TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Permusyawaratan Antar Syarikat Travel Umrah dan Haji Indonesia (PATUHI) Muharom Ahmad menyebut bahwa kekisruhan pengambilan data biometrik calon jamaah umroh dikarenakan ketidaksiapan dari pihak perusahaan, dalam hal ini adalah VFS Tasheel. Kebijakan pengambilan data biometrik ini mulanya untuk mengurangi antrean kedatangan di Bandara King Abdul Aziz Jeddah atau Bandara Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz di Madinah.
Baca juga: Asosiasi Sebut Visa Umrah Biometrik oleh Swasta Langgar Aturan
Saat tiba di Jeddah maupun Madinah, antrean jamaah untuk pengambilan data biometrik sekitar 30 menit saat peak season. Namun, belakangan, kebijakan ini malah berubah menjadi menyulitkan jamaah umrah asal Indonesia. Sebab, calon jamaah harus melakukan pengambilan data biometrik di 34 kantor VFS Tasheel di Indonesia. Masalahnya, kata Muharom, letak geografis Indonesia membuat calon jamaah harus bepergian ke kota-kota tempat kantor VFS Tasheel berada.
"Masalahnya ada di perusahaan. VFS Tasheel juga tidak bisa memadai pelayanan jamaah umrah karena keterbatasan tempat, fasilitas maupun sumber daya manusia. Mereka juga tidak punya izin untuk merekam data di Indonesia. " ujar Muharom melalui pesan WhatsApp, Kamis, 3 Januari 2019.
Baca juga: Scoot Buka Penerbangan bagi Jemaah Umrah via Singapura
Pengambilan data biometrik merupakan metode untuk mengenali seseorang berdasarkan ciri-ciri fisik, karakter, dan perilakunya secara otomatis. Pengenalan ini dilakukan melalui retina mata, sidik jari, pola wajah dan lainnyanya. Perekaman biometrik dilakukan agar mempermudah calon jemaah umron saat mendatangi tanah suci.
Bukannya mempermudah, Muharom menuding, proses ini malah membuat masyarakat di daerah merasa kesulitan. Selain menimbulkan kesulitan teknis, masalah tersebut juga menambah biaya tambahan bagi masyarakat.
"Masyarakat juga harus membayar Rp 120 ribu, juga ditambah dengan biaya transportasi menimbulkan beban bagi masyarakat. Calon jamaah menjadi korban paling menderita," kata Muharom. "Beberapa kesaksian mengatakan harus jalan sehari sebelumnya, kemudian menunggu giliran cukup lama karena kapasitas dan fasilitas terbatas, demikian juga kepulangannya."
Baca juga:Tiga Jamaah Umrah Meninggal dalam Kecelakaan Maut
Patuhi menilai pengambilan data biometrik yang dilakukan oleh Visa Facilitation Service (VFS) Tasheel sejak 17 Desember 2018 menyulitkan para calon jamaah umrah. Menurut Ketua Dewan Pembina PATUHI Fuad Hasan Masyhur, seperti dilansir laman Antara, aturan pengambilan data biometrik jamaah umroh dan haji sangat sulit dilaksanakan di Indonesia.
Karena, kata Fuad, letak geografis Indonesia sangat luas. Sehingga, calon jamaah umrah yang tersebar di beberapa pulau di luar kota besar Indonesia ini harus menempuh jarak yang jauh untuk melakukan pengambilan data biometrik.
"Contoh calon jamaah umrah yang berada di Papua, mereka harus melakukan pengambilan data biometrik di Makassar, sehingga harus menempuh jarak yang jauh dan juga mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk bisa sampai di kantor VFS Tasheel yang berada di Makassar", ujar Fuad.
Baca juga: Bandara Kertajati Segera Angkut Jemaah Haji dan Umrah
Simak kabar terbaru seputar data biometrik calon jemaah umrah lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.