TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Kaspersky Lab telah mendeteksi lonjakan aktivitas oleh Trojan Perbankan RTM. Jumlah keseluruhan pengguna yang diserang pada 2018 melebihi 130.000. Ini merupakan peningkatan dari sedikitnya 2.376 pengguna yang diserang pada 2017.
"Kasus ini pertama kali terjadi di Rusia, yang kemudian merebak ke seluruh dunia. Trojan Perbankan RTM dapat dengan mudah menjadi contoh lain dari siklus pengembangan ancaman yang sama," ujar peneliti keamanan di Kaspersky Lab Sergey Golovanov, dalam keterangannya, Selasa, 5 Maret 2019.
2 Penjahat Siber Curi Rp 14 Triliun dari Perusahaan via Malware
Trojan Perbankan adalah salah satu dari ancaman siber yang paling merusak karena dirancang untuk mendapatkan akses ke akun keuangan dan aset target, terutama dengan mencuri kredensial login dan membajak sesi perbankan online.
Trojan RTM akan mengganti detail akun, pelaku kejahatan siber ini secara manual mencuri uang menggunakan tool akses jarak jauh.
Malware menargetkan kepada orang yang bertanggung jawab atas divisi akuntansi keuangan dalam bisnis kecil dan menengah.
"Itulah sebabnya kami mendesak seluruh organisasi yang dapat menjadi target potensial malware ini untuk mengambil tindakan pencegahan, dan memastikan produk keamanan mereka dapat mendeteksi dan memblokir ancaman tersebut dengan baik," kata Golovanov.
Trojan RTM didistribusikan melalui phishing email, menggunakan pesan yang disamarkan sebagai korespondensi keuangan dan akuntansi rutin yang berisi tautan atau lampiran berbahaya. Setelah malware diinstal di komputer korban, maka pelaku kejahatan siber akan mendapatkan kontrol penuh atas sistem yang terinfeksi.
Laju serangan tampaknya berlanjut hingga 2019, dengan lebih dari 30 ribu pengguna diserang selama bulan pertama. Dalam kurun waktu setengah tahun, RTM menjadi salah satu Trojan perbankan paling aktif di lanskap ancaman.
"Selama dua tahun, para pelaku kejahatan siber telah melakukan beberapa transaksi ilegal, masing-masing hingga satu juta rubel setara dengan US$ 15.104 (Rp 211,5 juta)," tutur Golovanov.