TEMPO.CO, Jakarta - Twitter meluncurkan alat yang memudahkan pengguna untuk mengidentifikasi iklan kampanye politik menjelang pemilihan umum parlemen Eropa pada Mei 2019, di tengah kekhawatiran tentang disinformasi dari Rusia.
Baca juga: Beragam Tagar Debat Pilpres Mendominasi Trending Topic Twitter
Uni Eropa prihatin dengan peran Rusia dalam tindakan semacam itu, meski Moskow telah berulang kali membantahnya, demikian seperti dikutip dari Reuters, 20 Februari 2019.
Jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook mendapat tekanan untuk melakukan sesuatu guna memerangi berita palsu dan penyebaran ekstremisme serta propaganda daring.
Kebijakan mengenai iklan politik di Twitter pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat saat pemilu sela tahun lalu, dan akan diluncurkan di India juga Australia menjelang pemilihan umum di negara tersebut.
Pengguna bisa melihat iklan politik melalui menu Ads Transparency Center, yang berisi informasi dana dan demografi target mereka.
Iklan tersebut juga memiliki label, informasi dan penjelasan mengenai konten promosi sehingga pengguna bisa melihat iklan kampanye dan siapa yang membayar iklan tersebut.
Twitter ingin publik mengetahui siapa saja yang memasang iklan kampanye di Twitter.
Organisasi atau kandidat yang ingin memasang iklan kampanye di Twitter harus melewati proses sertifikasi, antara lain dengan membuktikan indentitas mereka. Kebijakan iklan politik di Eropa akan berlaku mulai 11 Maret 2019.