TEMPO.CO, Medan - Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) wilayah I Medan memastikan jika suhu panas di Sumatera Utara terjadi bukan disebabkan Badai Geomagnetik atau Badai Matahari, melainkan karena angin bersifat divergen.
Baca: Cuaca Panas Hari Ini, Peneliti LAPAN: Bukan Karena Badai Matahari
Baca: Heboh Badai Matahari, Lapan: Indonesia Tidak Terlalu Terdampak
Angin yang bersifat divergen tersebut membuat awan menjadi tidak terbentuk. “Kalau masalah suhu tinggi yang terjadi ini bukan karena badai geomagnetik,” ujar Prakirawan BBMKG Wilayah 1 Medan, Martha Rosefina Manurung di Medan pada Jumat, 15 Maret 2019.
Martha menjelaskan bahwa angin-angin kuat dari arah timur ke utara saat ini lebih menyebar atau bersifat divergen, sehingga susah terbentuk aktivitas awan-awan konveksi atau konvergen. Akibatnya suhu di daerah menjadi lebih tinggi.
Lebih lanjut Martha mengatakan suhu tertinggi di wilayah Sumatera Utara terjadi pada siang tadi. Suhu tertingginya berkisar 33 derajat celcius dengan kecepatan angin 20 per jam dan kelembaban udara 60 persen. Suhu tertinggi terjadi pada siang tadi.
Secara umum, Martha menyebut Indonesia termasuk dalam wilayah Ekuator. Sehingga kemungkinan terdampak badai geomagnetik sangat kecil. “Jadi ini bukan karena badai matahari. Ini karena pelontaran massa korona di matahari atau aktivitas di matahari itu sendiri,” sambung Martha.
Seperti diberitakan sebelumnya, hari ini badai matahari diperkirakan menuju bumi. Akibatnya, dampak badai matahari tersebut akan membuat terganggunya Global Positioning System (GPS), sinyal ponsel hingga saluran TV digital.