. Paus sperma terancam punah karena masifnya perburuan.
Berbasis data jejaring mamalia laut yang terdampar mellaui Whale Standing Indonesia, terdapat 26 paus berbagai jenis yang terdampar di pesisir Indonesia tahun ini. Selain di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Paus sperma tahun ini ditemukan di Alor Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Sabu Raijua Nusa Tenggara Timur, Bugeng Aceh Timur, Fak Fak Papua Barat, dan Seram Maluku. Indonesia memiliki lebih dari 35 spesies cetacean (paus dan lumba-lumba). Juga satu spesies sirenia yaituduyung (Dugong dugong).
Baca juga: Mengapa Paus Sperma Tidur Berdiri?
Paus sperma merupakan bagian dari spesies cetacea, yakni semua spesies paus, lumba-lumba dan ikan pari. Nama ikan paus sperma berasal dari organ spermaceti yang terletak di kepalanya. Organ ini menghasilkan zat lilin putih yang pada mulanya disalahpahami sebagai sperma oleh penangkap paus purba. Pada masa lalu lalu zat lilin putih itu digunakan oleh perusahaan komersial untuk membuat berbagai minyak dan produk seperti (cairan transmisi, aditif minyak motor, obat-obatan dan deterjen).
Hasil identifikasi tim dari Balai Taman Nasional Wakatobi menunjukkan di dalam perut bangkai paus tersebut ditemukan banyak sampah plastik, kayu, dan karet. Staf World Widlife Fund (WWF) menemukan bangkai paus di Pulau Kapota, Senin, 19 November 2018. Penyebab kematian paus sepanjang 9,5 meter dan lebar 4,37 meter belum teridentifikasi.
Hasil identifikasi tim tersebut menemukan sampah di dalam perut paus, di antaranya gelas plastik seberat 750 gram atau 115 gelas, 140 gram plastik, 150 gram botol plastik, 260 gram kantong plastik. Selain itu terdapat sampah kayu seberat 740 gram, dua sandal jepit, 200 karung nilon, 3,2 kilogram tali rafia. “Total mencapai 5,9 kilogram,” kata Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi Heri Santoso dalam keterangannya.
Baca juga: 10 Fakta Menakjubkan Paus Sperma: Muntahan Paus, Otak Terbesar
Simak artikel lainnya soal paus sperma yang mati karena memakan plastik hanya di kanal Tekno Tempo.co.