TEMPO.CO, Bandung -Sebanyak tiga dari 27 masjid nominator kompetisi arsitektur Abdullatif AlFozan Award merupakan karya dari Bandung. Desain yang lolos itu Masjid Al Irsyad di Kota Baru Parahyangan Bandung, Masjid Al Safar di rest area KM 88 ruas jalan tol Purbaleunyi, dan Masjid Raya Sumatera Barat di Padang. “Ketiganya masuk nominator kategori penghargaan,” ujar Principal Urbane Indonesia Reza Achmed Nurtjahja, Selasa, 4 Juni 2019.
Baca: Salat Idul Fitri, Masjid Al Azhar Siap Tampung 15 Ribu Jamaah
Semua karya itu rancangan kantor arsitek Urbane di Bandung bersama Ridwan Kamil sebagai penggagas desain. Masjid Al Irsyad yang berkapasitas seribu orang dirancang berbentuk kubus karena dianggap lebih efisien. Pembangunannya dimulai September 2009 hingga selesai dan diresmikan 27 Agutus 2010. “Konsep awalnya menyederhanakan bangunan masjid sehingga benar-benar fungsional dan nyaman,” kata Reza.
Mereka merancang masjid yang terbuka dengan ventilasi sekelilingnya. Bingkai alam menjadi latar belakang mihrab atau tempat imam. Arah kiblat pun menghadap ke pemandangan alam. Masjid Al Irsyad pernah terpilih sebagai satu dari lima Building of The Year 2010 dari National Frame Building Association dan Arch Daily Religious Building of The Year 2010. Masjid ini juga terpilih sebagai bangunan berkonsep ramah lingkungan oleh FuturArc Green Leadership Award 2011 dari Building Construction Information Asia.
Masjid Al Safar seluas enam ribu meter persegi, berkapasitas hingga 1.200 jamaah. Berada di rest area km 88 ruas jalan tol Purbaleunyi, masjid ini menjadi fasilitas ibadah terbesar se-Indonesia yang dibangun di lokasi rehat. Sama seperti Masjid Al Irsyad, Al Safar juga dirancang tanpa kubah. Keunikannya pada bentuk bangunan yang asimeteris. “Banyak yang menyebut desain bangunan ini mirip ikat kepala masyarakat Sunda,” kata Reza.
Masjid Raya Sumatera Barat karya arsitek Rizal Muslimin, salah satu arsitek di Urbane yang memenangkan sayembara desain masjid itu. “Desain gambar kerjanya dikerjakan oleh konsultan lain karena merupakan proyek pemerintah,” ujarnya. Desain atap masjidnya tidak hanya duplikasi bangunan lokal. Inspirasi lainnya dari peristiwa peletakan batu Hajar Aswad oleh Nabi Muhammad SAW. “Desain tersebut menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan untuk mengusung batu.”
Alkisah saat itu empat kabilah suku Quraisy berselisih pendapat mengenai siapa yang berhak memindahkan batu Hajar Aswad ke tempatnya semula. Nabi Muhammad kemudian membentangkan selembar kain dan meletakkan batu tersebut sehingga dapat diusung bersama oleh setiap perwakilan. “Jadi bentuknya seperti kain terus dibentangkan. Filosofinya berarti keadilan dan tidak ada yang menang sendiri,” kata Reza.
Penghargaan itu kini masih berproses. Abdullatif Alfozan Award pertama kali dihelat 2011 dan bergulir hingga tiga kali. Berawal dari desain masjid di negara-negara Teluk, cakupan wilayahnya meluas ke negara lain yang berpenduduk muslim. Sesuai permintaan panitia, tim Urbane melayangkan sembilan desain masjid yang telah dibangun sejak 2010.
ANWAR SISWADI