Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Misteri Dinginnya Dasar Samudera Pasifik Terungkap

image-gnews
Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dari Woods Hole Oceanographic Institution dan Universitas Harvard akhirnya membuka misteri dinginnya dasar Samudera Pasifik. Menurut laman mnn.com, akhir pekan lalu, suhu dingin tersebut berkaitan dengan lapisan perairan Zaman Es Kecil.

Baca juga: Inilah Kuburan Pesawat Antariksa NASA di Samudra Pasifik

Penelitian tersebut membutuhkan penggalian data selama 150 tahun untuk menyelesaikannya, seperti dilaporkan Phys.org. Riset tersebut dimulai pada 1870-an saat HMS Challenger, kapal layar kayu yang awalnya dirancang sebagai kapal perang Inggris, digunakan untuk ekspedisi ilmiah modern pertama. Kapal ini menjelajahi lautan dan dasar laut di dunia.

Bagian dari misi kapal ini, yakni merekam suhu hingga kedalaman dua kilometer. Sebuah terobosan yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan data tersebut, bersama dengan rekaman suhu laut dalam modern, para peneliti dapat memodelkan sirkulasi air di Samudra Pasifik selama satu setengah abad terakhir.

Apa yang ditemukan peneliti tersebut sangat luar biasa. Sebab, ternyata air Samudra Pasifik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk bersirkulasi ke kedalaman suhu terendah. Bumi pernah mengalami apa yang disebut Zaman Es Kecil, garis dingin yang berlangsung dari sekitar 1.300 hingga 1870 atau lebih.

Baca juga: Ada Kehidupan di Dasar Samudera Pasifik

Karena itu, para peneliti menduga bahwa perairan Pasifik dalam semakin dingin karena perairan yang sama berada di antara lapisan atas selama Zaman Es Kecil. Perairan itu berasal dari lapisan es ratusan tahun lalu dan telah tenggelam perlahan ke kedalaman samudra.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Temuan ini juga dapat memiliki implikasi mendalam tentang kemampuan untuk mempelajari kondisi iklim ratusan tahun lalu. Bahkan, dari saat di mana manusia tidak memiliki kumpulan data yang lengkap.

Lapisan laut yang berbeda di Pasifik, dalam beberapa hal, seperti cincin pohon atau sampel inti es. Karena sirkulasi yang lambat, lapisan samudera menjaga kondisi masa lalu, dan manusia bisa mendapatkan pengetahuan baru tentang masa lalu, hanya dengan melihat lebih dalam ke lautan.

Baca juga: Jet Pengebom Nuklir Rusia Terbang di Atas Samudra Pasifik

Simak artikel menarik lainnya tentang penelitian Samudra Pasifik hanya di kanal Tekno Tempo.co.

MNN.COM | PSY.ORG

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

1 hari lalu

Presiden AS Joe Biden saat kunjungannya di Chavis Community Center di Raleigh, North Carolina, AS, 26 Maret 2024. REUTERS/Elizabeth Frant
Joe Biden Klaim Pamannya Dimakan Kanibal di Papua Nugini, Begini Kata PM Marape

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan negaranya tidak pantas dicap kanibal setelah Presiden AS Joe Biden bercerita tentang pamannya yang tewas di sana pada Mei 1944.


Gempa M6,8 Tercetus dari Palung Mariana di Pasifik, BMKG: Syukur Tak Picu Tsunami

17 hari lalu

Gempa dari Palung Mariana di Samudera Pasifik, Jumat 5 April 2024.
Gempa M6,8 Tercetus dari Palung Mariana di Pasifik, BMKG: Syukur Tak Picu Tsunami

Setelah gempa berkekuatan Magnitudo 7,4 mengguncang Taiwan pada Rabu pagi lalu, gempa kuat dari laut kembali terjadi hari ini, Jumat 5 April 2024.


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

37 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

37 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

37 hari lalu

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut


Cina Kecam Jepang karena Buang Lagi Limbah Nuklir PLTN Fukushima

54 hari lalu

Seorang pengunjuk rasa memegang plakat bertuliskan
Cina Kecam Jepang karena Buang Lagi Limbah Nuklir PLTN Fukushima

Kedutaan Besar Cina mengkritik pemerintah Jepang yang melanjutkan pembuangan air limbah dari PLTN Fukushima


Januari 2024 Pecahkan Rekor Bulan Terpanas Dunia

8 Februari 2024

Pemandangan danau Tefe di sungai Solimoes yang terkena dampak suhu panas dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 1 Oktober 2023. REUTERS/Bruno Kelly
Januari 2024 Pecahkan Rekor Bulan Terpanas Dunia

Januari 2024 memecahkan rekor bulan terpanas dunia, menurut catatan Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa.


Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Model skala Kawasan Inti Pemerintahan Pusat Ibu Kota Nusantara atau IKN. ANTARA/Aji Cakti
Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.


Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Proses quality control PCBA motherboard Laptop Merah Putih di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No.KM.35, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.


Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.