TEMPO.CO, Bandung - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan status Gunung Anak Krakatau jadi Waspada atau Level II.
“Dari Level Siaga (Level III) ke Waspada (Level II) mulai jam 12.00 WIB hari ini,” kata Kepala PVMBG, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kasbani, saat dihubungi Tempo, Senin, 25 Maret 2019.
Peneliti: Tsunami Anak Krakatau dari Longsoran Akibat Gempa
Kasbani mengatakan, daerah bahaya Gunung Anak Krakatau tersebut juga dikurangi. Saat statusnya Siaga daerah bahaya 5 kilometer, kini dikurangi. “Daerah bahayanya 2 kilometer. Di luar itu aman,” kata dia.
Kendati status aktivitas gunungnya turun, potensi erupsi masih ada. “Potensi erupsi masih ada. Namun ancamanya masih sebatas dalam radius 2 kilometer,” kata Kasbani.
Kasbani mengatakan, erupsi yang terjadi masih dominan erupsi strombolian dengan skala relatif kecil. “Masih kecil-kecil, strombolian seperti itu, lontaran-lontaran. Kebanyakan erupsi abu,” kata dia.
Kasbani meminta warga agar tidak mendarat di Pulau Gunung Anak Krakatau karena berada dalam radius bahaya yang direkomendasikan lembaganya. “Tidak boleh mendarat. Kalau kami ke sana membawa data, kita pantau terus. Kalau orang awam jangan, karena tidak tahu apa-apa,” kata dia.
Menurut Kasbani, PVMBG sudah memasang sejumlah alat baru di Gunung Anak Krakatau. Yakni satu seismometer dipasang di Pulau Gunung Api, disusul tilt meter untuk memantau deformasi tubuh gunung api. “Besok akan dipasang lagi tilt meter,” kata dia.
Kasbani mengatakan, hasil bacaan peralatan baru dalam sebulan ini yang menjadi alasan penurunan status aktivitas Gunung Anak Krakatau. “Dengan adanya alat pemantau deformasi ini, kita tahu perkembangan gunung itu, apakah ada inflasi atau penggelembungan, atau tidak. Selama ini, setelah kita pasang alat, beberapa minggu terakhir tilt meter tidak menunjukkan adanya inflasi, datar-datar saja,” kata dia.
Kasbani mengatakan, aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau masih terdeteksi. Di antaranya masih ada gempa vukanik dangkal, gempa vulkanik dalam, serta tremor. “Tapi indikasinya tidak menunjukkan (potensi terjadi) erupsi besar. Gempa itu biasa, sejak dia tumbuh memang ada karena masih dalam fase pembangunan,” kata dia.
Soal ancaman tsunami, Kasbani mengklaim relatif kecil. “Tsunami paling tidak ada tiga penyebabnya. Oleh tempa tektonik, itu 80 persennya. Adanya longsor bawah laut, dan adanya aktivitas vulkanik. Kalau aktivitas vulkanik yang bisa men-triger tsunami, kecil,” kata dia.
Kasbani mengatakan, tanda-tanda aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau tidak menunjukkan akan menghasilkan erupsi besar. “Potensi erupsinya tidak besar, dan sekarang gunung juga tidak dalam kondisi tinggi,” kata dia.
Tinggi Gunung Berkurang