Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Misteri Iklim Gurun Sahara Terkuak: Berubah 20 Ribu Tahun Sekali

image-gnews
Warga melihat fenomena saat salju menutupi sebagian Gurun Sahara di Kota Ain Sefra di Aljazair. Gurun Sahara merupakan gurun panas terbesar ketiga di dunia setelah Antartika dan Arktik, yang merupakan padang pasir yang dingin. Hamouda Ben Jerad/via REUTERS
Warga melihat fenomena saat salju menutupi sebagian Gurun Sahara di Kota Ain Sefra di Aljazair. Gurun Sahara merupakan gurun panas terbesar ketiga di dunia setelah Antartika dan Arktik, yang merupakan padang pasir yang dingin. Hamouda Ben Jerad/via REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah riset terbaru menunjukkan kondisi iklim di Gurun Sahara telah berubah dari basah menjadi kering setiap 20 ribu tahun. Studi dilakukan para ilmuwan dari Institut Teknologi Massachusetts Institute Technologi (MIT), Amerika Serikat.

Baca juga: Salju di Gurun Sahara Imbas dari Badai Eleanor

Profesor di Departemen Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planetarium MIT David McGee yang juga memimpin penelitian mengatakan, bukti baru mendukung gagasan iklim daerah itu berulang kali terus berubah selama bertahun-tahun. "Hasil penelitian terbaru kami menunjukkan bahwa kisah iklim Afrika Utara dominan dalam hentakan 20 ribu tahun, bolak-balik antara Sahara hijau dan kering," kata dia, seperti dilansir laman MIT News, Ahad, 6 JAnuari 2019.

Gurun Sahara dikenal sebagai salah satu daerah terpanas, terkering, dan paling terpencil di dunia, yang mencakup sekitar 9,3 juta kilometer persegi di Afrika Utara. Bukti menunjukkan bahwa Sahara tidak selalu mengalami kondisi panas dan kering yang ekstrem.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances itu mengumpulkan bukti bahan dari fosil dan lukisan batu dari daerah tersebut. Para ilmuwan memeriksa debu yang terkumpul dari pantai Afrika Barat selama 240 ribu tahun terakhir. Hasilnya, selama periode itu, iklim Sahara terus berubah antara basah dan kering setiap 20 ribu tahun.

"Perubahan iklim ini didorong oleh perubahan poros bumi saat planet mengorbit matahari. Proses ini mempengaruhi jumlah sinar matahari di antara musim. Penelitian menunjukkan bahwa setiap 20 ribu tahun, bumi menerima lebih banyak sinar matahari atau musim panas," tutur McGee.

Baca juga: Salju Turun di Gurun Sahara, Unik tapi Bukan yang Pertama Kali

Ketika sumbu bumi berubah lagi, jumlah sinar matahari berkurang. Bagian lain dari musim menghasilkan kondisi hujan, lingkungan yang lebih basah, lebih hijau, dan kaya tanaman. Ketika aktivitas hujan melemah, iklim menjadi panas dan kering, seperti Sahara sekarang ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para ilmuwan mendasarkan penelitian pada sampel debu yang dikumpulkan dari sedimen laut. Menurut mereka, ratusan juta ton debu Sahara telah menumpuk selama ratusan ribu tahun di dasar Samudra Atlantik di lepas pantai Afrika Barat. "Hari ini kita hanya melihat Gurun Sahara sebagai tempat yang sangat sunyi dan panas," kata McGee.

Pemeriksaan penumpukan debu memungkinkan para peneliti untuk belajar tentang sejarah iklim Gurun Sahara. Sampel tersebut berisi lapisan sedimen kuno yang terbentuk selama jutaan tahun. Setiap lapisan berisi jejak debu Sahara serta sisa-sisa bentuk kehidupan.

"Studi baru menunjukkan bahwa iklim daerah telah bergeser antara padang rumput dan lingkungan yang jauh lebih basah dan kembali ke iklim kering, bahkan selama seperempat juta tahun terakhir," ujar dia. "Ini memungkinkan makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang dan mengarah pada penciptaan pemukiman manusia."

Baca juga: Dari Nigeria ke Aljazair: Perjalanan Maut Imigran di Gurun Sahara

Simak riset terbaru tentang Gurun Sahara hanya di kanal Tekno Tempo.co.

MIT NEWS | JOURNAL SCIENCE ADVANCES

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

39 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

39 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

39 hari lalu

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut


Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Model skala Kawasan Inti Pemerintahan Pusat Ibu Kota Nusantara atau IKN. ANTARA/Aji Cakti
Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.


Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Proses quality control PCBA motherboard Laptop Merah Putih di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No.KM.35, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.


Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.


Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Masyarakat Melayu Pulau Rempang berkumpul di Lapangan Sepakbola Dataran Muhammad Musa, Kampung Sembulang, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang pada Rabu (11/10/2023). FOTO: YLBHI
Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.


BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

Kepala BRIN Laksono Tri Handoko berbicara soal prioritas riset di lembaganya sepanjang tahun 2023, salah satunya bidang pangan dengan total 218 judul riset. (Tempo/Annisa Febiola)
BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.


Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

18 Desember 2023

Penulis buku Gadis Kretek, Ratih Kumala memegang buku saat hadir dalam diskusi  Biennale Jatim di Rumah Budaya, Sidoarjo, pada Sabtu 16 Desember 2023. TEMPO/ Yolanda Agne
Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

Penulis novel Gadis Kretek Ratih Kumala menceritakan proses kreatif. Mengapa ia akhirnya menjadi seorang kolektor bungkus kretek.


BRIN Akan Tetapkan Regulasi Penggunaan AI di Industri Riset

11 Desember 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko saat menyampaikan kata sambutan di kegiatan Kick Off Peran Valuator Kekayaan Intelektual dalam Pemanfaatan Hasil Riset dan Inovasi di Jakarta, Senin, 11 Desember 2023. (Tempo/Alif Ilham Fajriadi)
BRIN Akan Tetapkan Regulasi Penggunaan AI di Industri Riset

Hingga kini belum ada regulasi yang jelas mengatur terkait penggunaan AI tersebut.