Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berkaca dari Longsor Sukabumi, PVMBG: Waspadai Jalur Air di Bukit

image-gnews
Longsor Sukabumi, BPBD Jabar Turunkan Tim (Foto: Doc. Humas Pemprov Jabar)
Longsor Sukabumi, BPBD Jabar Turunkan Tim (Foto: Doc. Humas Pemprov Jabar)
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebut bencana longsor Sukabumi tidak berbeda dengan bencana longsor lainnya di Indonesia. "Karena morfologinya miring, material tanah gembur pembentuk lereng, perubahan tata guna lahan, kemudian turun hujan," kata Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto, saat dihubungi, Rabu, 2 Januari 2019.

Baca juga: Longsor Sukabumi dan Cerita 20 Tahun Lalu

Agus mengatakan, semua syarat tersebut ada di lokasi yang melanda satu kampung di Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi. Tapi hanya sebagian saja yang longsor. "Ketika turun hujan, mestinya di wilayah itu longsor semua, karena tanahnya miring, tapi ini tidak. Karena ada satu faktor lagi yang bisa terbentuk alamiah atau buatan yaitu jalur air," kata dia.

Menurut dia, ketika hujan turun, bukit itu bisa bergerak sekaligus. Tapi keberadaan jalur air yang terbentuk ini yang menjadi bidang licin yang menjadi jalan tanah untuk longsor. "Jalur air sebagai agen pembawa longsor dan ini yang sebenarnya menjadi kunci menghadapi longsor untuk orang-orang di sekitarnya," kata dia.

Jalur air tersebut bisa diamati secara kasat mata. "Air kalau jatuh di tas bukit, dia akan turun. Dia meresap atau dia akan turun. Ketika di antara pohon-pohon itu terlihat jalur air terbentuk, seperti anak-anak sungai kecil-kecil, itu yang harus diperhatikan," kata dia.

Baca juga: Analisis Peneliti LIPI soal Penyebab Longsor Sukabumi

Agus mengatakan, antisipasi longsor salah satunya denga mengatur jalur air tersebut. "Kalau menemukan jalur air itu, perhatikan apakah mengarah ke sawah, atau pemukiman. Semakin terjal lerengnya, aliran air tersebut harus dikurangi tenaganya, digeser, dibentuk saluran yang relatif lebih landai dan tidak mengarah ke pemukiman," kata dia.

Pola longsor di Sukabumi terjadi karena daerahnya punya kemiringan tinggi. Material lereng merupakan tanah gembur dengan tingkat porositas tinggi karena asalnya merupakan hutan. "Ada perbedaan porositas lahan bagian atas yang lebih lapuk, dengan bagian bawah yang relatif keras, sehingga terbentuk bidang gelincir alami. Lalu ada faktor manusia yang mengubah tata guna lahan. Tanah itu sudah siap bergerak. Kemudian turun hujan," kata Agus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Tahun 2019, Longsor di Sukabumi, Gempa di Lombok

Menurut Agus, kunci mengantisipasi ancaman longsor yakni dengan memahami jalur air. "Berikutnya memperhatikan efeknya berupa rekakahan di tanah, pohon miring, pembentukan mata air baru, dan sebagainya," kata dia.

Retakan di atas bukit, misalnya, harus secepatnya ditambal untuk mencegah air meresap yang bisa membenahi lahan miring pemicu longsor. "Kalau ditambal harus ada campuran pasir kasar di antara lempung. Jadi dengan kombinasi itu, kalau lempungnya mengkerut bisa terisi oleh pasir," kata dia.

Lokasi longsor Sukabumi masih menyisakan ancaman longsor susulan. "Itu wajar, karena tanahnya gembur, berarti bidang gelincir sudah terbentuk. Dan belum semua tanah gemburnya turun. Ada hujan, ada guncangan sedikit, ada pembebanan material itu sendiri dengan gravitasi dan gaya berat. Materialnya akan meluncur," kata Agus.

Baca juga: Longsor Sukabumi, Pemangku Adat Ungkap Tragedi 20 Tahun Silam

Simak kabar terbaru seputar longsor Sukabumi hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

4 jam lalu

Asap vulkanis yang keluar dari kawah Gunung Semeru terlihat dari Desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Jumat 16 Februari 2024. Bedasarkan data Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada periode pengamatan Jumat (16/2) pukul 06.00-12.00 WIB Gunung Semeru mengeluarkan material vulkanik dengan 19 kali gempa letusan atau erupsi amplitudo 10-22mm selama 83-130 detik, 7 kali gempa Awan Panas Guguran (APG) amplitudo 3-8mm selama 39-51detik. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya
Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

Aktivitas vulkanik Gunung Semeru terus meningkat selama empat tahun terakhir. Badan Geologi menjelaskan sejumlah gejalanya.


Update Info Terbaru Bencana Tanah Longsor di Tana Toraja

11 jam lalu

Tim SAR gabungan mencari korban tanah longsor yang dinyatakan hilang di Palangka, Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Senin 15 April 2024. Basarnas Makassar secara resmi menutup operasi SAR bencana tanah longsor yang terjadi pada Sabtu (13/4) malam di dua titik di daerah itu setelah dua korban yang dinyatakan hilang berhasil ditemukan sehingga total korban meninggal dunia akibat bencana tersebut menjadi 20 orang. ANTARA FOTO/Arnas Padda
Update Info Terbaru Bencana Tanah Longsor di Tana Toraja

Proses pencarian dihentikan sementara usai BNPB menemukan 2 korban terakhir dalam bencana tanah longsor di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.


Longsor di Tana Toraja, Tim Gabungan BNPB Temukan 20 Korban Meninggal

12 jam lalu

Tim SAR gabungan mengangkut kantong berisi jenazah korban tanah longsor di Palangka, Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Senin 15 April 2024. Sebanyak dua korban yang dinyatakan hilang akibat tanah longsor di daerah itu berhasil ditemukan sehingga total korban yang meninggal dunia menjadi 20 orang. ANTARA FOTO/Arnas Padda
Longsor di Tana Toraja, Tim Gabungan BNPB Temukan 20 Korban Meninggal

BNPB melaporkan telah menemukan 20 korban dalam bencana longsor di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.


BMKG Sebut Hujan Bakal Meningkat Seminggu ke Depan, Apa Penyebabnya?

13 jam lalu

Ilustrasi--Pengguna memeriksa informasi cuaca di situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG. (ANTARA/Zubi Mahrofi/uyu)a
BMKG Sebut Hujan Bakal Meningkat Seminggu ke Depan, Apa Penyebabnya?

BMKG juga mengimbau mewaspadai Antecedent Precipitation. Hujan apa ini?


Longsor di Tana Toraja, Warga yang Selamat Diungsikan ke Gereja

1 hari lalu

Warga berada di area terdampak tanah longsor di Palangka, Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Senin 15 April 2024. Tanah longsor yang terjadi pada Sabtu (13/4) malam tersebut menewaskan 18 orang yang tersebar di dua titik yakni 14 orang di Palangka, Kecamatan Makale dan empat orang di Lembang Randanbatu, Kecamatan Makale selatan, Tana Toraja sementara dua korban lainnya masih dalam pencarian. ANTARA FOTO/Arnas Padda
Longsor di Tana Toraja, Warga yang Selamat Diungsikan ke Gereja

Longsor di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, menelan 18 korban jiwa. Tim evakuasi membangun posko pengungsi di gereja setempat.


Tanah Longsor di Tana Toraja, BNPB: Sebanyak 14 Orang Meninggal

1 hari lalu

Proses evakuasi korban tanah longsor di Makale, Tana Toraja, Minggu, 14 April 2024. ANTARA/HO-Humas Pemprov Sulsel
Tanah Longsor di Tana Toraja, BNPB: Sebanyak 14 Orang Meninggal

Peristiwa tanah longsor tersebut dipicu oleh hujan berintensitas tinggi di wilayah dengan kondisi tanah yang tidak stabil.


Terjadi Longsor di Sekitar Gudang Bahan Peledak Milik PT Antam

1 hari lalu

Petugas memeriksa lokasi longsor di sekitar gudang bahan peledak milik PT Antam Unit Bisnis Penambangan Emas (UBPE) Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad, 14 April 2024. Foto: ANTARA/HO-Humas Polres Bogor
Terjadi Longsor di Sekitar Gudang Bahan Peledak Milik PT Antam

Polsek Nanggung, Polres Bogor melaporkan terjadi longsor di sekitar gudang bahan peledak milik PT Antam Unit Bisnis Penambangan Emas (UBPE)


14 Orang Meninggal Akibat Tanah Longsor di Tana Toraja

2 hari lalu

Petugas membawa anjing pelacak mencari warga yang hilang saat tanah longsor dari puncak bukit mengubur 10 rumah dan lebih dari 30 rumah terdampak di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 25 Maret 2024. Sementara ini 9 orang dinyatakan masih hilang, lebih dari 30 rumah tertimbun longsor, serta lebih dari 300 jiwa mengungsi di kantor desa dan sekolah. TEMPO/Prima Mulia
14 Orang Meninggal Akibat Tanah Longsor di Tana Toraja

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tana Toraja hingga kini masih mencari warga yang dilaporkan hilang akibat tanah longsor.


Selain Jembatan Gantung Situ Gunung, Ini Rekomendasi Destinasi Wisata di Sukabumi

2 hari lalu

Curug Cikaso di Kabupaten Sukabumi. (Dok Humas Disparbud Jabar)
Selain Jembatan Gantung Situ Gunung, Ini Rekomendasi Destinasi Wisata di Sukabumi

Situ Gunung Sukabumi ramai di media sosial lantaran telah mencuri perhatian aktor Hollywood Will Smith. Berikut destinasi wisata lain di Sukabumi.


Profil Jembatan Gantung Situ Gunung yang Menjadi Perhatian Will Smith

2 hari lalu

Pengunjung menaiki keranjang sultan di kawasan wisata Situgunung, Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat 12 April 2024. Menurut pengelola, pada H+1 Idul Fitri sebanyak 5.000 wisatawan mengunjungi obyek wisata di kawasan wisata Situgunung. ANTARA FOTO/Henry Purba
Profil Jembatan Gantung Situ Gunung yang Menjadi Perhatian Will Smith

Jembatan Gantung Situ Gunung sedang menjadi perbincangan di media sosial, termasuk aktor Hollywood Will Smith. Apa istimewanya?