TEMPO.CO, Jakarta - Masih ingat supermoon pada 21 Januari 2019? Bulan purnama bersinar penuh dengan warna kemerahan, dan di Amerika serta Eropa kemudian terjadi gerhana dan pada saat bersamaan. Yang belum diketahui banyak orang adalah sebuah meteor menghantam permukaan bulan dengan keras pada saat gerhana itu.
NASA Peringatkan Masyarakat untuk Serius Menanggapi Ancaman Meteor
Hantaman terjadi beberapa detik setelah fase total gerhana bulan malam itu dimulai. Sebuah meteor menghantam permukaan bulan, menyebabkan kilatan cahaya singkat namun terang yang terlihat oleh para astronom amatir di belahan bumi utara, demikian laman Livesicence, 1 Mei 2019.
Para astronom profesional juga mengawasinya. Dan sekarang, setelah berbulan-bulan mempelajari rekaman dampak yang diambil oleh delapan teleskop di Spanyol selatan, sebuah tim peneliti baru sadar betapa keras hantaman itu.
Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan 30 April 2019 dalam jurnal Monthly Notice dari Royal Astronomical Society, objek yang menabrak bulan pada 21 Januari 2019 itu kemungkinan adalah meteoroid jahat yang hanya berdiameter 30 hingga 60 sentimeter.
Namun meteor ini melesat dengan kecepatan 61.000 km / jam. Batuan kecil dan cepat ini kemungkinan menciptakan kawah bulan baru dengan diameter sekitar 15 meter.
Dampak hantaman meteor terhadap bulan pada 21 Januari 2019 direkam dengan teleskop 0,36 m SC (kanan), dan 0,10 m (kiri). (Dok.Royal Astronomical Society)
Tim mencapai perkiraan ini setelah mempelajari kilatan yang hanya berlangsung 0,28 detik - dengan Sistem Deteksi dan Analisis Dampak Bulan, atau teleskop MIDAS.
Dengan mempelajari cahaya kilat dalam beberapa panjang gelombang cahaya yang berbeda, para peneliti memperkirakan suhu tumbukan sekitar 5.400 derajat Celsius, kira-kira suhu yang sama dengan permukaan matahari.
Berdasarkan suhu dan durasi kilatan cahaya itu, tim kemudian menghitung kecepatan meteor penabrak, ukuran, berat (sekitar 45 kilogram) dan ukuran kawah yang diakibatkannya. Para ilmuwan juga memperkirakan bahwa energi ledakan setara dengan ledakan bom seberat 1,65 ton TNT.
Angka-angka ini mengesankan, tetapi bukan tidak biasa. Menurut sebuah studi tahun 2016 di jurnal Nature, permukaan bulan mendapatkan sekitar 140 kawah baru berukuran setidaknya 10 meter setiap tahun. Karena bulan tidak memiliki atmosfer, bahkan batu ruang angkasa berukur kecil dapat membuat dampak signifikan pada permukaan bulan. Namun, biasanya, kondisinya terlalu terang bagi para astronom untuk melihat dampaknya.
Menangkap dampak bulan di tengah gerhana bulan total adalah peristiwa langka bagi para peneliti seperti tim MIDAS, yang khusus mempelajari peristiwa yang sering terjadi dan tidak dapat diprediksi ini.
Pemahaman yang lebih baik tentang dampak bulan dapat membantu melindungi tim astronot berikutnya yang akan kembali ke bulan pada dekade mendatang, tulis para peneliti tersebut.
Simak kabar terbaru tentang ancaman meteor hanya di kanal Tekno Tempo.co