TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan karyawan Microsoft telah menandatangani surat protes atas kontrak senilai 480 juta dolar antara raksasa teknologi itu dengan Angkatan Darat AS.
Baca juga: Militer AS Gandeng Microsoft Ciptakan Peralatan Augmented Reality
Microsoft telah menerima kontrak dari Angkatan Darat AS untuk memasok headset augmented-realty yang akan digunakan di medan perang, kata NBC dalam laporannya, Minggu, 24 Februari 2019.
Menurut ketentuan kesepakatan itu, headset, yang menempatkan gambar holografik ke dalam bidang visi pemakainya, akan disesuaikan untuk kepentingan militer guna mendeteksi musuh.
"Kami adalah koalisi global pekerja Microsoft, dan kami menolak untuk menciptakan teknologi untuk perang dan penindasan," demikian isi surat protes tersebut. Microsoft mendapatkan kontrak itu pada November 2018.
Surat protes itu juga dipublikasikan di papan pesan internal perusahaan dan diedarkan melalui email ke seluruh karyawan perusahaan pada Jumat, 22 Februari 2019.
Lebih dari 100 karyawan Microsoft membubuhkan nama dan tanda tangan di surat itu. Microsoft mempekerjakan hampir 135 ribu orang di seluruh dunia.
"Kami khawatir Microsoft berupaya menyediakan teknologi senjata kepada militer AS, membantu pemerintah satu negara meningkatkan kematian menggunakan alat yang kami buat," bunyi surat itu.
Surat, yang ditujukan kepada CEO Microsoft Satya Nadella, presiden dan chief legal officer Brad Smith, mencatat bahwa perusahaan sebelumnya telah melisensikan teknologi kepada militer --termasuk HoloLens untuk digunakan dalam pelatihan--tetapi belum pernah sebelumnya "melewati batas dalam pengembangan senjata".