TEMPO.CO, Bandung - Longsor Sukabumi yang terjadi pada, Senin petang, 31 Desember 2018, diduga disebabkan karena faktor tata guna lahan dan keberadaan mata air. Longsor tersebut menimbun satu kampung adat Cigarehong, Desa Cisolok.
Baca juga: Longsor Sukabumi dan Cerita 20 Tahun Lalu
Menurut peneliti longsor dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adrin Tohari, perubahan tata guna lahan akan mengganggu kondisi hidrologi lereng. Pepohonan dapat menahan dan mengontrol air hujan yang masuk ke dalam tanah. Namun ketika pepohonan hilang menjadi lahan terbuka, tanamannya tidak sanggup mengendalikan air hujan yang masuk ke dalam tanah.
Selain faktor hujan, pola aliran air bawah permukaan juga berperan memicu longsor. Ada kemungkinan, aliran air bawah permukaan dominan menuju ke bagian lereng yang disebabkan faktor geologi bawah permukaan. Ketika bagian lereng mudah sekali jenuh dan atau muka air tanah mudah terbentuk di bagian lereng, kondisinya akan lebih rentan dibandingkan bagian lereng lainnya.
"Prinsip dasarnya dari kejadian longsor di suatu lereng adalah kenaikan muka air tanah atau kejenuhan tanah," ujarnya. Adrin menduga ada aliran dari mata air ke bagian lereng yang longsor. Airnya biasa dipakai penduduk untuk kebutuhan harian, karena ada pemukiman di bawahnya.
Baca juga: Analisis Peneliti LIPI soal Penyebab Longsor Sukabumi
Dugaan kuat Adrin klop dengan keterangan Pemangku adat atau kasepuhan Sirna Resmi Abah Asep Nugraha. Menurut Abah Asep, di lereng itu ada beberapa mata air yang merembes. Warga menampungnya di selokan untuk kebutuhan air minum dan irigasi sawah.
"Di atas ada mata air, beberapa keluar airnye merembes," ujarnya Rabu, 2 Januari 2019. Abah juga mengatakan, lereng sejak 20 tahun lalu dibuka untuk lahan sawah. Warga Kampung Cigarehong telah mendiami tanah adat itu sejak 1941-1942 dan mengandalkan padi untuk konsumsi harian sesuai aturan adat.
Sebelumnya, kata Abah, kejadian longsor kecil telah terjadi di lereng itu sekitar 20 tahun silam. Dia juga telah mengingatkan warga namun untuk pindah, mereka terkendala urusan lahan dan membuat bangunan baru karena ekonomi warga pas-pasan. Longsor menimbun Kampung Cigarehong, Senin petang, 31 Desember 2018. Kampung itu kata Abah, bagian dari kampung adat atau kasepuhan Sirna Resmi. Penghuninya 101 orang. Dari total 33 rumah kampung adat di sana, tiga diantaranya luput dari longsoran.
Baca juga: Tahun 2019, Longsor di Sukabumi, Gempa di Lombok
Simak kabar terbaru seputar longsor Sukabumi hanya di kanal Tekno Tempo.co.