Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sekjen PBB di COP 24: Tak Ada Waktu Menunda Persetujuan Paris

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Ratusan aktivis lingkungan mengatur tubuh mereka untuk membentuk tulisan pesan harapan di depan Menara Eiffel di Paris, Prancis, 6 Desember 2015. Aksi ini bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi Perubahan Iklim Dunia 2015 (COP21) terus di Le Bourget, Prancis. REUTERS/Benoit Tessier
Ratusan aktivis lingkungan mengatur tubuh mereka untuk membentuk tulisan pesan harapan di depan Menara Eiffel di Paris, Prancis, 6 Desember 2015. Aksi ini bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi Perubahan Iklim Dunia 2015 (COP21) terus di Le Bourget, Prancis. REUTERS/Benoit Tessier
Iklan

TEMPO.CO, Katowice - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengajak perwakilan negara-negara untuk bersungguh-sungguh membumikan Persetujuan Paris dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Conference of the Parties 24 (COP 24).

Baca: Festival Iklim Paparkan Langkah Lanjut Kesepakatan Paris

Menurut Gutteres, ancaman perubahan iklim begitu nyata, tapi hingga saat ini belum ada panduan operasional turunan dari Kesepakatan Paris yang dibuat pada 2015.

“Kita tak punya waktu lagi untuk berpanjang-panjang dalam negosiasi,” kata Gutteres dalam pidatonya pada pembukaan resmi COP 24 di Katowice, Polandia, Senin, 3 Desember 2018.

Konferensi Perubahan Iklim di Paris pada 2015 atau COP 21 melahirkan Kesepakatan Paris. Ada sejumlah poin yang disepakati, di antaranya mengurangi emisi untuk menekan kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat Celcius dan diupayakan hingga 1,5 derajat Celcius hingga menyediakan bantuan untuk negara berkembang untuk membangun ekonomi berkelanjutan.

Konferensi tersebut juga mengamanatkan bahwa tenggat untuk membuat panduan operasional kesepakatan tersebut adalah pada COP 24. “Kita harus mengoperasikan Kesepakatan Paris,” kata Gutteres.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gutteres mengatakan saat ini dunia dalam kondisi darurat. Ia menyebut 18 tahun dari 19 tahun dengan suhu terpanas terjadi sejak 2000. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bahkan menyebut tahun 2017 adalah tahun terpanas kedua sejak 1980. “Jika kita gagal, kutub akan terus mencair, banyak orang akan mati karena polusi, biaya karena bencana ini amat besar,” ujarnya.

Sebab itu, kata Gutteres, penting bagi setiap negara untuk menekan emisi hingga 40 persen pada 2030. Pada 2050, ditargetkan emisi mencapai 0 persen karena setiap negara beralih ke energi terbarukan.

Ribuan perwakilan dari 197 berkumpul di Katowice selama dua pekan untuk merundingkan langkah-langkah menghadapi perubahan iklim. Agenda utamanya untuk membuat “Panduan Kesepakatan Paris”. Dipimpin Menteri Lingkuangan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Indonesia mengirimkan 80 negosiator.

Simak artikel lainnya tentang Persetujuan Paris di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


COP 24, Target Pengurangan Emisi Indonesia Dianggap Masih Rendah

8 Desember 2018

Paviliun Indonesia di arena Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-24 atau COP24 di Katowice, Polandia, menjadi salah satu paviliun yang ramai dikunjungi.  ANTON SEPTIAN
COP 24, Target Pengurangan Emisi Indonesia Dianggap Masih Rendah

Kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius akan mendatangkan bencana bagi bumi dan makhluk hidup. Menurunkan dampak emisi tanggung jawab setiap negara.


COP 24, Negosiasi Katowice Rulebook Terganjal Negara Maju

8 Desember 2018

Kepala Badan Litbang Inovasi KLHK selaku Penanggung Jawab Paviliun Indonesia, Agus Justianto (kiri) berbincang dengan Indonesia National Focal Point for UNFCCC Nur Masripatin (tengah) dan Deputy Director Climate Change Programme Department, National Environment Agency Singapura, Rohaya Saharom (kanan) seusai diskusi tentang target pengurangan emisi gas rumah kaca negara ASEAN di Paviliun Indonesia dalam ajang Konferensi Perubahan Iklim ke-24 di Katowice, Polandia, Selasa 4 Desember 2018. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
COP 24, Negosiasi Katowice Rulebook Terganjal Negara Maju

Indonesia berharap Konferensi Perubahan Iklim ke-24 atau COP 24 di Katowice, Polandia, menghasilkan panduan operasional Persetujuan Paris.


COP 24, Masyarakat Adat Berperan Penting dalam Tekan Emisi

5 Desember 2018

Alfa Ahoren saat berbicara dalam diskusi
COP 24, Masyarakat Adat Berperan Penting dalam Tekan Emisi

Isu masyarakat adat diangkat dalam Konferensi Perubahan Iklim COP 24.


Aktivis Lingkungan di COP 24: Hutan Tropis Bisa Rem Suhu Bumi

5 Desember 2018

Diskusi Apa Arti NDC bagi Hutan Tropis dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau COP 24 di Katowice, Polandia, Selasa, 4 Desember 2018. Antons/Tempo
Aktivis Lingkungan di COP 24: Hutan Tropis Bisa Rem Suhu Bumi

Di COP 24, aktivis lingkungan menilai hutan tropis bisa menahan laju kenaikan suhu bumi hingga di bawah 1,5 derajat Celcius.


COP 24, Sektor Industri Diminta Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca

4 Desember 2018

Menteri LHK Siti Nurbaya
COP 24, Sektor Industri Diminta Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca

Dalam COP 24, Menteri Siti berpendapat penurunan emisi gas rumah kaca hingga 0,8 giga ton tersebut salah satunya berkat laju deforestasi yang menurun.


Siti Nurbaya Optimistis COP 24 Hasilkan Panduan Persetujuan Paris

3 Desember 2018

Menteri LHK Siti Nurbaya
Siti Nurbaya Optimistis COP 24 Hasilkan Panduan Persetujuan Paris

Menteri LHK Siti Nurbaya optimistis Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP 24) menghasilkan rencana konkret untuk mewujudkan Kesepakatan Paris.