TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menanggapi beredarnya informasi yang menyebutkan adanya fenomena Equinox yang menyebabkan peningkatan suhu ekstrem. Kabar tersebut menyatakan bahwa fenomena itu dapat berakibat sun stroke dan dehidrasi.
"Equinox adalah salah satu fenomena astronomi di mana matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 23 Maret dan 23 September," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo, Senin, 25 Maret 2019.
Fenomena Equinox Hari Ini, BMKG: Suhu 33-34 Derajat Celcius
Prabowo menjelaskan saat fenomena tersebut berlangsung, Matahari dengan Bumi memiliki jarak paling dekat, dan konsekuensinya wilayah tropis sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum. Namun, Prabowo menuturkan fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis dan ekstrim.
Berdasakan pengamatan BMKG, suhu maksimum tertinggi pada hari kemarin 23 Maret 2019 tercatat 37,6 derajat Celcius di Meulaboh, Aceh. "Secara umum, diketahui rata-rata suhu maksimum di wilayah Indonesia berada dalam kisaran 32-36 derajat Celcius," kata Prabowo.
Menurut Prabowo, Equinox bukan merupakan fenomena seperti gelombang panas atau heat wave yang terjadi di Eropa, Afrika dan Amerika yang merupakan kejadian peningkatan suhu udara ekstrim di luar kebiasaan. Dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Prabowo mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang. Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab atau basah.
"Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa transisi atau pancaroba. Maka ada baiknya, masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan," tutur Prabowo.
Berita lain tentang equinox, bisa Anda ikuti di Tempo.co.