TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian baru mengungkap bahwa di sebuah lokasi gurun tepat di sepanjang perbatasan Libya dan Mesir, terdapat pecahan kaca kuning pucat, jejak-jejak dampak meteorit yang terjadi 29 juta tahun yang lalu.
Baca: Ilmuwan Tangkap Gambar Meteorit Tabrak Bulan Saat Supermoon
Kaca itu, salah satu bagian penting yang digunakan dalam perhiasan yang ditemukan di makam King Tut, telah lama diperdebatkan. Kaca ini juga menjadi subjek penelitian baru, yang menemukan bahwa apa yang disebut Kaca Gurun Libya kemungkinan diciptakan oleh dampak meteorit, bukan oleh ledakan batuan ruang angkasa di atmosfir.
"Dampak meteorit dan semburan udara dapat menyebabkan pencairan," kata pemimpin penulis Aaron Cavosie, ahli geologi di Curtin University di Australia, dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilaporkan Live Science 18 Mei 2019.
"Namun, hanya tumbukan meteorit yang menciptakan gelombang kejut yang membentuk mineral bertekanan tinggi, jadi menemukan bukti bekas reidite menegaskan bahwa itu diciptakan sebagai hasil dari tumbukan meteorit."
Mereka tahu bahwa apakah batu ruang pembuatan kaca itu besar. Tetapi Cavosie dan rekan penulisnya ingin mengetahui apakah pelakunya adalah sebuah dampak atau ledakan angin.
Jadi mereka bekerja dengan tujuh potong kaca kuning pucat, memandanginya di bawah mikroskop pemindaian bertenaga tinggi, yang memungkinkan melihat dari dekat kristal zirkon dalam kaca itu, yang mengembangkan struktur yang sedikit berbeda tergantung pada apa yang terjadi pada mereka selama ribuan tahun.
Analisis itu menunjukkan beberapa kristal zirkon pernah menjadi reidite, mineral yang hanya terbentuk dalam keadaan bertekanan tinggi yang sangat spesifik yang cocok dengan apa yang terjadi ketika meteorit terbanting ke Bumi, tetapi tidak ketika batuan ruang angkasa meledak di udara.
Cavosie dan rekan penulisnya berharap itu adalah berita yang menghibur bagi para pakar pertahanan planet, yang fokus pada ancaman asteroid yang bertabrakan dengan Bumi dan apa yang dapat dilakukan manusia untuk melindungi diri kita sendiri. Penelitian ini dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan 2 Mei di jurnal Geology.
Simak artikel lainnya tentang meteorit di kanal Tekno Tempo.co.
LIVE SCIENCE | SPACE