Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tangis Ilmuwan LIPI untuk Paus Sperma Pemakan Plastik

image-gnews
Peneliti Pusat Penelitian Oseonografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Hagi Yulia Sugeha (kiri) berbicara di Ocean Voice, acara khusus bagian dari United Nations Biodiversity Conference di Sharm el-Sheikh, Mesir. TEMPO/Shinta Maharani
Peneliti Pusat Penelitian Oseonografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Hagi Yulia Sugeha (kiri) berbicara di Ocean Voice, acara khusus bagian dari United Nations Biodiversity Conference di Sharm el-Sheikh, Mesir. TEMPO/Shinta Maharani
Iklan

Sekretaris Eksekutif International Whaling Commision atau badan global untuk konservasi ikan paus, Rebecca Lent, mengatakan sampah laut, polusi, kebisingan atau polusi suara akibat aktivitas manusia, dan perubahan iklim membawa dampak buruk untuk paus. Naiknya temperatur akibat perubahan iklim membuat paus berjuang keras untuk mendapatkan sumber makananan di laut dalam. Paus sperma merupakan jenis paus yang tak bisa memilah makanan.

Paus ini menelan sampah plastik karena mengira itu makanan. Sampah dalam jumlah banyak di lautan semakin tak terkendali dan terus mengancam populasi paus. International Whaling Commision membantu melakukan konservasi paus di pasifik utara. Paus-paus yang bermigrasi itu juga mendapat ancaman dari perburuan untuk industri. "Populasinya terus menurun dan kondisinya memprihatinkan," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rebecca mengajak semua orang untuk peduli pada kelangsungan hidup paus dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, menempatkan sampah untuk didaur ulang. Selain itu, orang-orang di dunia juga sepatutnya mendengarkan hasil temuan para ilmuwan tentang kerusakan kehidupan laut saat ini.

Baca juga: 8 Hal Unik tentang Perburuan Paus Sperma di Lembata NTT

Dia meminta negara-negara peserta Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB untuk menyelesaikan persoalan sampah laut di negaranya masing-masing. Misalnya membuat skema pelarangan plastik demi kelestarian ekosistem laut secara berkelanjutan. "Beraksi dan buat progres di negaramu masing-masing," kata dia.

Data NOAA menunjukkan paus sperma merupakan mamalia laut yang banyak ditemukan di lautan dalam, dari Katulistiwa hingga ke tepi Arktik dan Antartika. Paus sperma menjadi target utama industri penangkapan ikan komersial sejak 1.800 hingga 1987. Paus sperma terancam punah karena masifnya perburuan.

Berbasis data jejaring mamalia laut yang terdampar mellaui Whale Standing Indonesia, terdapat 26 paus berbagai jenis yang terdampar di pesisir Indonesia tahun ini. Selain di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Paus sperma tahun ini ditemukan di Alor Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Sabu Raijua Nusa Tenggara Timur, Bugeng Aceh Timur, Fak Fak Papua Barat, dan Seram Maluku. Indonesia memiliki lebih dari 35 spesies cetacean (paus dan lumba-lumba). Juga satu spesies sirenia yaituduyung (Dugong dugong).

Baca juga: Mengapa Paus Sperma Tidur Berdiri?

Paus sperma merupakan bagian dari spesies cetacea, yakni semua spesies paus, lumba-lumba dan ikan pari. Nama ikan paus sperma berasal dari organ spermaceti yang terletak di kepalanya. Organ ini menghasilkan zat lilin putih yang pada mulanya disalahpahami sebagai sperma oleh penangkap paus purba. Pada masa lalu lalu zat lilin putih itu digunakan oleh perusahaan komersial untuk membuat berbagai minyak dan produk seperti (cairan transmisi, aditif minyak motor, obat-obatan dan deterjen).

Hasil identifikasi tim dari Balai Taman Nasional Wakatobi menunjukkan di dalam perut bangkai paus tersebut ditemukan banyak sampah plastik, kayu, dan karet. Staf World Widlife Fund (WWF) menemukan bangkai paus di Pulau Kapota, Senin, 19 November 2018. Penyebab kematian paus sepanjang 9,5 meter dan lebar 4,37 meter belum teridentifikasi.

Hasil identifikasi tim tersebut menemukan sampah di dalam perut paus, di antaranya gelas plastik seberat 750 gram atau 115 gelas, 140 gram plastik, 150 gram botol plastik, 260 gram kantong plastik. Selain itu terdapat sampah kayu seberat 740 gram, dua sandal jepit, 200 karung nilon, 3,2 kilogram tali rafia. “Total mencapai 5,9 kilogram,” kata Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi Heri Santoso dalam keterangannya.

Baca juga: 10 Fakta Menakjubkan Paus Sperma: Muntahan Paus, Otak Terbesar

Simak artikel lainnya soal paus sperma yang mati karena memakan plastik hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

9 jam lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

13 jam lalu

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita . (ANTARA/HO-Kementerian Perindustrian/rst)
Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

1 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

6 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

TEMPO, Jakarta- Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mendesak pemimpin ASEAN untuk mengambil sikap tegas dalam negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengembangkan instrumen hukum internasional yang mengikat demi mengatasi pencemaran plastik, termasuk di lingkungan laut.


Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

11 hari lalu

Kondisi terkini pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang disandera Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM). Foto: TPNPB-OPM
Inilah 4 Akar Masalah Papua Menurut LIPI

Ada empat akar masalah Papua, yakni sejarah dan status politik, diskriminiasi, kekerasan dan pelanggaran HAM berat, dan kegagalan pembangunan.


Aturan Pembatasan Impor Bahan Baku Bakal Diterapkan, Apindo Minta Ada Pengecualian

20 Februari 2024

Shinta Widjaja Kamdani, CEO Sintesa Group.
Aturan Pembatasan Impor Bahan Baku Bakal Diterapkan, Apindo Minta Ada Pengecualian

Apindo menilai, penerapan aturan itu tak perlu ditunda, namun perlu ada pengecualian pada beberapa bahan baku yang belum dan kurang diproduksi dalam negeri.


BRUIN Ungkap Hasil Sensus Sampah Plastik 2022-2023

11 Januari 2024

BRUIN Ungkap Hasil Sensus Sampah Plastik 2022-2023

Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) melaksanakan Sensus Sampah Plastik di 64 titik di 28 kabupaten/kota di 13 provinsi di Indonesia.


3 Hal yang Harus Anda Ketahui tentang Botol Air Minum BPA Free

4 Januari 2024

Ilustrasi air minum dalam botol plastik (Pixabay)
3 Hal yang Harus Anda Ketahui tentang Botol Air Minum BPA Free

Botol air minum BPA free diproduksi tanpa menggunakan bahan kimia bisphenol A.


5 Bahaya Mikroplastik dan Upaya Mengatasinya

2 Januari 2024

Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
5 Bahaya Mikroplastik dan Upaya Mengatasinya

limbah mikroplastik menjadi penyumbang kedua total 71.6 ribu ton sampah yang berisiko buruk bagi kehidupan.


Kurangi Limbah Kenangan Brands Manfaatkan Limbah Ampas Kopi dan Plastik Jadi Barang Baru

16 Desember 2023

Inneke Lestari, Head of Legal & Corporate Affairs Kenangan Brands, Deden dan Imam dari Arum Gula. Talkshow Kenangan Brands x Arum Gula, Inne Lestari . (dok. Kenangan Brands)
Kurangi Limbah Kenangan Brands Manfaatkan Limbah Ampas Kopi dan Plastik Jadi Barang Baru

Kenangan Brands menerapkan beberapa cara untuk mengelola limbah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi