TEMPO.CO, Jakarta - Malam ini, Selasa, 19 Februari 2019, akan terjadi fenomena Supermoon, dengan Bulan akan mencapai perigee, titik terdekat ke Bumi. Menurut laman Forbes, Ahad, 17 Februari 2019, Supermoon kali ini merupakan terbesar dan tercerah di langit selama tujuh tahun hingga terjadi lagi pada 2026.
Baca: Supermoon 19 Februari, Ini 8 Mitos di Balik Supermoon
Baca: Supermoon 19 Februari Terbesar dan Paling Terang di 2019
Peristiwa itu terjadi karena setiap 29,53 hari, siklus Bulan melalui beberapa fase, mulai dari Bulan baru ke Bulan sabit ke seperempat untuk membentuk Bulan hampir penuh hingga penuh, kemudian kembali ke hampir penuh, ke seperempat, kemudian menjadi Bulan sabit dan Bulan baru.
Gerakan Bulan yang terlihat bertepatan dengan gerakannya di sekitar Bumi, yang berbentuk orbit elips, sementara sistem Bumi-Bulan berputar mengelilingi Matahari. Gerakan malam ke malam Bulan melalui langit, mewakili sekitar 12 derajat migrasi ke arah timur, sesuai dengan perubahan harian dalam fase tersebut.
Namun, tidak butuh 29,53 hari bagi Bulan untuk membuat revolusi 360 derajat penuh di Bumi. Sebaliknya, itu terjadi lebih cepat: hanya dalam 27,55 hari. Alasan dibutuhkannya jauh lebih lama, dua hari lebih lama, untuk fase siklus, adalah Bumi tidak diam saat Bulan mengorbitnya, tapi bergerak relatif terhadap Matahari.
Gerakan Bumi melalui ruang adalah signifikan: manusia bergerak dengan kecepatan sekitar 30 kilometer per detik relatif terhadap Matahari. Artinya pada saat Bulan menyelesaikan revolusi 360 derajat di sekitar Bumi, sistem Bumi-Bulan telah memindahkan sekitar 71 juta kilometer (44 juta mil) melalui ruang angkasa. Ini adalah bukti orbit cepat Bulan yang dapat mengimbangi gerakan ekstra hanya dalam dua hari.
Secara umum, Supermoon terbesar akan terjadi ketika perigee Bulan dan fase Bulan purnama paling dekat. Pada 19 Februari, fase ini akan jatuh dalam 6 jam, yang kebetulan sangat dekat, dan diperkirakan bagi yang melihatnya adalah orang yang begitu beruntung, karena untuk melihatnya lagi butuh waktu bertahun-tahun.
Pada 2020, Supermoon terjadi di April yang akan memiliki perigee dan fase penuh hilang 8 jam. Pada 2022, Supermoon Juli akan melihat perigee dan fase penuh hilang 9 jam. Sementara, pada 2023, akan ada bulan perigee yang lebih dekat, tapi itu akan bertepatan dengan fase baru dan bukan fase penuh; itu tidak akan terlihat dari Bumi.
Pada 2025, Supermoon akan datang lagi di bulan November: perigee dan fase penuh akan hilang hanya dalam 9 jam. Dan akhirnya, pada 2026, Supermoon akan datang lagi bertepatan Natal pada 24 Desember, di mana bulan perigee membawa Bulan dalam jarak 356.649 km dari Bumi, sedikit lebih dekat dari 356.761 km yang akan kita capai pada hari Selasa, tanggal 19 Februari.
FORBES | LIVESCIENCE