TEMPO.CO, Bandung - Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis ITB tengah menyiapkan uji katalis buatannya di reaktor milik Pertamina di Dumai. Waktu ujinya, menurut Kepala Laboratorium itu Subagjo, sekitar akhir Februari atau awal Maret 2019. "Katalis ini untuk konversi minyak sawit menjadi biohidrokarbon," katanya Jumat, 1 Februari 2019.
Baca juga: ITB Bikin Base Station 4G Terbaru untuk Atasi Masalah Internet
Katalis merupakan zat yang mempercepat reaksi kimia dengan suhu tertentu. Katalis yang dinamai Merah-Putih itu hasil kerjasama ITB dengan Research Technology Center (RTC) Pertamina. Hasil riset katalis terbarunya digunakan Pertamina untuk bahan bakar dari minyak sawit. Menurut Subajo, tim berhasil mendapatkan formula katalis dengan kinerja yang baik.
Katalis tersebut sudah diuji menggunakan reaktor skala laboratorium dan reaktor pilot. Pengujian dengan reaktor telah dilakukan di RTC Pertamina lebih dari 10 bulan. Uji kinerja dalam waktu yang panjang ini, kata Subagjo, ditujukan untuk meyakinkan pengembang katalis dan calon pengguna katalis bahwa kinerja katalis telah benar-benar baik.
"Keyakinan ini penting karena pada akhir Februari katalis akan diuji di unit komersial yang menggunakan 14 ton katalis," ujarnya. Sebanyak 14 ton katalis telah selesai dibuat dan sudah dikirim ke Pertamina RU II Dumai. Dari awal, pengembangan katalis dan proses konversi minyak sawit menjadi biodiesel dilakukan bersama RTC Pertamina.
Baca juga: Kunjungan Luhut Panjaitan ke Lab Katalis Teknik Kimia ITB
Dorongan atau bantuan dari pemerintah sejak 2016, kata Subagjo, seperti bantuan dana dari Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti untuk pembangunan Pabrik Katalis Pendidikan yang dilengkapi dengan berbagai alat karakterisasi dan uji aktivitas katalis. Sarana tersebut sangat bermanfaat dalam pengajaran, penelitian, dan pengembangan katalis. "Dengan sarana yang makin lengkap ini, inovasi katalis bisa lebih cepat," katanya.
Khusus untuk katalis konversi minyak nabati menjadi biohidrokarbon, pemerintah juga ikut membantu mengerahkan berbagai sektor untuk mempercepat impelementasi teknologi katalis yang sedang dikembangkan. Di bagian hulu, ada grup yang memikirkan bahan baku sawit yang sesuai dengan harga murah. Tim ITB bersama Pertamina di bagian hilir menyiapkan katalis dengan kinerja yang prima dan sarana yang dibutuhkan untuk pengujian.
Selain itu, beberapa grup membantu memikirkan dan merencanakan agar teknologi proses konversi minyak nabati menjadi biohidrokarbon ini dapat segera bisa diterapkan secara berkelanjutan. Setiap dua hingga tiga minggu diselenggarakan pertemuan untuk mematangkan rencana implementasi tersebut.
Baca juga: Dosen ITB Pamerkan Aplikasi Pendeteksi Badai di Arab Saudi
Sebelumnya diberitakan, sejak mendapat bantuan peralatan dari pemerintah pada 2016, skala katalis bisa didongkrak jadi 1-5 kilogram per hari. Hasil riset katalis buatan ITB dipakai Pertamina untuk mengolah bahan bakar mesin diesel. Senior Vice President Research Technology Center (RTC) Pertamina Herutama Trikoranto mengatakan, latar belakang Pertamina terlibat dalam riset karena proses bahan bakar minyak sekitar 80 persen memerlukan katalis.
Biasanya Pertamina mengimpor katalis US$100-200 juta atau lebih dari Rp1 triliun. Katalis buatan ITB akan dipakai untuk menggantikan katalis impor. "Kualitasnya lebih baik dan memberikan efisiensi yang besar karena waktu pemakaiannya lebih panjang dan penggantiannya lebih sedikit," ujar Herutama.
Pertamina menggunakan tiga jenis katalis ITB untuk menghasilkan bensin, solar, dan avtur serba nabati dari minyak kelapa sawit. Dari harga pasaran katalis impor sekitar US$22-23 per kilogramnya, kemunculan katalis ITB mulai menurunkan harga katalis impor hingga menjadi US$16,5. Menristek M. Nasir mengatakan importir selama ini menikmati keuntungan dari harga katalis US$22-23 per kilogram. "Kita pendatang baru menghantam mereka, keuntungannya di-share ke pihak lain," katanya.
Baca juga: Ilmuwan ITB Bikin Bahan Cetak 3D dari Tutup Botol Plastik
Simak kabar terbaru seputar uji katalis ITB hanya di kanal Tekno Tempo.co.