TEMPO.CO, Jakarta - Gempa Ternate dengan magnitudo 5,6 yang terjadi pada 131 kilometer arah Barat Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, Rabu pagi, 20 Februari 2019, akibat sesar lempeng Laut Maluku.
Baca juga: Gempa Magnitudo 5,9 Guncang Ternate, Tidak Berpotensi Tsunami
Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa merupakan jenis menengah, kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono dalam rilis yang dibagikan dalam grup percakapan BMKG, PVMBG dan Stakeholder di Manado.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa lindu di wilayah laut sebelah barat Kabupaten Kota Ternate ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar naik (Thrust Fault).
Dampak guncangan berdasarkan informasi dari masyarakat dirasakan di Ternate II-III MMI, sedangkan di Manado, Bitung, dan Kotamubagu dirasakan II MMI. Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut dan dari hasil pemodelan menunjukkan tidak berpotensi tsunami.
"Sampai pukul 07.28 WIB belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock)," ujarnya. Dia berharap, masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Pada Rabu, pukul 07.10.41 WIB, wilayah laut di sebelah barat Kota Ternate diguncang gempa bumi tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa Ternate ini memiliki kekuatan M=5,9 yang kemudian dimutakhirkan menjadi M=5,6. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0,77 LU dan 126,2 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 131 km arah Barat Kota Ternate pada kedalaman 62 kilometer.