TEMPO.CO, Jakarta - Ahli biologi Laura May Collado dan Gabriel Melo-Santos dari University of Vermont dan University of St. Andrews di Skotlandia membawa sebuah tim yang dilengkapi dengan kamera dan mikrofon untuk melakukan penelitian di sungai daerah kota Mocajuba, Brazil, tempat lumba-lumba sungai atau botos hidup.
Baca: 2 Lumba-Lumba Ditemukan Mati di Aceh, Diduga Terkena Jaring
Baca: Keunikan Lumba-lumba Air Tawar: Berubah Warna Saat Dewasa
Baca: Viral, Lumba-lumba Air Tawar di Sumut: Ini Spesiesnya
Baca Juga:
Setelah menganalisis rekaman spesies itu selama 20 jam, para peneliti dapat mengidentifikasi 237 jenis suara. "Kami menemukan mereka berinteraksi secara sosial, dan membuat lebih banyak suara dari yang diperkirakan sebelumnya," ujar Collado, seperti dikutip laman foxnews akhir pekan lalu.
Spesies lumba-lumba sungai yang disebut botos pertama kali ditemukan pada 2014. Sejak itu, para ilmuwan ingin mempelajari lebih lanjut tentang komunikasi makhluk misterius itu. Menurut studi yang diterbitkan Plos One Journal, jumlahnya hanya sekitar 600 hingga 1.500 yang diperkirakan ada di sepanjang Sungai Araguaia-Tocantins di negara Amerika Selatan.
Tidak seperti saudara kandungnya, lumba-lumba air asin, lumba-lumba sungai Araguaian dianggap pemalu, binatang yang menyendiri dengan struktur sosial kecil yang membutuhkan komunikasi. Namun, sebuah ekspedisi baru-baru ini di Mocajuba, mengubah kesimpulan para peneliti tentang spesies dan berpotensi memecahkan kode tentang bagaimana komunikasi telah berkembang pada mamalia laut.
"Bahkan repertoar vokal mereka sangat beragam. Sebagian besar penelitian mulai dari lumba-lumba Sungai Amazon, serta lumba-lumba sungai lainnya di seluruh dunia, memiliki beberapa suara yang digunakan untuk komunikasi," kata Melo-Santos kepada Gizmodo.
Penelitian bahkan menyatakan bahwa botos memiliki sistem komunikasi sederhana yang disusun oleh beberapa jenis suara. Temuan tim tersebut diterbitkan dalam jurnal Peer J pada hari Kamis, 18 April 2019. Lumba-lumba sungai sebenarnya menggunakan peluit dan suara tanda yang sama dengan rekan-rekan laut mereka, tapi mereka mewakili kebutuhan yang berbeda.
"Sangat menyenangkan, lumba-lumba laut seperti bottlenose menggunakan peluit tanda untuk kontak, dan di sini kami memiliki suara berbeda yang digunakan oleh lumba-lumba sungai untuk tujuan yang sama," tutur Collado. "Bahkan dapat melayani tujuan yang berlawanan seperti sinyal untuk menjaga jarak Anda."
Mereka juga memiliki nada yang lebih rendah dari pada lumba-lumba lainnya. Namun, menurut para peneliti mungkin telah berubah bersama dengan lingkungan mereka yang dilaporkan terancam oleh pengeboran minyak dan gas, pertambangan, penangkapan ikan, dan polusi.
"Ada banyak kendala seperti hutan yang dibanjiri dan vegetasi di habitatnya, sehingga sinyal ini bisa berkembang untuk menghindari gema dari vegetasi dan meningkatkan jangkauan komunikasi ibu dan anak mereka," tambah Collado.
Karena lumba-lumba sungai, secara umum, didokumentasikan jauh sebelum lumba-lumba lain, temuan kelompok mungkin mengindikasikan bahasa mereka mungkin telah berkontribusi pada panggilan dan peluit yang didengar dari lumba-lumba laut. Dalam waktu dekat, para peneliti berharap untuk mempelajari spesies lumba-lumba sungai lainnya untuk melihat bagaimana komunikasi mereka dibandingkan dengan botos.
"Kami tidak dapat mengatakan apa cerita evolusi itu sampai kami mengetahui suara apa yang dihasilkan oleh lumba-lumba sungai lain di daerah Amazon, dan bagaimana itu terkait dengan apa yang kami temukan," kata Collado. "Kami sekarang memiliki semua pertanyaan baru untuk dijelajahi."
FOXNEWS | PLOSONEJOURNAL | GIZMODO | PEER J JOURNAL