TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit mengimbau pemasangan batu grib di pantai untuk mengatasi abrasi dihentikan karena sangat berbahaya jika terjadi tsunami.
"Batu grib tidak direkomendasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Jika tsunami, batu-batu itu berubah seperti pisau dalam blender. Sangat berbahaya. Karena itu kita imbau dihentikan pemasangannya," katanya di Padang, Kamis, 4 April 2019.
Menengok Shelter Tsunami di Ulak Karang Padang yang Terbengkalai
Ia mengatakan itu terkait upaya mitigasi bencana di daerah pesisir pantai Sumbar yang rawan gempa dan tsunami.
Ke depan, batu grib itu harus diganti dengan pohon atau vegetasi yang sesuai untuk ditanam di pinggir pantai.
Salah satu vegetasi yang dinilai tepat adalah pohon cemara udang dan bakau. Saat ini penanamannya telah dimulai di pesisir Sumbar.
Salah satunya dengan program penanaman sejuta pohon yang digawangi oleh BPBD setempat.
Pohon cemara udang terbukti bisa membantu mengatasi abrasi dan yang terpenting bisa menghambat laju arus tsunami jika bencana itu terjadi.
Hal itu menjadi dasar bagi BNPB untuk merekomendasikan penanaman pohon tersebut di pinggir pantai sebagai salah satu upaya mitigasi bencana.
Sumbar memiliki tujuh kabupaten dan kota yang memiliki pantai yang berpotensi terkena dampak tsunami jika benar terjadi.
Namun pemasangan batu grib tetap menjadi pilihan utama mengatasi abrasi terutama oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera V. Terakhir, lembaga tersebut membangun batu grib di Pariaman dan tetap akan melaksanakannya ke depan dengan anggaran miliaran rupiah, demikian dilaporkan ANTARA.
Berita lain tentang tsunami bisa Anda ikuti di Tempo.co.