TEMPO.CO, Jakarta - Obesitasi atau kegemukan melanda Australia. Tidak kurang dari 63 persen warga negeri itu mengalami obesitas. Para ahli pun mendesak Perdana Menteri Australia Scott Morrison untuk meningkatkan langkah dalam menangani wabah ini.
Baca juga: Makanan Olahan Bisa Tambah Nafsu Makan Hingga Akhirnya Obesitas
Menurut data terbaru yang dikeluarkan Lembaga Kesehatan dan Kesejahteraan Australia (AIHW), sebanyak 63 persen orang dewasa Australia mengalami kelebihan berat badan atau kegemukan.
Data dari Asosiasi Medis Australia (AMA) menunjukkan bahwa obesitas telah merugikan perekonomian negara itu hingga 60 miliar dolar Australia (sekitar Rp591,9 triliun) setiap tahunnya.
Namun, hanya dua persen dari anggaran pemerintah tahun 2019/2020 yang dialokasikan guna mendanai program pencegahan untuk kesehatan.
Sekelompok ahli pada Kamis, 13 Juni 2019, mendesak pemerintah untuk mengambil langkah lebih luas terhadap apa yang mereka katakan sebagai masalah kesehatan paling serius pada masyarakat di Australia.
Terry Slevin, ketua eksekutif Asosiasi Kesehatan Masyarakat Australia (PHHA), mengatakan kepada stasiun penyiaran Australia Broadcasting Corporation (ABC) bahwa kekhawatiran soal dampak kampanye antikegemukan terhadap rasa percaya diri soal bentuk tubuh, harus dikesampingkan.
"Ingat, kita ini adalah generasi paling gemuk yang pernah dihasilkan Australia, kecuali kalau kita menangani masalah ini, dengan serangkaian cara. Mungkin banyak orang akan merasa tidak nyaman sementara kecenderungan itu justru akan semakin buruk," katanya.
"Kita jangan sampai lalai menangani masalah ini hanya karena takut menyinggung perasaan sejumlah kecil orang," katanya.
Slevin mengimbau agar sedikitnya lima persen anggaran negara dialokasikan untuk program pencegahan dalam bidang kesehatan. Sementara itu, AMA menegaskan dukungannya bagi penerapan pajak atas penjualan minuman-minuman bergula, yang diduga jadi penyebab utama meningkatnya obesitas.