TEMPO.CO, Bandung - Awak media merupakan mitra strategis dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Media massa yang digerakkan oleh para wartawan tersebut menjadi salah satu helix dari lima helix (pentahelix) yang berperan memberi informasi bencana kepada masyarakat juga mengedukasi.
BNPB Gelar Geladi Ruang Ancaman Gempa Akibat Sesar Lembang
Para wartawan biasa berada di garis depan saat meliput bencana dan keselamatan menjadi taruhannya. Dalam beberapa kejadian bencana, wartawan meninggal saat meliput bencana atau berada di daerah bencana seperti saat erupsi Gunung Merapi 2010, erupsi Gunung Sinabung 2012, dan banjir Jakarta 2013.
"Misal dalam situasi gempa, langkah sederhana yang dapat dipraktekkan yaitu melindungi kepala, dagu dan leher dengan kedua tangan. Drop, cover, hold on," ujar pendiri dan pemilik Jakarta Rescue Hadianto Wardjaman, di Lembang, Jawa Barat, Kamis, 25 April 2019.
BNPB dalam rilisnya mengutip Hadianto, yang menjelaskan tips keselamatan wartawan meliput bencana dalam acara yang digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat) teknis penanggulangan bencana bagi wartawan. Para wartawan mempelajari langkah dasar upaya bertahan hidup sebagai bekal dalam peliputan bencana.
"Apabila di dekat kita ada sebuah meja, maksud drop yaitu merangkaklah sedekat mungkin ke lantai. Lalu cover berarti berlindunglah di bawah meja yang kuat, dan terakhir hold on merujuk pada berpegangan pada salah satu kaki meja," kata Hadianto.
Hadianto menambahkan, dirinya tidak merekomendasikan para wartawan untuk menggunakan teknik triangle of life. Menurutnya, teknik itu justru dapat berujung pada dampak yang buruk. BNPB, kata dia tidak menganjurkan pada teknik triangle of life.
Hadianto yang juga menjabat Unsur Pengarah BNPB memberikan tips bertahan hidup pada konteks bencana yang berbeda, seperti gempa, erupsi gunung api, banjir, dan longsor.
Tips tersebut tidak hanya bagaimana melakukan tindakan saat bencana, tapi peralatan atau bekal standar yang perlu dibawa atau pun posisi aman pada saat meliput.
"Jika ada kursi, balikkan kursi sehingga kepala terlindung dan kaki kursi menjadi pelindung," tutur Hadianto menambahkan teknik bertahan hidup pada kejadian gempa.
Sejumlah 33 wartawan dari berbagai media massa mengikuti diklat sebagai rangkaian kegiatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2019 yang terpusat di Lembang, Jawa Barat. Diklat berlangsung selama tiga hari ini dengan menghadirkan narasumber dari BNPB, Geotek LIPI, PVMBG, Jakarta Rescue, Praktisi Komunikasi, Harian Kompas dan Agence Frence Presse (AFP).
Kegiatan tersebut dilakukan dengan pendekatan teori di dalam kelas dan praktek dasar, seperti basic survival dalam peliputan, pertolongan pertama, penggunaan GPS, trauma healing, pemasangan tenda dan dapur umum saat peliputan bencana.