Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

COP 24, Masyarakat Adat Berperan Penting dalam Tekan Emisi

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Alfa Ahoren saat berbicara dalam diskusi
Alfa Ahoren saat berbicara dalam diskusi "Inisiatif Lokal dalam Aksi Perubahan Iklim dan SDGs di Indonesia" di Paviliun Indonesia di Konferensi Perubahan Iklim PBB atau COP24 di Katowice, Polandia, Selasa, 4 Desember 2018.
Iklan

TEMPO.CO, Katowice - Isu masyarakat adat diangkat dalam Konferensi Perubahan Iklim COP 24. Pengakuan terhadap masyarakat adat oleh pemerintah diyakini akan bekontribusi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca.

Baca juga: Jokowi Terima Kunjungan Masyarakat Adat Melayu Riau

Menurut Direktur Pelaksana Yayasan EcoNusa Melda Wita Sitompul, dengan adanya pengakuan tersebut, masyarakat adat bisa leluasa menjaga kelestarian hutan tempat mereka tinggal. "Jika tak ada ada dukungan dari pemerintah atas masyarakat adat, sulit bagi mereka menjaga hutannya," kata Melda dalam diskusi di Paviliun Indonesia di sela-sela COP 24 di Katowice, Polandia, Selasa, 4 Desember 2018.

Berdasarkan studi, keberadaan hutan tropis menyumbang satu per tiga usaha mengerem kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celcius. Sejumlah usaha untuk menjaga kelestarian hutan di antaranya dengan menahan laju deforestasi dan degradasi hutan, merestorasi hutan dan lahan gambut yang rusak, serta memberikan pengakuan terhadap masyarakat adat.

Baca juga: Aktivis Lingkungan di COP 24: Hutan Tropis Bisa Rem Suhu Bumi

Melda mencontohkan "Deklarasi Manokwari" yang dicetuskan Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Provinsi Papua Barat pada 10 Oktober lalu. Pemerintah kedua provinsi menyepakati 70 persen wilayahnya sebagai kawasan lindung.

Kedua provinsi juga menyatakan akan melindungi hak dan memperkuat peran masyarakat adat dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan. Isi deklarasi akan dituangkan dalam peraturan daerah. "Ini merupakan contoh penting pengakuan pemerintah terhadap masyarakat adat," kata Melda. "Jika tak ada regulasi, sulit mengatakan bahwa kita memiliki komitmen."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Siti Nurbaya Optimistis COP 24 Hasilkan Panduan Persetujuan Paris

Alfa Ahoren, warga Manokwari yang juga menjadi pembicara diskusi, mengatakan bahwa pelibatan masyarakat adat dalam melestarikan hutan adalah keniscayaan. "Masyarakat adat punya konsep konservasi warisan dari leluhur," katanya. "Hutan adalah ibu orang Papua." Papua memiliki hutan tropis ketiga terbesar di dunia. Lebih dari sembilan puluh persennya adalah hutan primer.

Dia adalah salah seorang peserta Eco Diplomacy, pelatihan yang diselenggarakan Yayasan EcoNusa. Bersama 29 orang lain, yang sebagian besarnya dari Papua, Alfa mengikuti pelatihan selama empat bulan di Jakarta dan Papua. Setelah selesai, mereka kembali ke daerahnya dan menjadi juru kampanye pelestarian hutan.

Baca juga: Sekjen PBB di COP 24: Tak Ada Waktu Menunda Persetujuan Paris

Simak kabar terbaru seputar pembahasan masyrakat adat di COP 24 hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

4 jam lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

7 jam lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

5 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

11 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

14 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

18 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


Ketua Adat Sorbatua Siallagan Ditangkap Polda Sumut Atas Laporan Toba Pulp Lestari

20 hari lalu

Sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Gerak Tutup TPL melakukan aksi di depan Kementerian Koordiator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Rabu, 24 November 2021. Aksi tersebut menyampaikan tuntutan agar Kemenko Kemaritiman dan Investasi mencabut izin konsesi PT Toba Pulp Lestari (PT TPL) dari wilayah adat serta menghentikan kriminalisasi kepada masyarakat adat Tano Batak. TEMPO/Muhammad Hidayat
Ketua Adat Sorbatua Siallagan Ditangkap Polda Sumut Atas Laporan Toba Pulp Lestari

Sorbatua Siallagan gencar melawan upaya pencaplokan Toba Pulp Lestari. Ia dilaporkan karena menduduki kawasan hutan di area konsesi PT TPL.


Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

23 hari lalu

Uni Eropa menegaskan keinginan menolak komoditas yang dihasilkan dengan membabat hutan dan merusak lingkungan
Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

23 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.


Ombudsman Minta OIKN Hati-hati di Pembebasan Lahan Warga Kawasan IKN

25 hari lalu

Pj Bupati Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur Makmur Marbun bersama Forkopimda saat berdialog dengan sembilan tersangka yang telah ditangguhlan penahanannya. Foto: ANTARA/HO-dokumen Humas Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara
Ombudsman Minta OIKN Hati-hati di Pembebasan Lahan Warga Kawasan IKN

Ombudsman meminta Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) hati-hati dalam pembebasan lahan warga di kawasan IKN.