TEMPO.CO, Jakarta - Tim teknis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil memasang Buoy Merah Putih di kawasan Gunung Anak Krakatau. Buoy ini untuk memantau ancaman tsunami.
Pemasangan tersebut menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya IV dengan perjalanan serta proses pemasangan selama 3 hari.
Lewat Sebulan, Penyebab Tsunami Selat Sunda Masih Misteri
Ketua Tim Buoy Merah Putih BPPT Alfi Rusdiansyah menjelaskan bahwa sinyal buoy yang berupa informasi data gelombang laut, telah terkirim secara real time ke Pusat Data Buoy Indonesia (PDBI) di BPPT.
"Untuk data dari buoy tsunami tersebut sudah terkirim dengan baik ke pusat data BPPT di Thamrin, jika keadaan normal maka buoy akan mengirim data tiap 1 jam sekali sedangkan saat terjadi gejala tsunami, buoy akan mengirim data tiap 15 detik," ujar Alfi, Ahad, 14 April 2019.
Untuk mencapai lokasi yang berada di antara Gunung Anak Krakatau dan Pulau Sertung, Alfi melanjutkan, memerlukan waktu 16 jam dari pelabuhan Tanjung Priok.
Sebelum pemasangan, tim melakukan survey batimetri atau pemetaan dasar laut, tujuannya adalah untuk menentukan lokasi OBU (sensor pendeteksi tsunami) yang akan dipasang. Meskipun begitu, Alfi berujar, tim teknis sempat mengalami kendala, yakni cuaca dan gelombang yang cukup tinggi.
"Kesulitan kami, beberapa hari cuaca bergelombang, lokasi yang sempit juga cukup menyulitkan kapal untuk bermanuver. Karena perairan di sekitar Anak Krakatau mengalami pendangkalan akibat longsoran Desember tahun lalu," kata Alfi.
Menurut Kepala BPPT Hammam Riza, keberhasilan pemasangan Buoy Merah Putih merupakan salah satu upaya pemerintah menjaga masyarakat dari ancaman bencana tsunami. Hammam mengimbau masyarakat, agar keberadaan buoy itu dapat dijaga bersama, serta untuk tidak melakukan vandalisme.
"Alhamdulillah buoy sudah berhasil dipasang dan sudah dapat mengirimkan data ke pusat data BPPT. Untuk itu kami imbau kepada masyarakat, untuk dapat menjaga bersama buoy merah putih, demi keselamatan kita semua," tutur Hammam.
Hammam berharap buoy yang sudah terpasang agar dapat menjadi momentum bagi Indonesia dan dapat menerapkan early warning system secara nasional. "Kita ingin bentuk konstelasi Buoy secara nasional. Saat ini kami juga menerima permintaan BNPB utk memasang buoy sekitar Ambon dan Sulawesi Tenggara," ujar Hammam.
Ke depan BPPT menargetkan tiga fase pembangunan buoy dan cable based tsunameter atau kabel bawah laut. Hal itu, Hammam melanjutkan, merupakan upaya untuk memberikan data peringatan dini tsunami yang handal. "Semoga rencana kami terus mendapat dukungan dari masyarakat, serta seluruh pemangku kepentingan terkait," kata Hammam.